16

76 21 71
                                    

Masih ada tiga hari sebelum Kara menyelesaikan tugasnya di perusahaan tersebut. Hari ini, guru pembimbingnya akan datang sebagai kunjungan akhir dan juga laporan terakhir dari pembimbing di kantornya.

Biasanya, para pembimbing dari sekolah akan diarahkan menuju HRD, namun Kara tidak, dia lebih memilih langsung membawa sang guru ke ruangannya. Karena dari yang dia dengar, orang-orang HRD akan melaporkan hal yang tak penting dan tak harus gurunya tahu. Jelas Kara tak mau, lebih baik dia ditegur HRD daripada gurunya.

Lagipula, nilai yang diberikan bukan dari HRD melain guru dan pembimbing ruangan. Jadi, Kara akan berusaha tak peduli dengan hal itu.

Tepat pukul 10:30, pintu ruangan Kara diketuk oleh seseorang. Dia berlari membukakannya pintu, ternyata itu Bu Mega, pembimbingnya.

Senyum Kara mengembang melihat wanita di hadapannya, pun dengan sang wanita. Kara langsung mempersilahkannya masuk dan memanggil sang pembimbing.

"Mbak, guru saya sudah datang," ucap Kara. Sang pembimbing mengangguk, kemudian berdiri dari tempatnya. Dia keluar, melempar senyum pada Bu Mega.

"Selamat siang, Bu," ucap Bu Mega.

"Siang, Bu."

"Maaf menganggu waktunya. Kedatangan saya di sini sebagai bentuk kunjungan terakhir sebelum 3 hari lagi Vankara selesai menjalankan tugasnya."

"Tidak apa, Bu, kebetulan saya tidak sibuk. Untuk laporan akhir saya rasa masih sama seperti sebelumnya. Kara cukup rajin, dia selalu datang tepat waktu, telat pun ketika hujan saja dan pekerjaanya cepat terselesaikan. Saya jadi sedih jika dia sudah menyelesaikan tugasnya di sini," jelas sang pembimbing.

Bu Mega tersenyum bangga mendengar hal itu. "Saya pikir Vankara banyak diam, karena dia selalu diam di kelas dan tak banyak bicara, kecuali ditanya atau sedang bersama temannya."

"Ini yang dinamakan profesional, Bu. Dia bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja."

Lagi-lagi Bu Mega tersenyum, tak dia sangka murid pendiam yang jarang bersuara itu bisa berbaur dengan baik di lingkungan baru yang bahkan tak pernah dia jumpai sebelumnya.

"Vankara, apa sudah siap untuk kembali ke sekolah minggu depan?" tanya Bu Mega.

Kara tersenyum. "Siap, Bu. Saya juga rindu dengan suasana kelas dan teman-teman lainnya."

"Kami akan merasa kesulitan jika Kara suda tak ada di sini," timpal pembimbingnya. Untuk ketiga kalinya Bu Mega tersenyum mendengar penuturan tersebut.

"Apa Vankara masih diberi pekerja, Bu?" tanya Bu Mega.

"Untuk ruangan ini sendiri sudah tidak, Bu. Kami sengaja menerapkan hal tersebut agar bisa menciptakan momen lebih banyak dengan anak magang, dan Kara sudah jarang diberi tugas dari dua minggu lalu. Tapi Ibu tenang saja, nilainya masih diberikan dan masih sama," jelasnya.

Bu Mega mengangguk paham. "Kalau begitu saya pamit, Bu. Masih ada beberapa perusahaan yang harus saya datangi lagi. Sekali lagi terimakasih dan maaf sudah menganggu waktunya."

"Sama-sama, Bu. Terimakasih juga sudah mengirim muridnya ke sini. Hati-hati di jalan. Kara, ayo diantar gurunya."

Kara mengangguk, dia keluar bersama dengan Bu Mega menuju parkiran. Semua mata melihat Kara dan Bu Mega, mungkin mereka bingung kenapa sang guru bisa bersama dengan Kara sekarang.

Tak terasa keduanya sampai di parkiran. Lagi-lagi Bu Mega tersenyum ke arah Kara dengan raut wajah bahagia.

"Baik-baik, ya, nak," ucap Bu Mega.

"Baik, Bu. Ibu hati-hati, ya!"

"Iya. Kalau begitu, Ibu pamit, ya."

"Baik, bu."

Rasa [Nakamoto Yuta] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang