22

52 16 65
                                    

"Kara, marah sama Kak Lang?" tanya Langit. 

"Mana ada marah. Udah, ah, capek ayo balik."

"Bohong, Kara marah, kan, iya, kan."

Kara menghela napas. "Yaudah marah beneran kalau kakak bilang gitu lagi."

"Eh? Jangan, dong. Yaudah, beli makanan terus balik, ya." Kara hanya mengangguki ucapan Langit.

Kara tak marah, hanya saja dia merasa sedikit aneh dengan perasaannya. Dia sendiri pun tak tahu kenapa, yang pasti perasaannya saat ini terasa sesak.

Setelah membeli makanan, Kara dan Langit pun kembali rumah Angel. Sepanjang perjalanan mereka sama sekali tak mengeluarkan suara.

Sesekali Kara melirik Langit melalui kaca spion motor, kadang mata mereka bertemu, namun Kara langsung membuang pandangannya ke jalan.

Tak lama, mereka sampai di depan gang rumah Angel. Kara turun lebih dulu dan masuk ke dalam gang, disusul Langit di belakangnya. Kebetulan motor Langit dia simpan di depan, karena subuh nanti dia harus ke toko.

"Assalamualaikum," ucap Kara memasuki rumah Angel. Di sana sudah ada Angel, Elang dan kedua orang tua mereka.

"Waalaikumsalam. Sendiri, dek?" tanya Angel.

"Nggak. Sama Kak Lang." tak lama Langit muncul, Keponakab Kara langsung berlari menghampirinya dan memeluk Langit, mereka berdua memang dekat bahkan melebihi Kara.

"Kak Lang, naik bumbum," ucapnya.

"Iya. Habis jemput Bunda, kan."

"Langit, bisa bawa dia jalan-jalan habis maghrib nanti? Berdua sama Kara. Tante mau ke rumah sakit," ucap Angel.

"Bisa, Tante. Nanti aku mandi dulu," balasnya. Angel tengah sakit sekarang, makanya Kara dan kedua orang tuanya ke sana.

Langit menurunkan keponakan Kara dan naik ke kamarnya untuk tidur. Kara hanya diam, dia baru saja pulang dan harus pergi lagi dengan Langit?

Ingin rasanya dia pergi hanya berdua dengan sang keponakan, namun tak mungkin. Angel dan Elang tak akan mengizinkannya.

Kara hanya bisa menghela napas menerima semuanya, daripada besok dia tak mendapatkan uang jajan untuk pulang.

"Aku mandi dulu," ucap Kara. Dia kemudian masuk naik ke kamarnya. Untung saja dia cocok menggunakan baju Angel, jadi dia tak perlu membawa baju dari rumah.

Kara menaiki anak tangga dengan lemas, bukan karena lelah. Rasanya dia tak ingin ikut, tapu pasti tak bisa. Sekali lagi Kara hanya bisa menghela napasnya.

"Kenapa?" Kara berbalik, dia tertegun melihat Langit tengah berdiri di depannya. "Capek? Atau lagi sakit?"

"Nggak. Mandi sana, aku juga mau mandi."

"Yaudah."

"Kak Lang!" pekik Kara ketika Langit mengacak rambutnya.

Langit hanya bisa terkekeh dan berlari menuruni anak tangga. Sedangkan Kara memasang wajah kesalnya. Dia menghela napas lagi dan masuk ke dalam kamar.

Nuansanya masih sama, pernak-pernik yang dia tempel bersama Vanessa masih ada di sana. Kara membanting tubuhnya di atas kasur, dia memejamkan matanya sebentar.

Detik berikutnya dia kembali membuka dan bangun, Kara mengambil handuk yang masih tergantung dibalik pintu. Dia keluar dan menuruni anak tangga.

Kara duduk di tangga sambil menunggu Langit keluar dari kamar mandi. Sembari menunggu Kara membuka sosial medianya, tak ada yang istimewa semuanya sama saja.

Rasa [Nakamoto Yuta] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang