"Vankara," panggil seseorang. Kara menoleh, siapa yang memanggil nama aslinya di rumah Angel. Seulas senyum tepatri di hadapannya. Langit kini terlah berdiri sembari tersenyum, bahkan matanya pun ikut tersenyum.
Kara masih diam menatapnya, jujur saja dia tak biasa mendengar Langit memanggil nama aslinya seperti itu.
"Kenapa?" tanya Kara.
"Jalan yuk nanti malam."
"Hah?"
"Udah izin ke tante Angel," balasnya.
"Habis teraweh, ya."
"Iya."
Setelah mengatakan hal itu Langit naik ke atas, jujur saja Kara bingung dengan laki-laki itu. Tak biasanya dia mengobrol singkat dengannya.
Namun, Kara tak memperdulikannya. Dia melanjutkan aktivitasnya memasak nasi untuk buka nanti. Meski sebenarnya dia bingung kenapa Langit seperti itu.
Setelah selesai memasak, Kara bersiap-siap untuk pergi ke toko. Dia naik ke atas untuk memberitahu Langit, agar tak khawatir karena dia yang menghilang.
"Kak Lang, aku mau ke toko, ya!" teriak Kara dari tangga di dekat kamar Langit.
"Ngapain?" tanya Langit.
"Nggak papa. Lagian bosen di rumah sendirian."
"Yaudah bareng sama aku aja."
"Nggak! Kak Lang lama!" tolak Kara tegas.
"Kara!" panggil Langit lantang.
"NGGAK MAU, KAK LANG!" teriaknya dari bawah.
Kara sudah tak mendengar teriakan Langit lagi, dia mengambil kunci dan keluar. Toko Angel tak begitu jauh, dan Kara lebih suka jalan kaki dari pada naik motor.
Jam masih menunjukkan pukul 2 siang, biasanya dia akan pulang dari toko jam 4 atau 5 bersama Angel untuk menyiapkan bukaan.
Tak ada yang tak mengenal Kara sepanjang jalan, toko Angel terletak di pasar dan hampir seisi pasar mengenal Angel dan juga Elang. Jadi, Kara pun begitu.
Tak lama dia sampai di toko, hanya ada Angel dan anaknya di sana.
"Kamu puasa?" tanya Angel.
"Iya."
"Bangun sahur?"
"Nggak. Kan kesiangan. Kakak emang puasa?"
"Puasa. Tapi, niat aja."
"Oh."
"Sudah masak?" tanya Angel.
"Masak nasi aja."
"Iya sudah. Mau makan apa?"
"Beli ayam sama gorengan aja."
"Es buah nggak mau?" tanya Angel menawarkan.
"Nggak. Bosan," balas Kara.
"Langit sudah bilang mau ajak kamu jalan?"
"Kakak suruh?" tanya Kara.
"Iya. Cari baju lebaran sendiri aja."
"Iya sudah. Habis teraweh tadi aku bilang."
"Beliin adekmu sepatu juga nanti."
"Kenapa, kakak nggak pergi?" tanya Kara.
"Kakakmu nggak ngizinin, jadi kamu aja yang beliin," balas Angel. Kara hanya mengangguk menanggapi ucapan kakaknya itu.
Mereka dekat, tapi tak sering berbicara. Kara tipikal orang yang hanya bicara jika memang penting. Belum lagi jarak usia mereka yang cukup jauh.
Tak jarang orang baru yang tak mengenal Kara sering mengerinya sebagai anak Angel. Apalagi wajah mereka mirip, semakin membuat orang-orang yakin kalau Kara anak dari Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Nakamoto Yuta] ✔
General Fiction- BASED ON TRUE STORY ❝Semesta untuk sepihak hati❞ "Jika aku tak bisa memilikimu, maka semua tentangmu akan abadi dalam karyaku" -Kara "Maaf jika sikapku membuatmu berpikir aneh" -Langit ©pinterest #2gera 300921 #18azaleaspublisher 300921 #16arabell...