35

28 3 15
                                        

Maret 2020

Hari ini, acara aqiqah dari keponakan Kara dilaksanakan, sudah banyak sanak saudara dari Elang yang datang ke sana sejak seminggu lalu. Kara tak banyak bekerja, dia hanya menjaga keponakannya yang masih bayi, dan hal itu sudah terjadi sejak si bayi lahir hingga hari ini.

Langit tak pulang ke rumah semenjak seminggu yang lalu, ia tak suka hal yang terlalu ramai seperti ini. Maka dari itu ia lebih memilih tidur di toko dari pada pulang dan bertemu dengan Kara.

Kara pun sama, ia sama sekali tak peduli dengan Langit. Mungkin jika terus begini perasaan akan hilang pada pemuda itu.

Kara sudah rapi, sudah memakai baju seragam yang Angel desain untuk keluarga besarnya. Gadis itu menggendong sang keponakan untuk turun ke bawah, sebab sebentar lagi acara akan segera di mulai.

Kara bukan gadis yang mudah berbaur dengan banyak orang. Ia tertutup, apa lagi dengan orang-orang baru seperti keluarga Elang. Sejatinya tidak, ini bukan kali pertama mereka bertemu. Hanya saja jarak pertemuan Kara dengan mereka cukup jauh itu yang membuatnya sedikit canggung.

"Kara," panggil Angel.

"Kenapa, kak?" tanya Kara.

"Naik ke kamar, di lemari kakak ada amplop putih ambil semua."

"Lemari yang mana?"

"Yang coklat."

"Maaf nih, kak, lemarinya empat di dalam coklat semua."

Angel tersenyum mendengarnya. "Yang di dekat lemari plastik yang gede."

"Oke. Ini ambil Rizky." Kara lantas memberikan bayi itu pada Ibunya dan naik ke kamar Angel untuk mengambil benda yang diperintahkan.

Kara mengambil amplop yang sudah ia dan Angel isi semalam dengan uang. Amplop itu akan diberikan kepada anak yatim piatu dan orang-orang yang datang nanti.

"Nih," ucap Kara memberikannya pada Angel.

"Nah, ambil lagi anakmu."

"Masya Allah. Sini." Angel hanya tertawa melihat adiknya itu. Kalau ditanya apakah dia bersyukur memiliki Kara, tentu dia bersyukur, bahkan sangat bersyukur.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, acara akhirnya dimulai. Semua berdiri sembari mengalunkan ayat-ayat suci Al-qur'an di sana.

Angel kembali mengambil anaknya, ia menyerahkan anak itu pada Elang, sedangkan dirinya membawa baki yang sudah diisi gunting dan beberapa peralatan yang wajib ada di sana.

Elang mulai mendekati para pembaca Al-qur'an dan menyodorkan kepala sang anak untuk dipotong rambutnya sedikit.

Elang memutari para pembaca hingga selesai, setelahnya memberikan lagi pada Angel untuk diletakkan ke dalam ayunan kecil di sana.

"Kara, sibuk?" tanya Angel.

"Nggak, kenapa, kak?" tanyanya balik.

"Telepon Langit, suruh jemput kamu. Beli gelas-gelas sama plastik di pasar, soalnya habis."

"Hah?! Astaghfirullah kenapa Kara?"

"Nggak papa. Sekali-kali jalan."

"Harus Langit? Kara aja sendiri."

"No, sana cepat."

Kara menghela napas panjang, baru saja dia ingin menelepon pemuda itu. Ia sudah muncul diambang pintu dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Anak pertama Angel berlari mendekatinya. Langit langsung menggendong anak tersebut dan tersebut.

"Nah, Lang, pergi sama Kara beli gelas sama plastik," ucap Angel.

Rasa [Nakamoto Yuta] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang