Chapter - 02

175 39 0
                                    

Kelompok 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelompok 6

Namanya tertera dengan sangat jelas disana, Havva Zuhayri Selyn. Diurutan nomor 6 pula.

Setelahnya, mata Havva langsung tertuju siapa yang menjadi penanggung jawab di kelompoknya. Menghela napas lega, nama Jaya sang ketua OSIS tak berada disana.

Penanggung Jawab kelompok 6 :

1. Nina Arasya

2. Titan Amaranth Atmaja

3. Ribka Dwi Putri

Havva menganggukkan kepala, bahkan bersenandung kecil kegirangan.

Tidak ada nama Jaya disana.

Itu artinya dia akan baik-baik saja.

Doanya sejak dilapangan tadi manjur juga, namun, dia kasian pada Orion, kalau tidak salah lihat tadi di papan pengumuman, di kelompok Orion, nantinya ada Jaya yang berada disana.

Entah itu nasib baik atau buruk untuk Orion sendiri. Pria itu menunduk lesu setelah membaca pengumuman di mading sekolah bersamanya.

Tanpa kata, pria itu langsung pergi mencari kelas kelompoknya berada dimana.

Berpamitan dengan Havva?

Tentu, tidak.

Orion mungkin tidak melihatnya lagi kerena sudah panik duluan melihat nama Jaya tertera di atas nama kelompoknya sebagai penanggung jawab. Havva memaklumi itu. Jika Havva yang berada di posisi Orion mungkin perlakuan dirinya akan sama.

Mereka juga tidak sedekat itu, hanya sebatas kenal karena insiden tidak sengaja di lapangan tadi. Jadi, Havva tidak berharap lebih untuk dikenal oleh Orion.

Sekilas lihat saja Havva yakin kalau Orion merupakan murid terkenal disekolah sebelumnya. Soalnya, beberapa orang melirik seperti menatap Orion kagum saat mereka berdua tadi menuju mading sekolah.

Jadi, Havva tidak akan yakin setelah ini bisa santai berteman dengan Orion seperti tadi atau tidak.

Kembali pada Havva yang saat ini masih mencari letak kelasnya.

Havva dibuat bingung dengan denah yang tertera di mading sekolah, dia adalah anak yang paling payah jika membaca denah/peta. Atau bisa dibilang buta arah.

Ingin bertanya tapi sudah malu duluan.

Tidak berani.

Tepukan pelan di bahunya, membuat Havva menolehkan kepala kearah belakang, sedikit terkejut. Seorang pria dengan headphone terletak di lehernya, melambaikan tangan seraya tersenyum menatapnya.

"Hm?"

"Anak baru juga kan lo?" tanyanya langsung yang membuat Havva mengangguk pelan.

"Iya,"

"Gue juga," matanya menatap ponsel yang Havva pegang "lo, lagi kebingungan nyari kelas?"

Havva melihat arah pandang pria itu, dimana matanya melihat layar ponsel miliknya yang sedang memperlihatkan foto denah sekolah yang sempat dia foto tadi untuk mencari kelas.

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang