"Makasih banyak ya kak atas tumpangannya," ucap Havva berterimakasih pada Titan yang sudah meluangkan waktunya untuk mengantarnya dengan selamat sampai di rumah.
Titan menundukkan kepalanya sedikit untuk menatap wajah Havva dengan jelas, "iya, Havva. Udah berapa kali lohh, lo itu bilang makasih ke gue sampe pegel nih mulut gue bilang iya sama-sama."
Havva terkekeh ditempatnya. Ya, gimana ya. Kan, Havva merasa bersyukur gitu loh tidak pulang kemalaman, tidak pula kehujanan untuk sampai ke rumah berkat Titan. Jadinya mengucapkan kata terimakasih seperti itu sudah lah hal wajar menurutnya.
"Sorry, ya, gue gak bisa mampir kali ini." Titan menatap Havva dengan tak enak hati karena tadi sempat menolak ajakan mampir dari gadis itu. "Next time rumah lo masih terbuka lebar kan buat gue? Kalo gue pengen main,"
"Tentu! Lo bisa kapan pun main kok kak ke rumah gue. Asal jangan ngeberantakin aja, ya nanti,"
"Sipo, lah. Aman aja kalo itu mah kalaupun nanti gue berantakin pasti bakal gue beresin sendiri juga kok."
"Oke, ditunggu kedatangannya," ujarnya dengan senyum merekah yang terlukis indah diwajahnya.
"Gue pamit, ya. Langsung bersih-bersih lo biar gak masuk angin," pamit Titan sebelum meninggalkan kediaman Havva.
"Okeey,"
Mobil yang dikendarai Titan akhirnya melaju meninggalkan Havva yang masih setia berdiri disana melihat kepergian kendaraan roda empat tersebut sampai hilang dari pandangannya.
Setelah tak terlihat lagi, barulah Havva berjalan menuju pintu rumah. Saat hendak memasukkan kunci di pegangan pintu, dari arah dalam pintu perlahan terbuka memperlihatkan sesosok manusia yang selalu Havva temui ketika disekolah.
Tidak hanya disekolah, dirumah pun dia tidak bisa tenang sekarang.
Siapa lagi jika bukan, Orion.
Dia menatap Havva dengan menyipitkan mata seperti tak suka. Havva yang memang tidak mengambil pusing hanya melewati Orion begitu saja.
Tanpa Havva sadar, lelaki itu mengikutinya menuju kamar dengan tanpa suara.
Havva membalik badan saat sudah membuka pintu kamarnya. Dia merasa aneh saat di perjalanan menuju kamar. Benar saja, orang menyebalkan ini membuntuti dirinya sejak tadi. Dengan merentangkan kedua tangannya menutupi pintu, Havva seakan membuat isyarat jika Orion hanya bisa berada didalam batas luar kamarnya saja.
"Eeittsss... Mau kemana lo?" tanya Havva dengan berpangku tangan.
Bukannya menjawab, Orion malah bertanya balik padanya.
"Pulang sama siapa lo tadi?" tanyanya dengan nada yang dibuat ketus.
Havva yang bertambah kesal hanya menjawabnya dengan singkat pula. "Sama orang,"
"Iya gue tau, kalo lo balik sama orang tadi. Ya, kalo sama unta lo pastinya lagi di Arab."
"Ha, ha, Apasih Orion? garing, gak lucu tau gak,"
Orion mendengus, "gue emang gak lagi melucu, ya. Gak liat muka gue lagi serius? Lo nya aja aneh, gue nanya, lo balik sama siapa lo jawab cuma sama orang, gitu aja. Nama, Va. Nama,"
Havva memgusap wajahnya yang sudah lelah. Dia ingin cepat-cepat membersihkan diri sebenarnya karena sudah merasa gerah karena merasa hari ini dia melakukan banyak hal.
"Sama kak Titan," jawabnya pada akhirnya. "Udah dulu ya, Rion. Gue mau mandi dulu. Mending lo duduk anteng aja dibawah, okeyy."
Havva langsung menutup pintunya. Meladeni Orion pasti tidak akan habis. Dia seperti memiliki segudang pertanyaan didalam otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! Princess!!
FanfictionHavva Zuhayri Selyn a.k.a Havva. Seorang gadis manis dengan rambut panjang sedikit bergelombang itu kini hanya tinggal berdua bersama sang nenek yang mempunyai usaha kecil-kecilan katanya. Namun, hampir setiap hari toko kue mereka ramai akan pembeli...