Chapter - 19

115 26 2
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

"Lo daritadi ngapain ngelamun terus sih, Va?" tanya Orion sambil menyikut lengan Havva yang tepat disampingnya.

"Sstt! Diem dulu deh, Rion. Gue lagi mikir nih,"

Orion memutar bola matanya jengah.

"Udah dari di kelas tadi lo ngelamun ya, mau pulang pun lo masih ngelanjut. Berat banget kayaknya beban hidup lo,"

Memang benar yang dikatakan Orion barusan. Sejak berakhirnya jam istirahat Havva kerap kali melamun. Untung saja mereka berdua duduk dibagian belakang. Jika tidak, tamat sudah riwayat nilai Havva yang ingin mendapatkan nilai tinggi di akhir semesternya. Bukannya tinggi malah bisa mendapatkan nilai pas-pasan lebih parahnya dia mendapatkan cap tidak baik dari guru yang mengajar.

Havva mempercepat jalannya agar Orion tidak mengganggu lamunannya.

Orion yang tak ingin tertinggal, ikut berjalan lebih cepat mengejar hingga Havva kembali berada didekatnya. Tak ingin Havva kabur, Orion sampai harus meletakkan tangannya dibahu milik gadis itu. Merangkulnya lebih erat agar tak akan kemana-mana.

"Mau kemana? Gak bisa kabur kan lo," ejeknya dengan muka tengil.

Havva hanya bisa berdecak sebal melihatnya.

Langkah kaki mereka tak terasa hingga mereka sampai didepan gerbang dekat pos satpam menunggu jemputan Orion. Jangan tanya kenapa Havva tidak pulang duluan. Laki-laki disampingnya ini ingin ikut ke toko milik nenek.

Dia sampai menelpon neneknya secara pribadi tadi, meminta izin jika ingin kesana siang ini bersama Havva. Entah bagaimana cara Orion bisa mendapatkan nomor telepon milik neneknya.

Padahal, Havva niatnya ingin kembali ke rumah saja hendak istirahat karena tadi otaknya sudah bekerja cukup keras menurutnya mengerjakan ulangan yang diberikan secara mendadak.

"Pantes ya langit siang ini mendung,"

Havva dan Orion langsung menoleh kearah kanan. Mereka berdua menatap aneh pada orang yang baru saja datang kemudian berbicara melantur seperti itu. Dia bahkan mengadah kepalanya keatas menatap langit.

"Ck, ngapain sih lo kesini, Ka?" tanya Orion yang mulai sewot walau baru bertemu Ashka yang belum sampai 5 menit didekat mereka.

Ashka langsung menatap Orion dengan tak suka. Kenapa adik kelasnya itu selalu saja ikut campur dengan apa yang dia lakukan. Terlebih, jika itu pada Havva.

"Gue gak ngajak lo ngomong, ya!"

Orion mendorong Ashka agar berdiri lebih jauh dari Havva dengan tangannya yang masih dibahu gadis yang saat ini sedang mendumel sendiri didalam hati.

Masalahnya posisi mereka saat ini, diibaratkan Havva tuh sedang berada diantara dua tiang listrik tau gak. Dia terasa sangat mungil, namun dirinya tidak bisa lari dari sana karena Orion masih setia merangkulnya.

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang