Chapter - 21

134 24 0
                                    

"Va, nanti catet setiap poin penting dari meeting, jangan sampai terlewat sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Va, nanti catet setiap poin penting dari meeting, jangan sampai terlewat sedikit pun. Gue gak mau nanti klub penyiaran kita di rendahin sama klub lain!"

Perintah dari Ratna terus berputar di kepalanya.

Hal langka!

Saat dimana Havva mau ikut meeting bersama osis.

Biasanya, untuk pertemuan apapun itu Ratna lah selaku ketua klub yang menjadi perwakilan dari klub penyiaran. Entah kenapa, hari ini, gadis itu enggan datang dengan alasan sedang banyak tugas.

Havva yakin bukan karena itu!

Ratna itu tidak pernah mangkir dari setiap pertemuan. Dia suka bergaul, dia suka debat, dia juga suka memberi beberapa masukan yang berguna di dalam setiap pertemuan.

Mendengar dia menghindari pertemuan kali ini menjadi tanda tanya yang cukup besar bagi Havva.

Bisa saja Havva menolak atau melimpahkan tugas ini pada yang lain karena dirinya malas untuk bergabung dengan banyak orang baru nantinya di pertemuan. Namun, Ratna memohon dengan memelas padanya agar dia mau mewakili klub mereka.

Kakak kelas yang langsung akrab padanya semenjak bergabung di klub penyiaran itu hanya percaya padanya katanya untuk mengemban tugas ini.

Dengan terpaksa dan tidak ingin berdebat lebih lanjut dengan Ratna si ahli debat.

Havva akhirnya mengalah.

Disini lah dia sekarang, berjalan menyusuri koridor sekolah dimana ia melihat anak-anak lain yang hendak pulang sekolah berjalan melewatinya. Dia menatap miris orang-orang yang dengan muka sumringah melangkah dengan ringan menuju gerbang. Sedang ia malah berjalan lebih dalam ke area sekolah.

"Lesu banget, Va,"

Sapa seorang pria yang muncul disampingnya.

Wangi parfum seseorang disampingnya lumayan kuat tercium oleh indera penciuman nya.

Sontak, Havva menutup hidungnya, dahinya mengernyit, kemudian menatap tak suka pada orang yang menyapanya.

"Lo pake parfum apa sih, kak? Aneh banget baunya,"

Titan mencium lengan bajunya, dia jadi mengernyitkan dahinya juga. Merasa tak ada yang aneh, karena memang biasanya parfum ini yang dia kenakan.

"Emang gini parfum gue,"

Havva mendorong Titan untuk menjauh, "Jauh-jauh dari gue! Gak suka gue sama baunya,"

Havva mempercepat langkahnya mencoba sedikit lebih jauh dari Titan.

"Buset, dah! Berasa bawa virus gue kalo lo ngejauh gitu, Va!"

"Biarin!"

Titan menghela napas.

"Lo bawa parfum lo gak? Biar wangi gue yang kata lo aneh ini bisa ke tutup?" tanya Titan mengalah, dia merasa tak nyaman jika mereka harus jalan berjauhan seperti ini.

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang