Chapter - 36

101 15 4
                                    

"Mbak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak!"

Suara Jihan yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan seketika membuat Indah yang sedang meminun tehnya, terkejut. Cangkir yang berisi teh itu sedikit bergoyang membuat air di dalamnya tumpah. Untung saja ada tatakan piring, bajunya jadi bisa terselamatkan.

Bisa repot dia jika harus membeli baju disaat mereka sedang nongkrong asik begini di kafe kekinian anak muda.

"Apa sih, Jihan?!" Indah meletakkan cangkirnya ke meja, tidak ingin ada insiden terulang. "Baju mbak hampir ketumpahan ya!"

Jihan tertawa kecil, kemudian menutup mulutnya sekilas sembari melihat sekitarnya. Suaranya bukan hanya mengejutkan Indah, namun, beberapa pengunjung menaruh atensinya pada meja mereka. Jihan mengungkapkan kata maaf tanpa suara saat mata mereka bertemu, memohon untuk memaklumi ibu-ibu rempong ini.

Setelahnya, Jihan mengatakan unek-unek yang dia simpan sejak di rumah, "Gini, mbak. Aku tuh sebenarnya lagi sebel sama anak aku. Masa nih ya, dia nggak mau bawa temennya main ke rumah kami. Padahal kan aku pengen gitu bisa kenal sama dia. Mana dari bahasanya Orion, anak itu baik hati, lemah lembut, dan penyayang, tapi juga tegas sama Orion. Kan, jarang gitu ada orang bisa tegas sama anak aku." sambil menceritakannya, raut muka Jihan terus memasam.

Indah mendengarkan curhatan Jihan dengan seksama. "Temennya laki atau perempuan?"

"Perempuan,"

Indah mengangguk maklum mendengarnya, "pantas saja."

"Denger, ya, Jihan. Orion tidak ingin hubungannya dengan anak itu gagal makanya jangan harap anak itu akan diajak dengan legowo ke rumah kamu." ujar Indah menasehati. "Kamu tuh posesif orangnya, anak kamu mah takut jika tidak direstui."

Jihan mengernyit, "mereka gak dalam hubungan yang mbak bayangin tau."

"Masa sih? Biasanya anak muda jaman sekarang kalo belum mau ngenalin temen perempuannya ke rumah pasti mereka ada hubungan."

Jihan menggoyangkan telunjuknya, "mbak, salah."

"Tau nggak apa yang dibilang Orion pas aku tanya alasannya dia nggak bolehin aku ketemu sama perempuan itu kenapa?"

"Kenapa memangnya?" tanya Indah kian penasaran.

"Dia nggak mau kalo anak itu direbut sama aku." Jihan melipat bibirnya saat kembali mengingat ekspresi wajah anaknya ketika mengatakan kalimat tersebut.

Indah langsung tertawa, ia mengira keponakannya itu takut mengenalkan temannya karena takut tidak disetujui berteman oleh Jihan.

"Kalian berdua memang ibu dan anak, kalo gitu."

"Mbak Indah! Ih!!" pekik Jihan.

Indah menjulurkan kedua tangannya kehadapan Jihan, mengibaskan nya beberapa kali berusaha meredakan amarahnya.

"Dia satu sekolah juga sama Orion?" Indah kembali mencari topik walaupun dengan objek yang sama, yaitu teman perempuan Orion.

"Bukan hanya satu sekolah, mereka juga satu kelas. Namanya aja aku sampai ingat, karena Orion hanya terus menceritakan satu nama. Dia, Havva."

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang