Chapter - 12

134 32 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"ngapain lo pada malah ke rumah gue?" tanya Jaya saat sampai dirumah melihat kendaraan milik Titan dan Ashka sudah terparkir rapi di halaman depan rumahnya.

Ashka yang sedang mengunyah kue kering yang memang selalu ada dirumahnya sembari menonton film berasa rumah ini miliknya itu hanya melihat sekilas kearahnya.

"Gue disuruh kesini sama Mama lo, ya gue sebagai anak yang baik hati harus datang dong. Mana disediain makanan begini, kan, sayang kalo gak ada yang habisin."

Jaya mendengus mendengarnya, "huh? Makanan Itu bukan cuma lo aja sebenarnya yang bisa makan. Emang dasar perut lo aja yang karet. Walaupun dari pagi udah makan banyak tapi kalo di depan lo ada makanan mah lo embat juga."

Ashka tak menggubris, dia malah kembali fokus pada jalannya setiap adegan yang berada dalam film sedang dimainkan. Sebodo amat dengan anak pemilik rumah.

Jaya menghampiri Titan yang berada di meja makan. Bukannya lagi makan sesuatu, Titan malah menjadikan meja makan sebagai tempat untuk dia bermain dengan laptopnya.

"Ini, lagi. Game aja terus di otaknya," senggol Jaya yang membuat yang dimainkan Titan terganggu hingga karakter itu tertembak mati secara mengenaskan.

"Ck! Ma! Liat nih si Jaya. Dia gangguin aku main!" teriak Titan dengan kuat hingga membuat Indah, ibunda Jaya, keluar dengan secara terburu-buru dari arah dapur.

"Apaan sih, lo!"

Jaya menoyor kepala bagian belakang Titan, karena terlalu membesarkan masalah hingga ibunya datang. Yang di toyor malah memasang wajah bengis menatapnya.

"Jaya!"

Jaya menjawab secara ogah-ogahan, "Apa, ma? Becanda doang kok."

Indah memukul lengan anaknya, tidak kuat kok, hanya sekenanya saja. "Nggak boleh main kepala gitu, ya."

"Gak sengaja, cuma kepala dia soalnya yang paling deket sama jangkauan aku," ujar Jaya mencari pembenaran.

"Tetep gak boleh diulangi lagi." kata Indah dengan tegas.

Jaya mengangguk, "iya, ibunda ratu. Perkataan anda adalah perintah bagi hamba." dia sengaja mengatakan itu, berasa seperti sedang berada di era kerajaan.

"Gih, lanjut mainnya, ya, Tan. Biarin aja si Jaya." Indah mengelus kepala Titan untuk menyuruh anak itu melanjutkan kegiatannya sebelum Jaya datang tadi. Titan menatap Jaya dengan penuh kemenangan membuat Jaya menjadi kesal sendiri melihatnya.

Siapa yang jadi anaknya mama Indah sih kalo seperti ini?

Tunggu saja saat ibunya pergi, rutuknya dalam hati.

"Mana pesanan Mama?"

Jaya mengangkat tas yang berisikan kue pesanan yang diambil tadi dihadapan ibunya. "Nih,"

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang