Chapter - 16

114 30 0
                                    

Kringg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kringg

Bel pulang sekolah mulai berbunyi dengan nyaringnya. Membuat beberapa pintu kelas mulai terbuka dengan para murid Antariksa yang mulai keluar untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.

Di dalam X-2, Orion sudah siap membereskan setiap peralatan sekolah yang dia punya ke dalam tas dengan cepat.

Gimana gak cepat. Barang yang dia bawa saja hanya sedikit. Selebihnya dia tinggal dibawah laci.

Dia bilang, bukunya berat nanti aku jadi pendek.

Mustahil!

Tinggi Havva saja hanya sampai dibawah telinganya.

Orion masih memperhatikan Havva yang masih sibuk dengan barang sekolahnya. Bdannya enggan beranjak sedikit pun untuk keluar kelas.

"Sudah sana pulang." usir Havva yang menatap Orion dengan aneh. "Ngapain sih lo masih disini?"

"Nungguin lo lah,"

"Ngapain nungguin gue?"

Orion menutup mulutnya tak ingin menjawab.

Percuma pikirnya.

Jika Havva tau kalau dia ingin pulang bersama, gadis itu pasti menolaknya dengan tegas.

"Gak usah ngintilin gue, ya! Awas aja!"

"Ck! Gue bosen di rumah, Va." rajuknya pada Havva yang terus menerus menolaknya untuk pulang bersama. "Sekaliii aja. Boleh, ya?"

Orion menyatukan kedua tangan, kemudian mengeluarkan satu jari telunjuknya untuk meyakinkan Havva jika dia hanya akan ikut pulang bersama gadis itu untuk kali ini saja. Pupil matanya bahkan ikut melebar, seakan ikut menambah kesan memelas.

Havva menghembuskan napasnya dengan kasar.

Karena sudah terlalu lelah melihat kelakuan Orion yang pantang menyerah untuk mengajaknya pulang bersama sejak lama. Havva hanya bisa menganggukkan kepalanya singkat sebagai jawaban.

Yeay!!!

Saking semangatnya, Orion sampai menggebrak meja.

Havva mengangkat satu tangannya untuk menginterupsi kesenangan sahabatnya ini, "eitss, tapi inget ya. Jangan bikin nenek gue sama karyawannya repot. Lo harus duduk anteng disana."

Orion langsung mengacungkan kedua jempolnya.

"Siap, kapten!"

°°°

"Dia siapa, Va?" tanya Dina yang baru saja datang dari arah dapur.

"Temen sekolah, mbak."

Dina menaikkan sebelah alisnya, seakan menggodanya,"Yakin cuma temen?"

"Iyaa, mbak. Jangan berspekulasi yang aneh-aneh, ya!"

Dina hanya tersenyum sebagai responnya.

Havva sudah biasa jika menjadi bahan jail untuk pegawai neneknya ini. Mentang-mentang Havva paling kecil sendiri. Mereka jadi seperti itu padanya.

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang