Chapter - 27

103 24 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ka, jangan lupa soal konsumsi yang lain. Jangan sampai ada masalah lagi di tengah-tengah acara." kata Jaya mengingatkan saat mereka telah selesai melakukan pembukaan acara menyambut tamu dari sekolah Merdeka Satu.

"Iya, udah gue konfirmasi lagi kok ke anak konsumsi yang lain. Udah sana, lo urus yang lain aja. Masalah konsumsi hari ini aman sama gue." jawab Ashka dengan penuh keyakinan.

Jaya mengangguk, percaya jika sahabatnya bisa dia andalkan kali ini. Kemudian dia berjalan diantara ramainya orang-orang dimana anak-anak Antariksa sudah berbaur menjadi satu dengan anak-anak Merdeka Satu.

Dia juga sempat mendengar bisik-bisik beberapa orang yang memujinya. Jangan salah paham mengatakan Jaya sebagai manusia pede hanya saja dia selalu mendengar beberapa selentingan pujian-pujian tersebut terlebih dari kaum hawa saat dia melewati mereka. Hanya saja, Jaya tidak memperdulikannya, mengabaikan seperti yang sudah-sudah. Dia hanya terus menatap ke depan menuju apa yang akan dia lakukan setelahnya.

Jika itu Ashka mungkin bisa lain cerita, lelaki itu pasti akan mendatangi orang-orang yang memujinya, merasa besar kepala dan langsung mengeluarkan jurus-jurus kadal andalan miliknya untuk menjerat mangsa.

"Jaya."

Sapaan hangat dari pak Andi, kepala sekolah dari Merdeka Satu ditemani pak Surya kepala sekolahnya terdengar saat mereka berpapasan di koridor.

"Pak Andi, lama tidak berjumpa," Jaya menyalami tangan Andi juga Surya.

"Iya, terakhir kali saya bertemu kamu. Kamu belum menjabat sebagai ketua osis, ya," balas pak Andi dengan nada bercanda.

"Pak Andi bisa saja. Jaya waktu itu masih kelas 10 wajar jika dia belum menjadi ketua osis," timpal pak Surya.

Jaya hanya tersenyum kecil mendengarkan dua kepala sekolah yang sedang membicarakannya.

"Pak Surya sepertinya tahun ini sekolah saya bisa menang dalam perlombaan basket, ya,"

Pak Surya menggelengkan kepalanya kecil saat pak Andi menyatakan kemenangan padahal mereka saja belum memulai pertandingan,"jangan senang dulu pak Andi. Anak ini masih tetap mengikuti lomba walaupun dia sedang menjabat menjadi panitia. Mana bisa saya merelakan kemenangan kali ini untuk Merdeka Satu," candanya berusaha menyairkan suasana. "Benar bukan, Jaya?"

Jaya kembali tersenyum simpul menanggapinya.

Dia terpaksa ikut dalam perlombaan, karena ada salah satu anggota andalan klub basket yang sedang cedera. Padahal dia sudah menunjuk Ashka tapi anggotanya tetap protes karena Jaya harus kembali masuk tim, mengesampingkan tugasnya menjadi panitia acara.

"Sekolah saya punya anggota andalan seperti Jaya, pak Surya. Saya memberikan informasi rahasia ini supaya kalian jangan lengah terhadap sekolah kami,"

Pak Surya menatap Jaya, "kita tetap bisa mengalahkan Merdeka Satu, kan, Jay?" Setelah mengatakan hal tersebut kepala sekolahnya langsung tertawa sebelum mendegar jawaban Jaya.

Yes! Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang