"nanti baliknya sama gue, ya,"
Havva melihat sekilas pada Orion yang mengajaknya untuk pulang bersama nanti. Ia kembali melihat kearah depan dimana seorang guru sedang menjelaskan pembelajaran, Havva mencatat poin-poin penting tentang apa yang sedang gurunya jelaskan. Dia hanya menggelengkan kepala saja, seakan memberikan jawaban untuk menolak ajakan Orion.
"Gak ah, ngapain,"
Orion meletakkan penanya, "gue kan mau ketemu sama nenek,"
"Besok-besok aja, nenek gue lagi sibuk soalnya lagi banyak pesanan," ujar Havva mencoba membuat Orion mengerti.
"Gue bisa jadi karyawan tambahan. Gue gak bakal minta gaji kok, paling dikasih kue aja gue bakal diem."
Havva menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Gak ada. Lo juga ada les kan hari ini
Udah, fokus aja dulu belajarnya kasihan orang tua lo susah payah nyari duit biar anaknya pinter, eh, malah si anak pengen bolos dari tempat lesnya. Pikirin perasaan nyokap sama bokap lo,""Pasti dibolehin kok kalo gue bilang mau bantu nenek lo," balas Orion. "Apa perlu gue telpon nih mama gue sekarang biar lo percaya?"
"Kita masih belajar ya, jangan aneh-aneh deh!"
Mereka memang sedang berbicara dengan suara pelan agar tidak ketahuan jika tidak fokus di dalam kelas.
Havva sudah ketakutan sebenarnya sejak tadi karena harus terus meladeni setiap ucapan Orion. Tapi, seorang Orion jika tidak diladeni semakin bisa membuatnya kena darah tinggi lebih parah lagi soalnya.
"Ya, makanya bolehin gue ikut ke toko nenek," ujar Orion dengan memelas.
"Gak boleh!"
Namun, Havva tidak semudah itu mengizinkannya.
"Boleh,"
"Nggak, ya, Ion,"
"HAVVA, ORION, JIKA ADA URUSAN YANG LEBIH PENTING DARIPADA MATA PELAJARAN YANG SAYA AJARKAN. KALIAN BISA KELUAR."
Teriakan dari arah depan membuat Havva juga Orion terdiam ditempatnya. Badan mereka langsung kembali menghadap kearah depan menatap guru mereka yang sedang murka melihat mereka berdua.
"Diantara kalian berdua ada yang bisa menjelaskan apa maksud dari materi yang saya katakan barusan?"
Orion hanya bisa tersenyum, karena dia sama sekali tidak mendengarkan apa yang tengah dibahas. Dia malah menyikut Havva pelan agar gadis itu saja yang menjawabnya.
"Eh, itu, bu. Kita harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar sebelum menentukan peluang," jawab Havva ragu-ragu.
Dia tidak memperhatikan lagi tadi karena Orion terus mengajaknya untuk berbicara. Apalagi teman-teman satu kelasnya jadi memusatkan perhatian mereka padanya. Tambah grogi lah dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! Princess!!
FanfictionHavva Zuhayri Selyn a.k.a Havva. Seorang gadis manis dengan rambut panjang sedikit bergelombang itu kini hanya tinggal berdua bersama sang nenek yang mempunyai usaha kecil-kecilan katanya. Namun, hampir setiap hari toko kue mereka ramai akan pembeli...