H-2 acaraPara siswa yang ditunjuk menjadi penanggung jawab acara sudah sibuk semingguan ini. Bahkan sudah terlihat jelas jejak kelelahan di wajah mereka.
Setiap orang yang ada disana memiliki kesamaan walau hanya dalam sekali lihat, yaitu kantung mata.
Area bawah mata mereka terlihat menghitam samar, untuk para wanita mungkin bisa mengakalinya agar tak terlihat menggunakan polesan bedak. Beda hal dengan para lelaki yang dapat terlihat karena mereka tak menutupinya.
Langit sore mulai terlihat, Havva yang masih berada di salah satu meja menelungkup kan kepalanya. Dia mengantuk. Tapi, dia takut pulang lebih dulu dimana belum ada satu orang pun yang beranjak dari sana. Jika dia nekat pulang pasti akan langsung berurusan dengan Jaya.
Gak dulu deh!
Setelah berada di tim acara ini, Havva berusaha tidak berpapasan langsung dengan Jaya. Lelaki dengan mata elang yang terus menyusuri setiap sudut sekolah dimana akan ada acara itu terus terlihat raut kesal diwajahnya seperti ada yang sengaja membuat mood sang ketua osis memburuk.
Dan, itu mengancam.
Tuk
Tuk
Ketukan dimeja membuat Havva langsung berdiri dari tidur duduknya, kepalanya terangkat menatap lurus orang dihadapannya dengan cepat dengan mata yang masih setengah tertutup. Dia berusaha terlihat biasa agar tak ketahuan tidur disana.
"Pekerjaan gue udah siap kak," kata Havva dengan menahan rasa pening di kepala akibat terlalu cepat merubah posisinya.
"Bagus deh kalau gitu,"
Sebentar, dia mengenali suara ini. Havva membuka matanya penuh setalah rasa pening di kepalanya membaik. Dilihatnya, Orion memasang senyuman lebar menatapnya membuat Havva langsung mengangkat tangannya memukul bahu Orion cukup kuat karena dia sudah ketakutan jika yang mengetuk meja adalah Jaya.
"Iih! Sakit, Va!"
Orion mengusap bahunya yang sedikit terasa panas akibat pukulan maut Havva.
"Salah sendiri! Bisa gak kalo dateng kayak lo yang biasa gitu?!"
Orion menatap aneh padanya, "lah, untung gue gak teriak-teriak ya. Kalo gue teriak-teriak bisa-bisa malah dilempar kursi sama lo!"
"Sekarang lo pikir deh, mending lo dilempar kursi apa kena amuk sama kak Jaya?"
"Ngapain bawa-bawa nama abang gue?" tanya Orion heran.
Padahal abang sepupunya sedang tidak berada disana. Kelihatan batang hidungnya saja tidak sejak tadi.
Havva mengerucutkan bibirnya, dia kembali duduk ditempatnya tadi diikuti Orion yang duduk didepannya.
Orion membuka kantong plastik yang berisi makanan ringan serta es krim untuk Havva. Dia tau pasti Havva tak sempat membeli ini semua saat sedang bertugas.
"Abang lo tuh kenapa sih, Ion? Dia mukanya nyeremin banget. Gue terus ngehindar dari kemarin sama dia. Takut bernasib sama dengan yang lain."
Orion mengangkat bahunya acuh, dia membukakan satu es krim untuk Havva menyerahkannya kepada gadis itu agar langsung di makan.
"Gue juga jarang sih ngomong sama bang Jaya, soalnya kalo ada acara keluarga gitu pasti diantara kami sering gantian absen gitu. Jadi gue juga kurang paham sama sifat abang gue sendiri. Kenapa emangnya? Lo buat masalah lagi sama dia?"
Havva menyumpal mulut Orion dengan es krim yang sedang ia makan. "Sembarangan kalo ngomong!"
"Ini nih, kalo gue ngomong selalu gak pernah nyimak. Gimana gak emosi gue sama lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! Princess!!
FanfictionHavva Zuhayri Selyn a.k.a Havva. Seorang gadis manis dengan rambut panjang sedikit bergelombang itu kini hanya tinggal berdua bersama sang nenek yang mempunyai usaha kecil-kecilan katanya. Namun, hampir setiap hari toko kue mereka ramai akan pembeli...