Happy Reading !!!
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh menit, mobil yang Pak Naren kendarai akhirnya berhenti di rumah makan yang mengusung tema keluarga dengan pemandangan kolam ikan koi warna-warni yang semakin di percantik dengan lampu-lampu menyala di sekeliling pinggir kolam dan juga air mancur yang ada di tengah-tengah taman, di kelilingi pendopo-pendopo bambu sederhana yang memisahkan ruang satu dengan lainnya.
Tempat ini begitu nyaman dan cukup privasi untuk orang yang mungkin tidak ingin bersinggungan dengan orang lain. Cocok juga untuk aku dan Pak Naren yang kini akan membahas entah mengenai apa. Mungkin soal tadi siang, atau tentang semua hal yang terjadi. Aku siap mendengar semuanya.
“Mau makan apa, Cha?” Pak Naren memberiku buku menu yang memang sudah tersedia di setiap meja pendek yang ada di dalam saung. Konsep rumah makan ini adalah lesehan, membuat suasananya begitu indonesia yang tentu saja semakin nyaman dan santai.
“Cumi sambal ijo sama jus jeruk,”
“Itu aja?”
Aku mengangguk yakin, dan sebuah anggukan Pak Naren berikan seraya menulis di kertas pesanan yang tersedia sebelum pria itu memberikannya pada meja kasir untuk di bayar dan di proses. Aku sendiri memilih menikmati suasana yang tersaji. Rumah makan ini bukan aku yang mengusulkan. Pak Naren sendirilah yang melajukan mobilnya ke sini karena aku sama sekali tidak memiliki rekomendasi tempat makan nyaman yang Pak Naren sebutkan tadi. Selama ini aku lebih sering makan di rumah walau makanannya hasil beli.
“Cha,”
Aku menoleh begitu Pak Naren yang sudah mengambil duduk di depanku memanggil. Tidak ada kata yang aku keluarkan untuk meresponsnya tapi lewat pandangan aku yakin Pak Naren paham bahwa aku siap mendengarkan.
“Apa ada yang mau kamu tanyakan?”
Satu alisku terangkat mendengar itu. Sejujurnya banyak yang ingin aku tanyakan tapi dari pada itu aku lebih ingin mendengar penjelasan, karena aku sendiri tidak tahu mana yang lebih dulu harus aku tanyakan.
“Aku hanya akan mendengar apa yang ingin Mas sampaikan padaku,” aku tidak ingin terlalu mencampuri urusannya dan jadi terkesan ingin tahu segala hal tentang hidupnya. Di balik cerita yang Pak Naren miliki aku yakin ada satu dua hal yang mungkin saja tidak ingin pria itu bagi. Jadi dari pada aku melewati batas lebih baik aku mendengar dia bercerita. Sampai mana pun tetap akan aku cerna. Baik maupun buruk. Menyakitkan atau pun tidak.
Pak Naren tidak lantas membuka ceritanya, pria tampan yang sudah tampil lebih santai dengan lengan kemeja yang dinaikkan hingga siku dan dua kancing teratas dibiarkan terlepas itu justru mengambil napas sebelum kemudian dilepaskannya dengan pelan, lalu menatapku dengan sorot yang tidak bisa aku artikan. Sampai akhirnya makanan yang kami pesan tadi datang dan Pak Naren memutuskan agar menikmati makanan itu lebih dulu. Dan aku setuju, karena aku pun tidak ingin nanti kehilangan nafsu makan seperti siang tadi ketika mendengar cerita dari Nila mengenai sosok tunangan Pak Naren.
Kebisuan yang terjadi sepanjang kami makan malam, baik aku mau pun Pak Naren tidak ada satu pun yang membuka suara, padahal biasanya selalu ada saja yang di obrolkan atau hanya sekadar godaan dari pria tampan yang menjadi kekasihku itu. Pak Naren memang terlihat dingin dan tegas jika di kantor, tapi tidak ketika kami sudah menjalin kasih. Apalagi kenyataan pria itu berada di masa laluku membuat hubungan kami lebih dekat lagi.
Aku tidak lagi terlalu kaku seperti awal-awal dan aku juga sudah menerima hubungan yang di resmikan sepihak oleh Pak Naren. Namun aku tidak tahu akan bagaimana hubungan ini setelah sosok cantik yang mengaku tunangan pria itu datang. Aku sedikit mulai terancam walau sadar Tante Renata tidak merestui, pun dengan Pak Naren sendiri yang terlihat tidak tertarik. Tapi tetap saja rasa khawatir itu ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dan Takdir
General FictionDiusianya yang mendekati kepala tiga, Icha nyaris putus asa, mengapa dia tidak juga menemukan pasangan. Celotehan ibunya tak jarang membuat Icha kesal karena jelas saja kesendirian bukan hal yang dirinya inginkan. Namun jodoh yang tak kunjung datang...