Selalu ada alasan, kenapa rasa bisa
hinggap.
Tanpa permisi dan tanpa ketukan.
Sekalipun hanya sesederhana tatapan mata, atau senyum pada detik pertama.· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
20. Parfum ❁ཻུ۪۪⸙ ͎.
❝ HAPPY READING ❞
Sore ini, mall cukup ramai dikunjungi orang-orang yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing mencari barang yang dibutuhankan. Saat ini Mentari hanya ditemani oleh kedua sahabatnya saja, mereka Viona dan Carissa.
Ketiganya berjalan melewati sebagian orang yang sedang berlalu-lalang kesana kemari.
Ini adalah tujuan toko terakhir mereka yang akan ia kunjungi, yaitu toko parfum. Setelah ketiganya membeli sebuah sepatu sneakers dengan model keluaran terbarunya.
Mentari berjalan mengelilingi mall, mereka beralih dengan menaiki eskalator menuju ke lantai tiga tepatnya toko parfum tersebut berada.
Deretan parfum-parfum cantik dan elegan sudah terpajang rapi disana. Dengan beberapa banyaknya parfum dengan aroma berbeda-beda, membuat siapa saja yang berkunjung akan dibuat lama saat mereka memilih aroma mana yang akan dipilihnya.
Mentari, Viona serta Carissa langsung memasuki toko tersebut. Mentari langsung berjalan menuju deretan parfum transparan mewah dengan warna soft pink.
Kemudian Mentari mengambil salah satu parfum transparan yang beraroma wangi floral. Aromanya bisa dibilang sangat klasik, manis, dan feminin.
“Menurut kalian, yang ini wanginya gimana?” Tanya Mentari berjalan menghampiri kedua sahabatnya.
“Ini enak banget, the best sih pokoknya.” ucap Viona.
“Wanginya soft banget. Enak sih menurut gue” ucap Carissa.
“Tuh, Carissa aja sepemikiran sama gue” ucap Viona terkekeh.
“Yaudah gue ambil yang ini aja” ucap Mentari kemudian mengambil satu parfum tersebut.
Saat hendak berjalan menuju kasir untuk membayar, mata Mentari langsung tersorot pada sebuah parfum transparan mewah berwarna putih bening, yang beraroma wangi vanilla.
“Parfum vanilla” ucap Mentari didalam hatinya.
Ia mengingat bahwa Navya sering kali memakai parfum yang beraroma wangi vanilla.
Begitu pula ketika Mentari bertemu dengan Langit. Ntah kenapa wanginya membuatnya semakin tidak asing dengan parfum vanilla tersebut.
“Mungkin hanya sebuah kebetulan aja.”
Kemudian Mentari mengambil salah satu parfum tersebut, ia kemudian berjalan mendekati meja kasir untuk membayar.
Setelah Mentari selesai membayar, Mentari langsung menghampiri kedua sahabatnya yang masih sibuk memilih dan mencium aroma-aroma wangi parfum tersebut.
“Carissa, gue udah nemu parfum yang cocok nih. Lo buruan milihnya, jangan kebanyakan milih-milih” ucap Viona yang berjalan ke kasir.
“Udah, gue udah.” ucap Carissa.
°.✩┈┈∘*┈🌙┈*∘┈┈✩.°
Setelah Mentari selesai membeli sebuah sepatu dan parfum, Mentari langsung menuju ke perumahan milik Navya. Ia sengaja langsung menghampiri Navya tanpa memberitahu terlebih dahulu kepada pemilik rumahnya.
Mentari berniat untuk memberi kejutan pada sahabatnya tersebut.
Mentari berjalan memasuki perumahan elit dengan sebuah motor sportnya, ia bergegas untuk melepaskan helm full-face serta Mentari melangkahkan kakinya menghampiri pintu rumahnya.
Mentari menekan tombol bel rumahnya, ia sadar bahwa sekarang untuk berkunjung di rumah Navya sudah tidak sebebas dulu, sebelum Navya menikah dan hidup berdua dirumah tersebut.
Tak perlu menunggu waktu lama, pintu tersebut dibuka, menampilkan seorang wanita cantik dengan pakaian femininnya. Navya tersenyum ketika ia melihat kedatangan seorang sahabatnya.
Navya langsung memeluk hangat tubuh Mentari, dengan cepat Mentari juga membalas pelukannya.
“Mentari, kangen..” rengek Navya sambil melepaskan pelukkannya.
“Apalagi gue. Gue juga kangen banget Nav, sama lo” ucap Mentari.
“Akhirnya lo kesini juga, gue disini sendirian. Gue merasa sepi di rumah ini sendiri, nggak ada satupun orang yang bisa gue ajak untuk berbagi cerita, temen ngobrol, sepi banget” ucap Navya.
“Berasa hanya gue yang masih tertinggal sendiri dibumi ini.” ucap Navya terkekeh geli.
“Iya lah lo sendirian, orang suami lo aja orang sibuk, pengurus perusahaan, wajar lah kalau dia jarang dirumah.” ucap Mentari.
“Berangkat pagi, pulang malem. Siklusnya gitu terus, buat apa juga dia nerima perjodohan ini. Kalau dia sibuk terus sama pekerjaan dikantornya.” ucap Navya.
“Makanya punya anak Nav. Biar lo ada temennya dirumah ini, biar lo nggak ngerasa sendirian” ucap Mentari.
“Gue belum siap, gue masih belum bisa menyembuhkan luka lama gue” ucap Navya pelan.
“Cepat atau lambat lo bakal bisa menyembuhkan luka lo itu,” ucap Mentari. “Lo itu orang yang paling beruntung banget tau” ucapnya kembali.
“Kenapa?” tanya Navya.
“Memiliki seseorang yang benar-benar tulus, dan dia mau memilih pasangan hidup yang masih mencintai seseorang lelaki lain didalam hatinya.” ucap Mentari.
“Mungkin Leo adalah lelaki yang sangat di idam-idamkan oleh wanita-wanita lain diluaran sana. Dia ganteng dan dia pemilik perusahaan. Cewe mana sih yang nggak tertarik sama lelaki modelan suami lo itu.” ucap Mentari terkekeh.
“Mentari, bantu gue pelan-pelan, agar gue bisa buka hati gue lagi ya” ucap Navya.
Mentari tersenyum sambil menatap wajah Navya.
Kemudian Mentari membuka tasnya, lalu ia langsung memberikan paper bag parfum pada Navya.
“Ini buat lo” ucap Mentari.
Setelah Navya menerimanya, Navya langsung membuka isi paper bag tersebut.
Navya tersenyum bahagia ketika menatap sebuah parfum mewah beraroma vanilla.
“Vanilla” ucap Navya pelan.
“Lo suka parfum vanilla kan?” tanya Mentari.
“Ini parfum favorit gue. Dari mana lo bisa tau kalau ini parfum kesukaan gue?” ucap Navya.
“Wangi vanilla nggak asing bagi gue” ucap Mentari.
“Lo tau nggak Mentari, parfum vanilla itu, wangi parfum favorit gue sama Aksara,”
“Serius lo? Berarti lo suka gara-gara Aksara lo itu?” tanya Mentari.
“Wanginya soft banget, nyaman, nggak bikin gue enek. Malah gue yang betah lama-lama berada di dekat dia” ucap Navya.
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
❝ TO BE CONTINUE ❞
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Artharendra
Romance❝ Apa kamu ingat awal pertemuan kita? Terkadang semesta selucu itu mempertemukan tanpa sengaja dan memberikan akhir kisah yang tidak bisa di lupakan. ❞ Langit Artharendra❁ཻུ۪۪⸙ ͎ °.✩┈┈∘*┈🌙┈*∘┈┈✩.° Setelah hubungannya hancur karena perjodohan, kini...