31.MERELAKAN

134 24 5
                                    

Terima kasih udah pernah cerita tentang indahnya ujung dunia, walaupun di antara kita ada yang berpaling salah satu, sampai bertemu lagi di titik ‘Terbaik nanti’
Cerita kita tamat di Desember.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

31. Merelakan.  ❁ཻུ۪۪⸙ ͎. 

HAPPY READING

Di malam yang dingin, kedua insan sepasang kekasih yang tengah menikmati pemandangan malam yang indah di sebuah taman yang menjadi tempat kedua favoritnya.

Langit menoleh menatap wajah Mentari, lelaki itu tidak memalingkan pandangannya sedikitpun dari wajah gadis tersebut.

Jika malam begini, di tambah terpaan sinar rembulan malam membuat gadis ini terlihat sangat cantik sekali. Tanpa sadar, Langit mengangkat kedua ujung bibirnya. Langit tersenyum tipis.

Mereka berjalan menelusuri jalan setapak di temani dengan lampu-lampu taman yang indah. Keduanya berjalan berdampingan sambil bergenggaman tangan.

Banyak pepohonan indah yang sangat indah dan kursi taman yang berjejer sangat rapi. Pemandangannya pun sangat indah, berupa kota yang sangat modern dengan lampu jalan bersinar terang. Bintang seolah mudah di raih, menjadikan suasana menjadi sangat romantis. Taman itu sangat sepi, tak banyak orang berlalu-lalang.

Keduanya sangat menikmati indahnya taburan bintang yang berkilau di langit malam hari ini.

“Rasi bintang apa yang kamu sukai?” tanya Mentari, sesaat menoleh pada wajah Langit dan beralih menatap bintang di atas sana.

“Polaris” ucap Langit sambil menunjuk letak Polaris, sang bintang utara.

Membuat Mentari menatap bintang-bintang yang saat ini sedang gemerlapan di atas langit sembari menyandarkan tubuhnya.

“Kamu tau fakta tentang bintang Polaris gak?” tanya Langit membuat Mentari menggelengkan kepalanya pelan.

“Polaris adalah bintang paling spesial. Ketika bumi berotasi, bintang-bintang lain juga ikut berotasi tetapi tidak pada Polaris. Ia tetap pada tempatnya.”

“Bintang Polaris ini tidak akan terbit dan tenggelam seperti bintang lainnya.” ucap Langit.

“Berarti Polaris termasuk bintang yang paling setia?” tanya Mentari pelan.

Mentari mengulas senyum. Dia tidak pernah menikmati langit malam yang terasa spesial seperti saat ini. Bahkan setiap kata yang di ucapkan Langit mengantarkan padanya pada ruang keindahan.

“Bener, dia salah satu alasan aku suka bintang ini adalah filosofinya. Sosoknya yang setia kepada empunya.” jawab Langit tersenyum pada Mentari.

“Buat aku kamu itu Polaris Mentari, nggak akan pernah terganti meskipun oleh Vega sekalipun.” Ucapnya kembali membuat Mentari terdiam sambil menahan senyuman yang melengkung di bibirnya.

“Gombal banget,” ucap Mentari menepuk pelan lengan Langit.

“Aku serius” ucap Langit tertawa kekeh.

“Lang, boleh pinjem bahu kamu nggak?” lirih Mentari menatap Langit.

“Nggak ada yang ga boleh untuk kamu, kapanpun itu, bahu aku menjadi tempat bersandar kamu sekarang” jawab Langit, membuat Mentari langsung bersandar pada bahunya.

Langit Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang