7.PERASAAN APA INI

186 97 6
                                    

"Jika menurutmu, aku tidak sesuai dengan ekspektasi mu.
Maka kesimpulannya adalah, kamu tak pernah mengenal diriku secara utuh."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

7. Perasaan apa ini. ❁ཻུ۪۪⸙ ͎. 

❝ HAPPY READING ❞

Malam itu tepat pukul 9 malam. Langit, Rey, Mentari, Abel, dan juga Viona tengah memberhentikan sebuah motornya masing-masing. Dan mereka langsung melepaskan helm-nya.

"Gimana nih temen-temen, gue Viona dan Abel searah, cuma Mentari aja yang beda" ucap Rey yang berada paling ujung di antara Mentari, Viona dan Abel.

"Emm... Gue ikut lo aja deh Rey, bareng lo aja gak apa-apa kok. Anterin gue yaa" ucap Mentari pada Rey

"Enggak mau ah, ntar Langit cemburu lagi sama gue. Gue kan manis" ucap Rey kegantengan

"Lo kenapa sih Mentari, kek enggak seneng aja lihat gue. Emang gue bakal nelan lo apa" ucap Langit pada Mentari membuat mentari langsung melirik ke arah Langit yang berada di samping motor Mentari

"Bodo" ucap Mentari sembari menata rambutnya

"Dia takut Lang, takut jatuh cinta sama lo" sindir Abel pada Mentari

"Abel" ucap Mentari salah tingkah

"Bener tuh Bel, sebenarnya dari dulu Mentari ini emang takut jatuh cinta sama gue" ucap Langit sembari melipat kedua tangannya

"Enak aja, gue tuh bukannya takut jatuh cinta sama lo. Tapi gue cuma ilfil aja sama orang yang playboy kayak lo" ucap Mentari menekan ucapannya di akhir

"Haduh Mentari, Mentari. Menyakitkan banget sih lo ngomongnya. Tapi ya udah lah gak apa-apa lah. Sama cewe yang gue sayang ini" ucap Langit sembari melirik ke arah Mentari

"Aaa... Cieee" ucap Abel membuat Mentari langsung menahan senyum di bibirnya

"Mentari, kalau emang lo enggak takut jatuh cinta sama Langit, ya udah. Lo harusnya mau dong di anterin sama Langit" goda Rey pada Mentari

"Bener banget Rey" ucap Abel

"Bener, berani enggak lo?" tantang Viona pada Mentari

"G-gue," ucap Mentari sembari melirik ke arah Langit "Gue berani aja kok, siapa takut" ucap Mentari dengan cepat

"Nah, ya udah kalau gitu. Yuk pulang" ucap Viona pada mereka

"Cuss" ucap Abel dan membuat mereka semua langsung mengenakan kembali helm-nya kembali .

"Lang, pencar ya" ucap Rey sembari mengangkat tangannya karena jarak di antara Langit dan Rey di antara ketiga cewe tersebut dan Langit juga langsung mengangkat tangannya.

"Hati-hati. Hati-hati jatuh cinta" sindir Viona sembari melirik ke arah mentari

°.✩┈┈∘*┈🌙┈*∘┈┈✩.°

Setelah di depan rumahnya Mentari, Langit langsung mematikan motornya dan langsung turun dari motornya untuk membukakan pintu pagar rumah mentari. Langit langsung mendorong pintu pagar tersebut dan motor mentari masuk ke dalam rumahnya.

Kemudian Langit bersender di salah satu pagar tersebut dan melipatkan kedua tangannya sembari melihati wajah Mentari.

"Kenapa lo enggak pulang-pulang? Ngapain masih disini? " tanya Mentari jutek

Namun Langit hanya membalasnya dengan senyuman dan menatap lekat wajah Mentari

"Kok lo lihatin gue terus sih?" tanya Mentari

"Buat gue, ini itu kesempatan langka. Karena takutnya besok gue enggak bisa ketemu sama lo" jawab Langit membuat Mentari langsung menatap Langit

"Coba, ulangin lagi lo tadi ngomong apa?" tanya Mentari

"Dasar budek ya" ucap Langit sembari meledek Mentari

"Enak aja" ucap Mentari dengan cepat

"Denger enggak sih, tadi." ucap Langit

"Denger sih. Tapi, gue enggak nyangka ternyata lo itu jahat banget sama gue. Berarti lo doain gue supaya cepet mati ya?" ucap Mentari sembari menunjuk jari telunjuknya ke Langit

"Jahat, Pergi sana. Pergi-pergi" usir Mentari sambil mendorong Langit pelan

"Ya udah, lo masuk duluan aja. Orang gue masih pengin disini" ucap Langit yang tengah menyenderkan dirinya di pintu pagar

"Kan gue mau tutup pintu, tutup pagar" ucap Mentari

"Kan nanti gue bisa tutup sendiri kali. Dah sana masuk, di tungguin tuh" ledek Langit

"Pokoknya, kalau lo belum pulang. Gue enggak akan masuk rumah" ucap Mentari sambil tangannya di tekuk di pinggangnya

"Ya udah sama lah, kalau lo enggak mau masuk rumah, gue enggak mau pulang" ucap Langit meledek

Ucapan Langit membuat mentari langsung menahan senyum di bibirnya. Membuat Langit terdiam dan menatap wajah Mentari

"Lo ngapain lihatin gue kayak gitu?" tanya Mentari

"Ya gak apa-apa sih, gue seneng aja lihat lo. Apalagi kalau lo lagi cemberut tuh, nahan-nahan senyum" goda Langit pada Mentari

"Mentari, maksud gue. Mood hati lo itu agak labil tau enggak. Emang sih mood hati lo itu lagi enak, enak banget. Sampai mukanya nahan-nahan senyum gitu tuh" ucap Langit membuat Mentari justru menahan senyumannya

"Tapi kalau mood lo tiba-tiba berubah lagi, enggak mau ketemuan sama gue, marah-marah sama gue. Nah itu enggak enak banget tuh mood'nya kayak gitu" ucap Langit menjelaskan

"Makannya, hari ini. Gue bakal nikmatin kesempatan kayak gini, gue bakal mandangin lo terus. Sampai lo masuk rumah" goda Langit

"Mending lo pulang deh, betah banget lo di rumah gue. Bilang aja lo yang enggak mau gak ketemu sama gue" ucap Mentari sambil melirik ke Langit

"Kan gue udah bilang tadi, kalau gue masih mau di sini" ucap Langit

"Jangan-jangan lo kali yang betah, kalau gue ada di sini" sindir Langit pada Mentari

"Enggak. Buruan lo pulang, gue mau tutup pagar. Awass" ucap Mentari sembari mendorong Langit agar ia pulang

Kemudian Mentari langsung menutup pagar rumahnya tersebut. Dan Langit langsung menyalakan motornya.

"Dadah" ucap Langit sembari menyalakan klakson motornya

Di balik pagar tersebut Mentari langsung tersenyum karena kelakuan Langit padanya.

"Apaan sih" ucap Mentari tanpa suaranya sembari tersenyum

Dan langsung merubah ekspresi juteknya setelah membalikan tubuhnya ke arah Langit.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

❝ TO BE CONTINUE ❞

Langit Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang