22.BAJAKAN

261 107 46
                                    

"Bolehkah aku egois? Aku hanya ingin terus bersama, hari ini dan selamanya."
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

22. Bajakan ❁ཻུ۪۪⸙ ͎. 

❝ HAPPY READING ❞

Setelah Mentari mambaca pesan whatsapp dari Langit yang membuat Mentari bingung, ia langsung mencari nomor Viona untuk menelfonnya sembari curhat pada Viona tersebut. Karena Viona lah yang paling mengerti tentang Mentari dan Langit.

Viona yang mendapati panggilan telefon dari Mentari pun langsung mengangkatnya dan berjalan menuju balkon rumahnya.

"Hallo, kenapa Mentari?" tanya Viona pada sambungan telfonnya

"Hallo vi, gue mau cerita sama lo, tentang Langit. Langit itu aneh banget tau nggak sih, aneh banget, a-neh ba-nget. Ngeselin banget itu orang, masa tiba-tiba aja dia ngirim pesan kalau dia minta maaf, dan dia bilang kalau dia itu cuma sayang sama gue. Terus pas gue mau bales, eh tiba-tiba dia bilang lagi, salah kirim. Maksudnya apa sih dia itu" ucap Mentari emosi

"Langit kok kirim message'nya kayak gitu sih. Dua kali beda-beda gitu? Apa deh motifnya Langit, aneh deh gue kadang-kadang" ucap Viona bingung

"Tau nih, gue jadi ragu-ragu sama dia. Jangan-jangan dia cuma mau mainin gue doang" tebak Mentari

"Duh nggak gitu, nggak gitu Tar. Gue percaya kalau Langit nggak gitu kok. Atau jangan-jangan Langit kayak gitu, karena ponselnya di bajak?" tanya Viona pada Mentari

"Di bajak? Hello Viona. Dia itu kan lagi di rumah, nggak mungkin lah. Siapa coba yang mau bajak ponselnya, di rumah dia sendiri lagi, nggak mungkin" ucap Mentari kesal

"Bener juga, siapa yang mau bajak ponselnya dia di rumah ya?" tanya Viona semakin bingung pada Langit

"Gue jadi bener-bener bingung deh vi. Selalu gitu, di saat gue mau percaya sama dia, gue mau mulai percaya, pasti ada aja yang bikin gue ragu sama dia" ucap Mentari menyerah

"Sekarang gini, gimana perasaan lo ke Langit? Dari dalam hati lo yang paling dalam" tanya Viona

"Gue sih, sebenarnya mau mencoba percaya sama dia. Gue sih agak-agak sebel juga, karna setiap gue mau percaya dia selalu bikin ulah. Dan itu yang membuat gue jadi takut kalau percaya sama dia vi"

"Tapi. Setiap kali gue ketemu sama dia, gue lihat dari tatapan matanya Langit kalau dia itu tulus ngomong sama gue. Itu yang buat gue jadi bungung, banget. Gue juga bingung sama perasaan gue sendiri" ucap Mentari menjelaskan dengan pelan

"Gini deh tar, biar lo nggak banyak masukan juga. Mendingan, lo jangan dulu curhat ke gue atau ke Anara. Oke" ucap Viona membuat Mentari tersontak kaget

"Loh, kok gitu? Emang lo nggak mau denger gue curhat lagi?" tanya Mentari panik pada Viona

"Eh bukan gitu, bukan gitu. Bukan gitu, maksud gue itu, lo harus belajar percaya sama Langit. Kalau ada apa-apa itu langsung omongin ke Langit, jangan ke gue atau Anara. Kalau bisa jangan omongin lewat chat, kalau bisa nih ya, langsung telfon atau nggak ajak langsung buat ketemuan. Biar lo nggak salah sangka lagi sama Langit" ucap Viona menjelaskan

"Bener juga kata lo vi. Nanti gue coba buat ngomong langsung deh ke Langit, karena gue harus denger sendiri langsung dari mulutnya Langit" ucap Mentari tersenyum

"Nah gitu dong" ucap Viona sembari tertawa kekeh

"Yaudah, thanks ya vi buat waktunya. Maaf ganggu" ucap Mentari sembari tersenyum kikuk

°.✩┈┈∘*┈🌙┈*∘┈┈✩.°

Pada malam itu, Mentari tengah menunggu kedatangan Langit di sebuah Caffe. Sembari menunggu kedatangan Langit, Mentari langsung memesan terlebih dahulu minuman serta makanan, yaitu Coffe Latte serta kentang goreng. Mentari sengaja hanya memesan satu pesanan untuk dirinya terlebih dahulu.

Langit Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang