21.HUJAN DAN KENANGAN

330 149 35
                                    

"Rasa ini tak akan kenal jeda dan tak akan pernah reda."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

21. Hujan Dan Kenangan ❁ཻུ۪۪⸙ ͎. 

❝ HAPPY READING ❞

Mentari terduduk lesu di sebuah halte pinggir jalan yang berada di depan komplek perumahan. Angin malam kian menerpa tubuhnya di sertai dengan rintikan air hujan yang perlahan mulai membahasi jalanan tersebut dan mengenai tempat duduk di halte tersebut.

Malam ini, kebetulan Mentari tengah pulang dari rumah Navya. Setelah pulang dari Mall, Mentari langsung menghampiri rumah Navya menggunakan taxi. Justru itu, saat pulang Mentari harus menunggu di sebuah halte untuk menunggu sebuah taxi yang akan melintasi jalan tersebut.

Hujan yang turun sangat deras di malam ini membuat dirinya sedikit takut. Jalanan yang sepi tidak ada satupun kendaraan yang melintasi jalan tersebut terlebih saat ini sedang hujan sekarang.

Mentari melihat kendaraan dari kejauhan. Mentari sempat berpikir bahwa ia harus mencari tumpangan agar ia sampai di rumah sekarang juga.

Tak tau sampai kapan hujan itu bakalan reda. Hingga akhirnya mata Mentari langsung tersorot ketika melihat salah satu sebuah motor tersebut melintasi jalan itu.

Mentari langsung menghampiri motor tersebut dan menghentikan laju motor didepannya.

Namun Mentari salah. ia menghentikan motornya pada seseorang yang justru malah yang akan mengganggu Mentari di sini.

Dia adalah dua orang preman yang sedang berboncengan. Preman itu justru langsung turun dari motornya dan langsung berjalan untuk menghampiri Mentari.

"MAU NGAPAIN KALIAN!" ucap Mentari dengan sedikit rasa takut

"Bukannya lo yang menghentikan motor kita? Mending lo ikut kita aja, dari pada disini nanti kehujanan" ucap preman tersebut sembari mereka menarik lengan Mentari

"LEPASIN! LEPASIN GUE!" ucap Mentari sembari memberontak agar tangannya terlepas dari pegangan preman tersebut

Mentari Lagi-lagi melihat sebuah motor dari kejauhan yang akan melintasi jalan tersebut. Membuat hatinya sedikit lebih tenang. Mentari harus cari pertolongan pada sebuah motor yang akan melintasi jalanan tersebut.

Ternyata motor tersebut adalah motor yang ia kenali saat ini. Sebuah motor besar berwarna hitam, dengan helm hitam full-face dan jaket kulit berwarna hitam ia merupakan Langit.

"Mau ngapain lo berhenti disini!" ucap preman tersebut

"Gue gak suka yaa lihat orang yang kurang ajar. Apalagi sama cewe!" ucap Langit membuat dua preman tersebut menertawakan ucapan Langit

"HABISIN DIA!" ucap preman itu, dan langsung melawan Langit.

Langit langsung melawan dua preman tersebut dengan cepat. Bagi Langit itu adalah satu hal yang mudah melawan preman tersebut. Lalu Langit menatap wajah Mentari yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Cintaku sederhana. Ketika melihat wanita cantikku bersedih. Ku pastikan dia akan berada dipelukku. Tak akan ku biarkan semua orang merampas keindahan pelangi di matanya" Batin Langit sembari tersenyum ke arah Mentari.

"Gue masih enggak percaya. Langit dateng nyelamatin gue. Dia emang selalu ada disaat gue membutuhkannya" batin Mentari yang terus melihat Langit dan membuat bibirnya tersenyum bak bulan sabit.

Dua preman itu kemudian pergi dari tempat tersebut ketika ia kalah melawan langit yang sendirian. Lalu Langit menoleh ke arah Mentari dan Langit langsung mendekat ke arah Mentari

Langit Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang