32.TEMPAT LAMA

220 62 2
                                    

"Lihat ke atas, kita berada di bawah langit berbintang yang sama. Namun pada perasaan yang berbeda."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

32. Tempat Lama ❁ཻུ۪۪⸙ ͎. 

HAPPY READING

Baginya, kehadiran laki-laki itu akhir akhir ini di hidupnya cukup memberikan banyak warna pada lembar kisah yang sengaja ia buka. Yang sebenarnya setelah hari ini Navya tidak yakin bahwa kenangan itu akan tetap ada di dalam ingatannya. Navya tidak bisa menjamin, tapi kalimat yang orang tuanya ucapkan beberapa waktu yang lalu membuat harapan yang tersusun di benaknya lantas hancur berantakan yang tak sesuai dengan ekspetasi.

"Langit, maaf. Aku di jodohkan sama orang tuaku." ucapnya beberapa waktu yang lalu. Cewek itu juga melepas genggaman erat di jemari tangan kecilnya. Membuat sosok cowok yang ia ajak bicara lantas mematung tiba tiba. Menatap kosong mata sendu sosok yang ia harapkan selalu ada.

Ini adalah kali pertama Navya datang sendiri ke tempat yang sering ia kunjungi bersama Langit, setelah mereka telah lama berpisah karena sebuah perkara tentang perjodohan dirinya dengan si pengusaha sukses yang telah menjadi suaminya tersebut.

Sebuah tempat yang membuatnya saling di pertemukan dan di tempat yang sama Langit menyatakan perasaannya pada Navya kala itu.

Alasan utama Navya datang ke tempat ini lagi adalah karena Navya yang belum pernah berdamai dengan rasa kehilangan. Untuk kedua kalinya Navya kehilangan sosok laki-laki yang teramat sangat ia cintai. Seolah Langit merupakan cinta kedua Navya, setelah ia mencintai cinta pertama dalam hidupnya, ayah.

"Datang ke tempat tempat dulu yang sering kita kunjungi ternyata sedikit membuat dadaku nyeri. Tentang sudut sudut tempat yang pernah ada di dalamnya, lagu lagu yang sering kamu nyanyikan ketika kita masih bersama, dan tentang waktu yang lumayan lama ketika kita menghabiskan waktu bersama disana."

"Rasanya sudah banyak yang berubah, aku yang kali ini datang sendiri dan juga kamu yang kata mereka tak pernah lagi ada disini." ucap Navya.

"Kita mempunyai banyak persamaan, kecuali tentang perasaan."

Navya seperti di peluk dingin yang mencekam. Di selimuti oleh duka yang baru saja ia ciptakan dengan kedatangannya ke tempat yang penuh dengan sejuta kenangan indah yang masih tertata rapi di tempat ini.

Navya rindu pelukan hangat laki-laki itu. Rindu pada kalimat kalimat sederhana yang laki-laki itu selalu ucapkan padanya. Navya rindu kehadiran Langit di sisinya.

Navya terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.

Masih menghalau air matanya yang tanpa sadar sudah menggenang. Navya akui ia cukup cerdik dalam menyembunyikan perasaannya, seperti malam ini.

"Tidak akan pernah ada, perjodohan yang berujung dengan kebahagiaan!"

Apalagi sejak Navya tahu Mentari atau sahabatnya tengah dekat dengan Langit, mantannya yang masih sangat ia cintai hingga saat ini. Ntah hanya sekedar dekat ataupun sudah menjalin hubungan spesial dengannya.

Navya berdecak. "Ah, kenapa kisah cinta ini sangat rumit untuk gue jalani."

Di lain sisi, nampak seseorang dari kejauhan tengah memperhatikan Navya yang sedang duduk sendirian sambil menatap Langit dengan bintang-bintang yang selalu bersinar menerangi gelapnya malam itu.

Lantas Mentari langsung menghampiri sahabatnya yang tengah duduk dengan tatapan kosongnya.

"Navya, kenapa sendirian disini?" tanya Mentari kemudian duduk di samping Navya.

"Gue cuma kangen sama tempat ini, kangen banget" ucap Navya menekankan suaranya pada akhir kalimatnya.

"Lo tau nggak Mentari, tempat ini adalah tempat pertama gue kenal sama dia tau. Terus kita berdua menjadikan tempat ini menjadi tempat favorit kita" ucap Navya pelan.

"Jadi, kalian berdua ternyata dari cinta lokasi?" tanya Mentari terkekeh pelan.

"Iya, dari tempat ini gue jadi kenal sama dia, gue sayang sama dia, cinta sama dia, sampai pada akhirnya ini adalah tempat terakhir untuk gue memeluk hangat tubuh dia." ucap Navya kemudian meneteskan bulir air matanya jatuh mengenai pipinya.

"Tempat ini bakalan membuat lo sulit untuk melupakan dia, Nav. Jauhi apapun yang membuat lo semakin sulit untuk melupakan dia" ucap Mentari pelan. "Semuanya, apapun itu yang berkaitan dengannya lo harus bisa jauhi itu" ucapnya kembali.

"Ga baik buat hati lo juga." ucapnya kembali.

"Termasuk tempat spesial ini?" tanya Navya pelan.

"Apapun itu Nav, anggap aja tempat ini sekarang udah menjadi kenangan. Jadi, jangan pernah dekati kenangan ini lagi" ucap Mentari.

"Move on ternyata bukan hal yang segampang yang gue kira." ucap Navya berdecak pelan.

"Navya, lo punya hak untuk menjauh dari semua hal yang membuat lo sedih" ucap Mentari.

Mentari memeluk tubuh Navya, Mentari sangat sayang pada Navya. Ia telah menganggap Navya seperti kakak perempuannya sendiri. Mentari berusaha menenangkan pikiran Navya, ia mengusap pelan punggung Navya yang masih memeluk tubuhnya.

"Ternyata gue salah, lo tidak sedang memendam sebuah rasa. Tapi lo hanya sedang meredamkan sebuah luka." ucap Mentari sambil mengelus rambut Navya kembali.

"Dan cinta itu bukan hanya berbicara tentang kepemilikan. Tapi juga tentang mengikhlaskan." ucap Mentari membuat Navya melepaskan pelukkannya.

°.✩┈┈∘*┈🌙┈*∘┈┈✩.°

Terima kasih. Kini, segala tentang mu telah aku relakan. Meskipun pahit yang ku rasakan, tetapi tetap saja kamu adalah seseorang yang telah memiliki peran penting dalam jalan kehidupan. Perihal merelakan mu tak akan pernah mudah, harus ku bunuh setiap kali kerinduan ini menyerbu sanubari, menghindarkan kenangan manis dan pahit yang tentu saja akan membuat sesak di hati.

Aku juga tak pernah menyesal bahwa kita harus berakhir. Karena bagaimana pun kita hanya manusia yang sering kali berharap terlalu dalam sementara takdir tak pernah mau tahu.

Kita adalah cerita yang hanya di takdirkan hanya untuk cerpen saja, harus bersambung dengan akhir yang tak pernah di harapkan oleh tokoh, tapi penulis memutuskan bahwa itu adalah akhir cerita yang seharusnya.

"Kini, aku rela."

"Telah ku tinggalkan segala rasa itu"

"Telah ku simpan segala tentang mu pada bagian paling ujung di dalam ruang hati ku."

"Aku nggak akan pernah membencimu, sungguh."

"Terimakasih telah hadir dan menjadi bagian dari jalan hidupku. Dan terimakasih sudah mengajarkan ku bagaimana caranya bangkit ketika tak ada tangan yang mau menompang, bagaimana caranya tersenyum ketika hati terlalu lelah untuk mengukir garis melengkung."

Semoga gadis yang kini bersamamu adalah orang yang mampu mengerti sikap mu lebih dari aku.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

TO BE CONTINUE

Langit Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang