02

3.7K 253 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌

•••


Ini adalah akhir pekan.

Kini, ke empat bersaudara itu tengah berdiri dan hanya terdiam menatap foto yang ada di hadapan mereka.

"Ibu...aku sangat merindukan mu" ucap Jeno dalam hati. Terlihat sekali bahwa matanya sudah berkaca-kaca dan ingin menangis. Tapi dia menahannya agar tetap terlihat kuat.

"Ibu, andai kau masih ada bersama kami" ucap Jaemin dalam hati. "Mungkin hidup kami tak akan seburuk ini"

Renjun menoleh pada semua saudaranya, kemudian dia kembali menatap foto ibunya. "Ibu...aku sudah berusaha keras untuk menjadi kakak yang baik untuk adik-adik ku. Tapi ibu...aku tidak tau apakah aku berhasil menjadi seseorang seperti yang ibu inginkan ? Aku tidak tau apakah aku berhasil menjadi seorang kakak yang baik untuk mereka ? Mereka tak pernah mau mengeluh pada ku, ibu. Mereka tak pernah mau menceritakan semua yang sudah terjadi di dalam hari-hari mereka"
"Ya...mungkin itu karena mereka tidak mau membebani pikirin ku. Padahal aku ingin menjadi seseorang yang akan selalu mendengarkan semua keluh kesah mereka" ucap Renjun dalam hati kemudian menunduk.

"Ibu...semua kakak menjaga ku dengan sangat baik sejauh ini. Aku senang akan hal itu. Tapi aku akan lebih senang jika ibu tetap bersama kami sampai sekarang" ucap Jisung dalam hati.

Saat dirasa sudah cukup lama berada di sana, Jaemin pun menoleh pada ketiga saudaranya itu. "Sudah selesai ? Sebaiknya ayo kita pergi dari sini"

Jeno mengangguk. "Ayo"

Mereka pun segera keluar dari gedung columbarium (rumah abu) ini. Dan berjalan ke tempat pemberhentian bus.

"Hyung" ujar Jisung dan membuat semua kakaknya menoleh dan menghentikan langkah.

"Kenapa ?" Tanya Jaemin.

"Kalian tidak pernah memberitahu ku. Apakah sekarang juga tidak akan memberitahukannya pada ku ?"

"Apa maksud mu ?" Tanya Jeno.

"Kalian bilang ayah sudah tiada kan ? Lalu dimana ? Dimana aku bisa menemuinya ? Kenapa kalian tidak pernah mengajakku untuk pergi ke tempat ayah di kremasi ?"

Semua kakaknya langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Hyung, jawab aku" kata Jisung.

Renjun kembali menatap Jisung. "Ji, tempat ayah di kremasi sangat jauh. Kita tidak bisa pergi ke sana"

"Kenapa tidak bisa ? Dia kan ayah kita. Apakah hyung tidak mau menemuinya ?"

"Ayah yang bilang bahwa kita tidak boleh menemuinya lagi, Jisung-a" jawab Jeno.

"Apa kalian tidak menyayangi ayah ? Seharusnya kalian--"

Jaemin langsung mendekat memegang bahu Jisung. "Turuti saja. Ayah yang melarang kita untuk menemuinya. Jadi, sekarang kau tidak perlu memikirkannya lagi, oke ?"

"Tapi hyung-"

"Aku pergi dulu ya" kata Jaemin.

Renjun mengangguk. "Jangan lupa istirahat dan isi perut mu"

"Iya aku pergi sekarang"

"Hati-hati" kata Jeno.

Setelah itu pun Jaemin segera pergi dari hadapan mereka.

"Jaemin hyung pasti sangat lelah, kan ?" Gumam Jisung. "Dia jarang libur"

"Kami juga mengkhawatirkannya" jawab Jeno.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang