JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌
•••
"Jaemin-a, apakah yang di katakan oleh Jeno itu benar ?""Apa yang kalian katakan ? Itu sama sekali tidak benar. Aku punya alasan lain"
"Lalu apa ?" Tanya Jeno.
Jaemin segera memalingkan wajahnya ke arah lain. "Aku..berpikir kalau ini bukan waktu yang tepat untuk kuliah. Jadi aku memilih untuk bekerja saja"
"Bohong! Kau berbohong!" Kata Renjun.
Jaemin berdecak kemudian menoleh ke arah Jeno. "Jeno-ya, untuk apa kau bicara omong kosong sih ? Aku tidak-"
"Aku mengerti semuanya. Aku masih ingat dengan jelas hari itu"
"Apa ?"
"Hari itu kau pulang ke rumah dengan wajah yang berseri. Dan saat itu adalah hari dimana hasil tes nya keluar kan ? Tapi di hari yang sama juga Renjun mengalami kecelakaan. Oleh sebab itu, kau menggunakan uang mu untuk membayar perawatannya. Padahal saat itu kau bisa mengatakan pada ku kalau kau akan memakai uang mu untuk kuliah. Tapi kenapa kau tidak mengatakannya ?"
Jaemin berbalik membelakangi mereka berdua. Dia benar-benar sudah bingung harus menjawab apa lagi.
Renjun segera mendekat dan berdiri tepat di hadapan Jaemin. "Jaemin-a...aku mohon jujur saja. Jangan menyembunyikan hal seperti ini dari kami"
"Kita ini saudara, bukan ? Jadi kenapa harus menyembunyikan hal penting dari kami ?" Kata Jeno.
"Aishhh!!" Jaemin mengacak-acak rambutnya kemudian duduk di sisi ranjang sembari menunduk.
"Jadi...benar itu alasan mu ?" Tanya Renjun.
"Lalu kenapa tidak memberitahu kami jika kau akan kuliah ? Jika saja kau mengatakannya, aku akan mencari cara lain agar bisa membayar pengobatan Renjun" kata Jeno.
"Bagaimana mungkin aku mengatakannya di saat yang tak tepat seperti itu" jawab Jaemin pada akhirnya.
"Seharusnya kau jujur saja...jadi kau tidak perlu mengorbankan impian mu hanya demi aku" kata Renjun.
"Sudahlah, itu bukan masalah besar. Lupakan semua itu" kata Jaemin yang masih menunduk.
"Maaf..." Lirih Renjun.
Sontak Jaemin menengadahkan kepalanya dan menatap Renjun yang menunduk di depannya. "Kenapa minta maaf ?"
"Karena aku kau jadi tidak melanjutkan impian mu"
Jaemin menghela nafas panjang, kemudian ia berdiri. "Renjun-a, kita ini saudara, bahkan kita tumbuh di perut ibu bersama-sama. Menolong mu adalah hal yang lebih penting bagi ku"
"Jae-"
"Jika memang takdir ku menjadi seorang dokter, maka bagaimana pun juga aku pasti akan berhasil suatu saat nanti. Tapi jika tidak, ya itu tidak masalah. Jadi kau tidak perlu merasa bersalah tentang apapun"
"Tapi Jaemin-a, tetap saja. Aku masih ingat dengan jelas, dulu kau benar-benar sering mengatakan bahwa kau ingin menjadi seorang dokter. Dan walaupun selama beberapa tahun terakhir ini kau bersikap seolah kau tak memikirkannya lagi, di dalam hati mu yang paling dalam sebenarnya kau masih memimpikan hal itu. Aku tau hal itu, jadi mana mungkin aku tidak merasa bersalah. Kau-"
"Kau tau, inilah alasan kenapa aku memilih untuk merahasiakannya dari kalian selama ini" kata Jaemin.
"Tapi Jaemin, impian mu-" tetapi ucapan Jeno pun di potong oleh Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brotherhood
FanfictionKehidupan tidaklah indah seperti yang ada di dalam dongeng. Kehidupan yang kejam kerap kali dirasakan oleh berbagai orang. Seperti halnya yang di alami oleh ke-empat bersaudara itu karena sudah harus hidup mandiri sejak usia mereka baru saja akan me...