JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌
•••
"Tumben sepi ? Apakah yang lain belum pulang ? Tapi bukankah seharusnya saat ini Renjun dan Jeno sudah sampai rumah ?"Saat ini sudah pukul setengah 7 malam dan Jaemin baru saja pulang ke rumah yang terasa kosong.
"Jisung juga kemana ? Apakah akan sesibuk itu sampai belum pulang juga di jam segini ? Biasanya paling telat dia akan pulang sore"
Ia pun mengidikkan bahunya berusaha untuk tak terlalu memusingkannya. Tapi beberapa saat setelah itu ada telepon dari Renjun.
"Jaemin-a, kau sudah pulang ?"
"Sudah. Kau dimana ? Yang lain pun tidak ada di rumah"
"Jaemin-a, sebenarnya sekarang kami sedang berada di apartemen ayah. Kami akan makan malam bersama"
"A-apa ?"
"Kau juga datanglah kemari. Ayah ingin memasak makanan untuk kita"
"Tapi...bagaimana mungkin ? Kalian di sana ? Apakah kalian juga sudah memaafkan ayah ?"
"Yaa.." jawab Renjun pelan.
Jaemin tercekat. Semudah dan secepat itu kah ?
"Jae...datang ya ? Akan lebih baik jika kita melupakan semua masa lalu buruk itu, dan kita bisa kembali memperbaiki hubungan kita dengan ayah. Kau--"
Tut
Jaemin langsung memutuskan telepon itu secara sepihak. Dia tidak terima jika sang ayah mendapatkan maaf dengan semudah itu. Padahal tindakannya sangat berpengaruh besar pada kehidupan ke-empat putranya.
Karena kesal dan marah, Jaemin pun pergi dari rumah. Saat ini yang dia pikirkan hanyalah pergi ke columbarium.
•••
"Jaemin tidak mau datang kemari ?" Tanya Haechan.
Renjun menggeleng.
"Aku rasa...Jaemin akan lebih sulit"
"Ya, memang begitu"
"Hyung cepat kemari! Makanannya sudah siap!" Panggil Jisung.
"Ayo" kata Haechan.
Mereka pun segera pergi ke meja makan menyusul Jeno dan Jisung, sedangkan ayah baru saja selesai menghidangkan makanannya.
"Oh iya, dimana Jaemin ? Kalian bilang biasanya dia sudah pulang di jam segini kan ?"
"Ah itu..katanya dia ada jam tambahan. Dia akan pulang sedikit lebih malam hari ini" jawab Renjun.
"Begitukah ? Sayang sekali. Padahal ayah ingin makan bersama dengan semua putra ayah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brotherhood
FanfictionKehidupan tidaklah indah seperti yang ada di dalam dongeng. Kehidupan yang kejam kerap kali dirasakan oleh berbagai orang. Seperti halnya yang di alami oleh ke-empat bersaudara itu karena sudah harus hidup mandiri sejak usia mereka baru saja akan me...