38

728 65 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌

•••


"Kau benar-benar datang di waktu yang tidak tepat"

"Kenapa begitu ?" Tanya Minjeong.

"Aku merasa sangat aneh pada diri ku sendiri. Seorang pria yang seharusnya memiliki pribadi yang kuat. Tapi kau melihat ku dalam keadaan menangis seperti tadi. Rasanya memalukan" jawab Jaemin sembari menatap lurus ke depan.

Saat ini mereka berdua sedang duduk di bangku umum yang berada disekitaran gedung columbarium.

"Kenapa begitu ? Menangis adalah hal yang wajar kok. Mau perempuan ataupun lelaki sama saja. Tangisan diperlukan untuk mengeluarkan semua emosi yang ada didalam diri kita" ucap Minjeong. "Seorang lelaki bukan berarti lemah saat menangis. Tapi mereka hanya ingin mengeluarkan emosi yang terus saja mengganggu diri mereka"

Minjeong pun menoleh dan kini dirinya bertatapan dengan Jaemin. "Jika oppa ingin menangis, menangislah. Tidak ada yang melarang seorang pria untuk menangis"

Selama beberapa saat mereka saling bertatapan, hingga akhirnya Jaemin kembali memalingkan wajah dan menghela nafas.

"Kau bilang akan datang saat aku membutuhkan mu kan ? Dan sekarang aku benar-benar membutuhkan teman untuk cerita"

Minjeong mengangguk. "Iya. Cerita saja, aku akan mendengarkan semuanya. Dan aku akan membantu jika aku tau solusinya"

Lagi-lagi Jaemin menghela nafas kemudian menunduk.

"Apakah kau tau bagaimana caranya menghilangkan kebencian dalam diri mu ?"

"Kebencian ?"

"Ya..Selama bertahun-tahun aku terus terjebak dengan perasaan ini. Kenapa rasanya sangat sulit untuk memaafkan orang yang sudah membuat ku kecewa ?"

"Apakah sebelumnya oppa pernah menyayangi orang itu juga ?"

"Tentu saja, karena dia adalah ayah ku"

"Eoh ?" Minjeong kembali terdiam. Jadi Jaemin benar-benar menceritakan hal yang cukup privasi kepadanya ?

Permasalahan tentang keluarga ? Sudah jelas itu adalah privasi. Tapi Jaemin ingin bercerita pada nya. Jadi...bagaimana ?

"Ayah...ya ?" Gumam Minjeong.

"Di satu sisi, aku memang ingin mencoba memaafkannya dan kembali hidup bahagia seperti dulu. Tapi kenangan buruk itu tidak pernah bisa lepas dalam diri ku. Sehingga aku tidak bisa memaafkannya"

Minjeong bingung, sangat bingung. Ia harus bagaimana sekarang ?

Jaemin pun menoleh pada Minjeong yang diam saja, dan seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan gadis itu, dia kembali bicara. "Aku hanya butuh teman cerita kok, jadi kau tidak perlu berpikir keras untuk memberikan solusinya. Dengan kau mau mendengarkan saja, aku sudah merasa senang"

"Ah..kalau begitu oppa lanjutkanlah. Aku akan mendengarkan semuanya" jawab Minjeong.

Selama beberapa saat Jaemin terdiam sembari bertatapan dengan Minjeong, kemudian dia segera memalingkan wajahnya lagi. "Boleh aku bertanya ?"

Minjeong mengangguk. "Tanyakan saja"

"Apa pendapat mu tentang aku ? Kau pasti berpikir aku pria yang cuek dan kuat, kan ? Tapi sayangnya tidak begitu. Bahkan di antara semua saudara ku, sepertinya aku yang paling lemah"

"Tidak kok. Aku sangat yakin oppa sangat kuat. Selama ini oppa selalu tersenyum dan terlihat bahagia"

Jaemin tersenyum. "Aku hanya berusaha seperti itu. Karena nyatanya, aku selalu menangis sendirian, tanpa ada yang tau"

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang