37

780 68 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌


•••


Sejak semalam, Jaemin sama sekali tidak mau bicara dengan siapapun. Di kamarnya pun ia mengurung diri.

Awalnya Jeno dan Jisung heran. Karena saat mereka pulang, ada pecahan kaca di ruang tengah yang ternyata berasal dari cermin kecil yang memang disimpan di dekat tv.

Pecahan kaca itu ada karena Jaemin langsung kembali ke unit apartemennya dalam keadaan emosi yang tak stabil.

Dia memecahkan cermin itu kemudian mengurung diri di kamar sampai pagi tiba.

Dan karena kedua saudaranya terlalu penasaran, Renjun pun terpaksa memberitau segalanya kepada Jeno dan Jisung.

Tentang pertemuan terakhir Jaemin dan ayahnya, itu pun baru mereka ketahui. Karena sebelumnya Jaemin tidak pernah memberitau mereka tentang itu.

Terkejut ? Tentu saja. Dan kini mereka baru paham kenapa Jaemin amat sangat membenci ayahnya.

"Jae, ayo sarapan dulu" kata Jeno saat Jaemin keluar dari kamarnya.

"Aku tak lapar" jawab Jaemin dengan nada yang dingin.

Saat ini hari minggu pukul 10 pagi.

Jisung sedang pergi ke apartemen sebelah dan mencoba untuk bicara dengan sang ayah dan meminta penjelasan. Jadi saat ini Jeno dan Jaemin hanya berdua saja.

"Jae, jangan seperti itu. Semalam juga kau tidak makan kan ? Ishh!! Kau bilang mau menjadi dokter kan ? Maka sebelum itu terjadi pun, kau harus bisa memikirkan kesehatan mu sendiri"

Jaemin sama sekali tak berniat menjawab. Dan memilih untuk langsung pergi dari apartemen.

Jeno menghela nafas panjang kemudian terdiam lama.

"Aku benar-benar tidak menyangka ayah berani bermain fisik pada ibu..."

•••

"Ayah, katakan padaku!!! Kenapa ayah menampar ibu ?" Tanya Jisung dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Sungguh, dia merasa tak percaya saat tau ayahnya pernah bermain fisik pada ibunya.

"Sungguh nak, ayah benar-benar tidak sengaja. Saat itu ayah kelepasan. Ibu mu mengatakan Haechan adalah anak haram, jadi ayah--"

"Tapi apakah harus sampai menampar ibu ?" Kata Renjun.

Saat ini hanya ada mereka bertiga di ruangan itu. Karena Haechan sedang pergi keluar.

"Anak-anak, tolong percayalah. Ayah benar-benar tidak sengaja. Ayah juga merasa sangat menyesal"
"Dan tentang Haechan, bagaimana pun juga dia adalah putra ayah. Jadi tentu ayah tidak terima saat ada yang mengatainya seperti itu"

"Sekalipun itu adalah wanita yang ayah cintai ?" Tanya Renjun. "Bahkan sekarang aku ragu bahwa ayah benar-benar mencintai ibu"

"Anak-anak, tolong percayalah pada ayah. Sungguh, ayah sangat mencintai ibu kalian, dan ayah juga menyayangi semua putra ayah. Saat itu ayah benar-benar tak sengaja menampar Yura. Ayah kelepasan saja, bahkan ayah tidak pernah berniat untuk bermain kasar pada ibu kalian, sungguh"

Renjun menghela nafas pelan kemudian segera pergi dari sana dan memilih untuk menemui saudara kembarnya.

Sedangkan Jisung masih terdiam dengan perasaannya yang bimbang.

"Jisung..."

"Aku kecewa pada ayah. Sungguh, aku tak pernah menyangka, ayah menyakiti ibu sampai di hari terakhirnya..."

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang