Sejauh ini gimana ceritanyaa? kalau ada yang kalian gak ngerti, comment aja, kalau ada kesempatan nanti aku jelasin.
HAPPY READING
***
Kring...
Bel istirahat telah berbunyi, semua siswa yang sebelumnya berada di dalam kelas kini keluar kelas untuk segera datang ke kantin.Alwi celingak-celinguk mencari Zayn yang dari tadi tidak menampakkan diri di kelas.
"Gila, Zayn bolos kaga ngajak-ngajak," omelnya.
Mata Alwi tidak sengaja melihat Alsa dan Aina keluar dari toilet dan lansung menghampiri keduanya.
"Halo ayang bebep," sapanya.
Alsa memutar bola matanya malas. Gak dimana-dimana selalu ada Alwi cowok yang alay dan lebay.
"Bisa gak si gak usah ganggu gua sehari aja," ucap Alsa kesal.
"Gak bisa beb, gua itu kalo gak di deket lu bakal mati."
Alsa menatap Alwi heran. "Lu yang mati apa urusannya sama gua."
"Alsa, lu itu adalah paru-paru gua. Kalo gak ada lu, gua gak bakal bisa nafas, dan gua bakal mati."
"Maksud lu apaan bilang gua kaya paru-paru, gua itu bukan organ manusia, tapi manusianya!!"
"Kan istilah beb."
"Anjing kau! Udah lah, mending gua jauh-jauh dari lu kalo gitu, biar lu mati, terus gak ada yang ganggu gua lagi deh."
Alwi melotot kaget mendengar ucapan Alsa. "Ayang jahat," Alwi ngambek.
"Ganteng-ganteng kok kaya gini," gumam Aina yang dari tadi melihat tingkah Alwi.
"Sa ayo tinggalin aja," bisik Aina.
Menyetujui ucapan Aina, Alsa dan Aina langsung pergi meninggalkan Alwi yang masih pada posisi ngambek ala-ala lebay nya.
"Ayang, yang," panggil Alwi. "Ayang mau kemana? ish, ayang jahat!"
***
Zayn menghentikan motornya di pinggir jalan, ia membuka helm yang ia gunakan lalu mengambil kertas yang berada di saku jaketnya.
Dia melihat-lihat sekeliling. "Kayanya gua udah deket tempat lomba, tapi gedungnya di sebelah mananya?" gumamnya.
Melihat lelaki paru baya yang sedang berdiri di dekat dia, dia pun memutuskan untuk memanggil lelaki itu. "Pak."
"Iya ada apa?" tanya bapak itu.
"Saya mau tanya, bapak tau acara ini gak," ucap Zayn sambil menunjukkan kertas yang tadi di kasih papanya.
"Oh acara ini, kamu tinggal ikutin jalan aja, terus tempatnya ada di sebelah kanan, yang gedungnya warna abu-abu. Nanti di sana juga ramai siswa-siswi di depannya."
Zayn mencerna ucapan bapak itu. "Oh oke, makasih ya pak," ucap Zayn.
"Iya Sama-sama," ucap bapak itu lalu pergi.
Zayn melipat kertasnya dan menyimpan kembali di saku jaketnya. Memakai helm dan menjalankan motornya. Zayn mengendarai motornya pelan-pelan agar tidak kelewatan tempat yang ia tuju.
Melihat tempat yang ramai orang memakai jaket sekolahnya masing-masing, Zayn langsung meminggirkan motornya. Zayn membaca spanduk yang berada di depan tempat itu.
"Lomba matematika antar kota tahun dua ribu dua satu," batinnya membaca tulisan yang tertulis.
"Bener ini tempatnya," lanjut ucapan Zayn lalu dia turun dari motornya, menaruh helm di kaca spion motornya lalu berjalan masuk ke dalam gedung acara itu perlahan-lahan.
Ramai, banyak siswa dari sekolah-sekolah untuk mengikuti lomba itu. Tapi mata dia tidak melihat keberadaan Liza.
"Liza manasi," gumamnya.
Terus berjalan menelusuri acara yang ramai orang. Matanya langsung melihat orang yang ia tuju. Liza, dia sedang duduk di salah satu bangku bersama Erik. Lebih tepatnya hanya berdua dengan Erik.
"Syukurlah Liza ternyata baik-baik aja," batinnya lalu ia langsung berlari menghampiri Liza berada. "Liza!" panggilnya.
Liza dan Erik yang sedang asik mengobrol beralih pada Zayn yang sudah berdiri di samping meja mereka.
"Zayn? kok lu ada di sini?" tanya Liza kaget. Dia bangkit dari duduknya di ikuti oleh Erik.
Zayn menatap Liza dan Erik secara bersamaan. "Kalian cuma berdua? bu Risma mana?" tanya Zayn balik.
"Bu Risma lagi ada urusan," jawab Erik.
"Terus lu ngapain segala ke sini?" tanya Liza lagi.
"Lu kenapa dari tadi gua telepon gak di angkat?"
Liza memutar bola matanya malas. "Gua dari tadi gak megang handphone," jawab Liza sedikit malas. "Sekarang jawab pertanyaan gua."
"Gua kesini karena lu gak angkat telepon gua. Gua takut aja lu kenapa-kenapa?"
Liza kaget. "Lu khawatirin gua? lagi?"
"Iya, abisnya lu gak angkat-angkat telepon gua, gimana gak khawatir."
"Lu tenang aja Zayn, kan gua semalem udah janji bakal jaga Liza," tutur Erik.
"Lagian cuma karena itu lu jauh-jauh kesini, pasti bolos sekolah!" omel Liza.
Zayn menganggukkan kepalanya. "Mending sekarang lu pulang, gua gakpapa, kan udah ada Erik," ucap Liza.
"Gak, gua udah jauh-jauh ke sini, lu malah suruh gua pulang, gua liat lu lomba aja."
"Astaga! pulang Zayn."
"Gak!"
"Pulang!"
"Gak mau Za!"
"Zayn, ini kamu?" ucap Bu Risma yang baru datang, "ngapain kamu kesini? gak sekolah?"
"Saya mau ngelihat mereka lomba," jawab Zayn.
Tidak ingin memikirkan Zayn, Bu Risma alihkan pembicaraan. "Liza Erik, dikit lagi kalian akan di panggil ke depan, siap-siap," perintah Bu Risma.
"Baik Bu," ucap Erik.
"Ayo kalian berdua ikut saya," ucap Bu Risma menyuruh Liza dan Erik untuk mengikutinya.
Liza yang ingin pergi mengikuti Bu Risma, tangan dia di pegang oleh Zayn. "Zayn lepas!"
"Gua ikut boleh?"
"Gak boleh, lu diem di sini aja."
"Jadi gak boleh nih?" ucap Zayn sedikit lesu.
Liza menghembuskan nafasnya sabar. "Zayn, mending lu duduk di sini aja ya, gua mau maju ke depan. Lu bisa liat gua dari sini, oke."
"Yaudah deh, tapi nanti lu kesini lagi ya."
"Iya Zayn."
"Semangat ya Za!" ucap Zayn kembali semangat, dengan senyum manisnya.
"Pasti dong," balas Liza dengan senyum yang tak kalah manis, "gw ke sana dulu ya," ucap Liza lalu pergi.
***
Jangan lupa votmment ya 👍
Follow ig
heloo_wattpadthira
_zayyandanendra
_alizakyraFollow tiktok
raa_thraTerimakasih
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIZAYN [ ON GOING ]
Teen Fiction"Buat apa naruh hati kalau gak berani ungkapin?" *** Aliza Kyra, murid baru di SMA Danendra. Sosok gadis yang mendapatkan perhatian lelaki bernama Zayyan Danendra. Kedatangan Aliza langsung membuat seorang Zayn jatuh hati. Akankah Zayn akan langsun...