Happy Reading;))
•••
Mata Aisyah memanas ketika membaca namanya yang terpampang nyata di daftar kelulusan angkatan 2021. Namanya berada di urutan kedua tertinggi dan umum, siapa yang berada diurutan pertama? Adam Nugraha, iya Adam. Selain suka menjahili Aisyah, dia juga merupakan saingan terberat Aisyah di sekolahnya.
Adam berdiri di samping Aisyah dan tersenyum senang karena namanya selalu diperingkat pertama, ia juga bahagia ketika nama Aisyah berada dibawah namanya. Seolah mendapatkan sinyal takdir, Aisyah seakan tak bisa dijauhkan dari dirinya.
“Alhamdulillah, akhirnya lulus dengan nilai terbaik juga,” ucap syukur Adam. Aisyah yang berada di samping cowok itu mendelik sebal. Ia selalu kalah dan kalah dengan Adam.
“Kenapa nama lo sih yang berada di urutan pertama? Seharusnya itu nama gue,” kesal Aisyah yang tak terima. Ia menatap tajam Adam.
“Karena seorang makmum adanya dibelakang imam, Syah. Takdir itu seakan tak mau kita berjauhan, di sini aja nama lo ada dibawah nama gue, itu artinya lo memang harus berada di belakang gue,” jelas Adam panjang lebar. Aisyah semakin melirik sinis.
“Sampai kapanpun gue nggak mau jadi makmum lo, jadi apa gue nanti kalau jadi istri lo,” balas Aisyah sengit.
“Ya jadi Ibu dari anak-anak guelah, Syah. Masa iya jadi Ibu gue,” kekeh Adam. Sepertinya membuat Aisyah marah adalah hal wajib bagi Adam, melihat wajah kesal gadis itu adalah candu bagi Adam.
“Anak-anak gue pasti nggak sudi punya Bapak modelan kayak lo,” sarkas Aisyah. Walaupun terkenal dengan sikap lemah lembutnya akhir-akhir ini tapi kalau berhadapan dengan Adam, Aisyah berubah jadi singa liar.
“Kenapa? Kelewatan ganteng ya?” tanya Adam dengan nada godaan untuk Aisyah. “Nanti malam gue ke rumah lo ya,” imbuh Adam.
“Ngapain lo di rumah gue? Minta makan? Sori nggak punya makanan sisa,” ketus Aisyah.
“Mau ngelamar lo, Syah. Kalau makanan gue punya sendiri bahkan modal buat berumah tangga sama lo gue udah ada, tinggal nunggu lo siap aja,” ceplos Adam.
“Berani datang kerumah, gue mutilasi lo ya,” ancam Aisyah dan berlalu dari hadapan Adam. Adam justru tertawa melihat wajah kesal Aisyah yang merah padam.
Tanpa keduanya ketahui, ternyata sedari tadi ada yang menyaksikan interaksi keduanya dengan perasaan hancurnya. Bagaimana tidak hancur, apalagi kata-kata yang keluar dari mulut Adam seakan menusuk dalam kalbunya.
“Sakit sekali ya Tuhan,” gumamnya lirih. Ia menyeka air matanya yang hendak mengalir.
•••
Aisyah pulang kerumah dengan membawa kabar gembira mengenai kelulusannya, meskipun hanya peringkat kedua terbaik tapi itu sudah cukup membuat orang tuanya bangga.
Aisyah berlari memasuki rumah seperti orang yang tengah berada di hutan saja. Ia bahkan tak perduli dengan siapa yang berada di sekitarnya.
“Aisyah jangan lari-lari, sayang. Nanti kamu jatuh,” tegur Hafsah yang berada di sofa ruang tengah.
Aisyah berlari ke arah bundanya seperti seorang anak kecil yang sedang merengek minta sesuatu.
“Aisyah usah lulus Bunda, Aisyah udah jadi alumni sekarang, Aisyah udah dewasa bukan anak SMA lagi,” ungkap Aisyah dengan wajah berseri dan tercetak jelas raut bahagia di wajah Aisyah.
Hafsah memeluk erat anak bunsungnya itu, ia ikut bahagia dengan kelulusan putrinya.
“Selamat ya sayang, Bunda bangga sama kamu,” ucap Hafsah tulus tak terasa air matanya ikut menetes.
“Makasih Bunda,” balas Aisyah lalu mengecup kedua pipi Hafsah. Hafsah mengecup kening Aisyah dengan sayang, putri kecilnya sekarang sudah dewasa.
“Aisyah mau hadiah apa dari Bunda?” tanya Hafsah kemudian. Aisyah tampak sedang berpikir sejenak untuk memikirkan hadiah apa yang ia inginkan dari bundanya.
“Nyusul Abang ke luar negeri,” ucap Aisyah spontan. Hafsah kaget mendengar ucapan Aisyah tersebut.
“Nanti kita bilang ke Ayah dulu ya,” balas Hafsah. Biarkan suaminya saja yang memberitahu kepada Aisyah.
Tak lama, pintu rumah terbuka dan tampaklah dua laki-laki yang berbeda generasi berjalan berdampingan masuk ke dalam rumah.
Aisyah mengernyitkan dahi ketika melihat Gus Hanan berjalan berdampingan dengan ayahnya. Sudah di pastikan mereka habis dari masjid untuk sholat berjamaah.
“Assalaamu'alaikum!!”
“Wa'alaikumus salaam!!”
Yusuf mengajak Gus Hanan duduk di sofa satu ruangan dengan Aisyah dan Hafsah. Aisyah jadi diam tak berkutik ketika Gus Hanan berada di depannya.
“Loh, Syah. Udah pulang?” tanya Yusuf basa-basi. Ia duduk di samping Gus Hanan.
“Nggak, masih di jalan,” jawab Aisyah cuek membuat Ayah dan Bundanya tertawa kecuali Gus Hanan yang hanya diam saja.
Bukan hal asing lagi bagi Aisyah ketika melihat Gus Hanan selalu berada di rumahnya, ia dan Yusuf mempunyai proyek bersama jadi ia sering berkunjung ke rumah.
“Aisyah udah lulus dong Ayah,” ungkap Aisyah kemudian. Yusuf tersenyum manis mendengar ucapan Aisyah, ia jiga merasa bangga dengan putrinya.
“Lah kok jadi sedih kan udah lulus, kenapa sedih?” tanya Yusuf ketika melihat wajah Aisyah jadi murung.
“Aisyah dapat peringkat 2 Ayah. Aisyah dikalahin sama Adam, dia dapat peringkat 1-nya,” adunya. Yusuf tidak kecewa, itu adalah pencapaian terbaik bahkan Aisyah mengalahkan dirinya waktu muda.
“Adam yang kemarin?” tanya Yusuf.
“Iya. Aisyah kesel banget sama dia, yah. Masa dia katanya nanti malam mau ke sini,” ucap Aisyah.
Yusuf menautkan alis bingung. “Ngapain dia ke sini?” tanya Yusuf.
“Katanya mau ngelamar, Aisyah,” ceplos Aisyah membuat suasana berubah.
Uhuk!
Gus Hanan tiba-tiba terbatuk tanpa angin tanpa hujan, setelah mendengar ucapan Aisyah tadi. Aisyah bahkan jadi heran dengan Gus Hanan kenapa sikapnya seperti itu.
“Gus nggak papa?”
“Saya nggak papa,” jawab Gus Hanan.
“Terus kamu mau terima dia gitu?” tanya Yusuf. Ia menatap serius ke arah Aisyah.
“Nggaklah, dia bukan tipe aku,” jawab Aisyah santai. Yusuf bernafas lega.
“Terus seperti apa tipe kamu?” Kini giliran gus Hanan yang bertanya pada Aisyah.
“100% seperti Ayah,” jawab Aisyah cepat. Gus Hanan terdiam sejenak, ia sedang mencerna ucapan Aisyah.
“Kayak Gus Hanan dong ya, Syah,” goda Hafsah. Aisyah berusaha menahan degupan kencang di dalam dadanya, entah apa yang tengah terjadi di sana.
“Iya,” ceplos Aisyah.
Hafsah dan Yusuf tersenyum penuh arti, keduanya kemudian melirik ke arah Gus Hanan. Laki-laki itu diam-diam mengulas senyum manisnya.
“Mas, Aisyah minta hadiah sama kamu,” kata Hafsah mengundang perhatian Yusuf dan Gus Hanan.
“Mau hadiah apa nih anak cantik Ayah?” tanya Yusuf.
Dengan antusias Aisyah menjawab, “Nyusul Abang.” Yusuf jadi melotot karena kaget begitu juga dengan Gus Hanan, untung saja dia tidak sampai tersedak lagi, bisa malu di depan Aisyah.
“Ke kairo?” tanya Yusuf.
Aisyah menggeleng, “Tarim,” jawab Aisyah. Lagi-lagi itu membuat Yusuf kaget setengah hidup, jangan mati karena dia masih hidup.
“Hah?!” kaget ketiga orang itu membuat Aisyah menatap mereka bingung.
•••
Jangan lupa untuk vote, follow dan komen ya;)
See you;))
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N A N & A I S Y A H [END]
General Fiction⚠️HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!!⚠️ 🍁🍁Spiritual, romance, religius 🍁🍁 ••• "Aku mencintainya karena Allah bukan karena kesempurnaannya." -Hanan Ahmad Hisyam- ••• "Terima kasih karena telah mencintaiku dan membuatku meras...
![H A N A N & A I S Y A H [END]](https://img.wattpad.com/cover/289185052-64-k718677.jpg)