🌾Ekstra part 2🌾

10.2K 405 31
                                    

Happy Reading;))
~•••~

“Lepas! Ini punya Kia!” teriak bocah kecil yang sedang memperebutkan sebuah boneka Barbie.

“Nggak! Ini tuh punya Nana!” tolak bocah yang satunya.

“Ini punya, Kia. Bukan punya Nana!” sentak Kia kesal. Ia terus saja menarik kaki boneka tersebut, sedangkan Nana menarik kepalanya. Keduanya masih saling tarik-menarik.

“Punya Nana!”

“Punya Kia!”

“Punya Nana!”

“Punya Kia ini!” Kia tetap menarik kaki boneka tersebut. Begitu juga dengan Nana, keduanya tak ada yang mau mengalah.

“Ada apa ini?” tanya Azka yang baru muncul ditengah kedua orang itu.

“Liat Nana, Bang. Dia ngambil boneka aku, bilangnya boneka dia tapi itu boneka aku,” adu Kia pada Azka.

Azka menatap boneka yang sudah berada dalam genggaman Nana. Itu benar boneka adiknya, Kia. Jika direbut kembali, pasti Nana akan menangis juga. Lebih mudah untuk menenangkan Kia dari pada Nana.

“Udah, nanti Abang minta Abah buat beli yang baru. Itu udah kusut, mending kita pulang aja ke rumah, pasti Umma nyariin kita sekarang.” Kia menatap sendu Azka. Melihat anggukan kakaknya tersebut, Kia akhirnya menurut. Ia menggenggam tangan Azka dan menariknya pergi dari sana. Azka dan Kia meninggalkan Nana bersama pengasuhnya.

•••

“Loh, cantiknya Abah kenapa cemberut gini mukanya?” tanya Gus Hanan ketika melihat Kia datang bersama Azka dengan wajah cemberut nya. “Abang ngapain Adek, Nak?”

Azka menggeleng. “Bukan Abang, Bah. Dia tadi rebutan boneka sama Nana makanya cemberut gitu,” jelas Azka.

Gus Hanan mendekati putrinya dan membelai pipinya yang nampak chubby. “Jangan cemberut dong, nanti nggak cantik kayak Umma lagi,” goda Gus Hanan.

“Kia nggak cemberut Abah, cuman kesel aja sama Nana. Udah jelas itu punya Kia tapi dia masih ngeyel kalau itu punya dia,” celotehnya. Gus Hanan merasa gemas sendiri dengan bocah itu.

“Udah nggak papa, nanti Abah beli yang baru tapi kamu nggak boleh cemberut lagi ya,” tawar Gus Hanan.

“Bener Bah?” Gus Hanan mengangguk, Kia nampak girang. Wajah cemberutnya tadi langsung hilang entah kemana.

“Makasih Abah!” girangnya lalu memeluk Gus Hanan dengan erat. Dengan senang hati Gus Hanan membalas pelukan putrinya.

“Kia mau nggak jalan-jalan ke Malang, ketemu Kakek sama Nenek di sana?” tanya Gus Hanan setelah melerai pelukan mereka.

“Mau-mau,” jawabnya antusias.

“Abang juga mau,” timpal Azka.

“Yaudah, kalau gitu kita bantu Umma siap-siap di dalam yuk!” ajak Gus Hanan. Kedua anaknya mengangguk patuh, lalu mereka bertiga masuk ke dalam rumah.

•••

“Umi, liat anak-anak nggak?” tanya Aisyah yang sudah nampak lelah berkeliling pesantren untuk mencari kedua anaknya. Dari semua tempat yang ia lewati, ia sama sekali tak melihat keberadaan anaknya.

“Loh, tadi mereka di sini tapi katanya mau nyari kamu. Umi kira udah ketemu sama kamu mereka makanya nggak balik ke sini lagi,” jawab Umi Sarah.

Aisyah nampak khawatir. “Mereka nggak ketemu sama aku, Umi. Makanya aku nyari sampai sini, terus mereka dimana sekarang?”

“Udah, kamu yang tenang. Umi mau minta bantuan sama santri lain buat bantu nyari mereka.” Umi Sarah keluar dari dapur pesantren.

“Kalian dimana sih, Nak?” tanya Aisyah sendiri. Ia merasa takut jika terjadi sesuatu pada kedua anaknya.

Di sisi lain. Azka dan Kia tengah bersantai sambil menikmati es krimnya. Ada seorang laki-laki dewasa yang bersama mereka berdua sekarang, entah siapa itu.

“Gimana es krim nya enak?” tanya laki-laki itu.

“Enak banget Om, makasih ya,” jawab Kia sambil tersenyum manis.

“Sama-sama sayang, lain kali kalau mau es krim, tunggu Om di sini ya. Nanti Om ke sini lagi supaya bisa beliin kalian es krim,” ucapnya.

“Baik Om!”

Dari kejauhan, Aisyah akhirnya bisa menemukan kedua anaknya. Tapi ia penasaran siapa yang sedang bersama kedua bocah itu. Kalau itu Gus Hanan tidak mungkin, laki-laki itu sedang mengajar sekarang lalu siapa?

Lama Aisyah perhatikan, sepertinya orang itu cukup familiar bagi Aisyah jika dilihat dari postur tubuhnya. Dan, akhirnya Aisyah bisa menebak siapa orang itu, dengan buru-buru ia menghampiri anaknya agar bisa ia jauhkan dari laki-laki itu.

“Azka, Kia!” Aisyah langsung menarik anaknya sedikit menjauh dari orang itu. Tatapan tajam yang Aisyah layangkan hanya dibalas senyuman oleh laki-laki misterius itu.

“Umma!!”

“Apa yang kamu lakukan di sini dan kenapa kamu mendekati Anak saya?” tanya Aisyah dengan tatapan tajamnya.

“Gue nggak bermaksud apa-apa, Syah,” ucapnya. Aisyah tak akan mudah untuk percaya. Laki-laki itu sudah membunuh calon anaknya.

“Kalau anda tidak bermaksud apa-apa lalu kenapa anda kembali muncul lagi?” tuding Aisyah sinis.

“Gue hanya datang buat minta maaf, Syah. Tapi gue nggak punya muka buat datang langsung ke lo dan lagi pasti suami lo nggak akan ngijinin jadinya gue kayak gini aja sama Anak lo,” jelas Adam.

“Jauhin Anak saya,” ucap Aisyah tanpa ekspresi.

“Nggak akan sebelum lo maafin gue, Syah. Gue tersiksa selama lima tahun terakhir ini karena rasa bersalah gue sama lo, maafin gue atas semua yang gue lakuin ke lo selama ini,” sesal Adam.

“Anda sudah saya maafkan jadi pergi dari sini dan jangan muncul lagi di depan saya terutama depan Anak saya. Pergilah sejauh mungkin,” usir Aisyah kasar.

“Tapi---”

“Adam, Aisyah? Ada apa ini?” Gus Hanan muncul dari arah kanan Aisyah. Melihat itu, Aisyah jadi takut dan harus menjelaskan seperti apa pada suaminya itu.

“Itu---”

•••

See you;))

Ini part terakhirnya, jangan ada yang minta part lagi karena author sibuk menata masa depan 😂😂😂

Salam sayang dari author 🤗🤗

Kamis, 19 Mei 2022, Nusa Tenggara Barat

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang