Happy Reading;))
•••
“Eunghhh...”
“A—ussshh...”
Saat baru membuka matanya, Aisyah merasakan sakit yang teramat dibagian perutnya. Sudah dua hari lamanya setelah operasi kedua kemarin, ia baru membuka matanya sekarang. Tangan Aisyah terangkat untuk meraba perutnya, ia merasakan ada perban di sana. Otaknya berputar pada kejadian beberapa hari lalu, ia ingat dengan jelas sekarang dimana Adam yang ingin menusuk Gus Hanan tapi justru ia melindunginya.
Aisyah kemudian melirik ke arah samping kanan brankar, ternyata disana ada Gus Hanan yang tertidur dengan menggunakan tangannya sebagai bantalan dan tangan Aisyah yang selalu ia genggam.
Tangan Aisyah yang semula berada diatas perutnya kini beralih mengusap wajah suaminya, ia merindukan laki-laki itu. Ia juga bahagia saat melihatnya baik-baik saja sekarang.
“Maaf sudah merepotkanmu dan terima kasih karena selalu ada,” ucapnya begitu lirih.
Aisyah berusaha melepaskan tangannya yang digenggaman Gus Hanan karena terasa keram. Berkali-kali ia mencoba tapi belum berhasil, genggaman suaminya begitu erat sampai ia kesusahan, dia juga tak bisa banyak bergerak dulu, lukanya masih basah.
Aisyah kembali menarik tangannya, ia lalu menghentikan gerakannya itu ketika melihat suaminya terganggu dengannya. Saat Gus Hanan kembali tenang, ia kemudian menariknya lagi hingga tangannya terlepas, bersamaan dengan itu, suaminya juga terbangun karena terganggu dengan Aisyah yang menarik tangannya.
“Hmm...”
“Maaf aku bangunin kamu ya,” sesal Aisyah merasa bersalah pada suaminya. Ia justru menganggu tidur laki-laki itu padahal itu sudah larut malam, pasti suaminya kelelahan saat menjaga dirinya.
“Kamu...” Mata Gus Hanan mengerjap berkali-kali. Ia kembali menggosok matanya berharap ia tak salah lihat, Aisyah sudah sadar.
“Maaf,” ucapnya lagi. Begitu lirih.
“Syah,” lirih Gus Hanan dengan suara yang tercekat, Aisyah mengusap bulir-bulir bening yang mengalir membasahi pipi suaminya.
Tanpa aba-aba lagi, Gus Hanan langsung mendekap istrinya dengan erat, ia bahkan lupa kalau perut istrinya itu bekas operasi dan masih belum kering lukanya. Aisyah dengan senang menerima pelukan suaminya, walaupun harus menahan sakit yang teramat perih.
“Tolong jangan kayak gitu lagi, Syah. Kamu nggak perlu sampai segitunya lindungin a'a. Jangan sampai kamu ngorbanin diri kamu sendiri kayak kemarin lagi, a'a sakit kalau kamu sakit, Syah.” Tangan Aisyah terangkat mengelus punggung laki-laki itu.
Mata Aisyah sudah berkaca-kaca, ia tidak mungkin untuk tidak melakukan itu sedangkan ia bisa, ia tidak mungkin membiarkan laki-laki yang dicintainya terluka dan itu karena laki-laki yang mencintainya.
“Maaf karena membuat kalian khawatir, aku juga nggak bisa lihat kamu terluka, a'a. Hati aku juga akan sakit ketika melihat orang yang aku cintai sakit, maaf karena aku kamu dalam bahaya, itu semua karena aku, jika aku tidak ada pasti hidup kamu akan baik-baik saja, maaf.”
Gus Hanan melerai pelukannya pada Aisyah, ia mengusap air mata istrinya itu. Kepalanya ia gelengkan pertanda tidak setuju dengan ucapan Aisyah, itu bukan salahnya, yang harus disalahkan di sini adalah dirinya karena gagal melindungi Aisyah.
“Ini bukan salah kamu, Syah. Aku yang salah disini, kamu berada di sini karena aku, harusnya aku yang melindungi kamu bukan malah sebaliknya, aku bodoh. Aku gagal melindungi istri dan anakku,” lirih Gus Hanan diakhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N A N & A I S Y A H [END]
Ficción General⚠️HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!!⚠️ 🍁🍁Spiritual, romance, religius 🍁🍁 ••• "Aku mencintainya karena Allah bukan karena kesempurnaannya." -Hanan Ahmad Hisyam- ••• "Terima kasih karena telah mencintaiku dan membuatku meras...
![H A N A N & A I S Y A H [END]](https://img.wattpad.com/cover/289185052-64-k718677.jpg)