37. Siapa pendonornya 🌾

4K 364 40
                                    

Happy Reading;))
•••

“Kenapa? Ada apa?” tanya Gus Hanan yang tak sabaran.

Lima menit yang lalu Aisyah pamit keluar untuk mengangkat telepon dan sekarang ia baru kembali. Gus Hanan yang mendengar pintu kamar terbuka dan yakin kalau itu istrinya, ia lantas bertanya.

“Tadi dokter yang kemarin nanganin kamu telfon,” ucap Aisyah.

“Terus?”

“Dia bilang kalau sudah menemukan pendonor mata untuk kamu dan harus segera dioperasi katanya,” imbuh Aisyah. Gus Hanan bernafas lega, sebentar lagi ia bisa melihat wajah istrinya jika operasi itu berhasil.

“Terus kenapa kamu kayak nggak senang gitu? Kamu nggak suka kalau a'a bisa lihat lagi?” Aisyah menggeleng walaupun tak bisa dilihat oleh suaminya.

“Bukan gitu a',” bantah Aisyah.

“Lalu apa?” tanyanya.

Aisyah belum menjawab, ia justru berhamburan memeluk suaminya itu. Perasaan haru dan juga senang dirasakan oleh Aisyah. Ia bersyukur karena Allah sudah mengabulkan do'anya.

“Aku itu bahagia a', akhirnya Allah mengabulkan doa aku supaya kita cepat mendapatkan pendonor untuk kamu, aku tersiksa a' kalau lihat kamu kayak gini terus,” isaknya.

Gus Hanan mengelus punggung istrinya agar wanita itu tenang.

“Makasih,” ucap Gus Hanan.

“Nggak usah berterima kasih, mendoakan kamu adalah kewajiban aku sebagai seorang istri,” sahut Aisyah.

“Sayang banget sih sama kamu,” ungkapnya. Aisyah tersipu malu.

“Sayangnya aku udah nggak,” ketus Aisyah. Gus Hanan merubah raut wajahnya menjadi datar, melihat itu Aisyah menahan tawanya.

“Aku udah nggak sayang lagi sama kamu, a'. Sayang aku sama kamu itu udah ngga biasa tapi sangat luar biasa, sayangnya pake buanget malahan,” imbuh Aisyah.

Gus Hanan tersenyum tipis. Aisyah selalu bisa merubah suasana hatinya, wanita itu punya banyak cara untuk menghibur dirinya saat sedih karena kondisinya sekarang.

“Bisa aja kamu bikin a'a takut,” ucap Gus Hanan.

“Takut kenapa?” tanya Aisyah khawatir.

“Takut kehilangan kamu,” kata Gus Hanan yang sukses membuat pipi Aisyah memerah karena malu.

“A'a bisa aja deh, jangan bikin aku terbang, aku bukan bidadari jadi nggak punya sayap,” kekeh Aisyah.

“Kamu itu bidadari dunia a'a dan akan menjadi bidadari surga a'a juga, Syah,” ucap Gus Hanan.

“Nggak punya sayap jadi nggak bisa jadi bidadari,” sahut Aisyah.

“Bisa, bidadari dunia itu tak bersayap tapi ia berhijab, kamu udah jadi bidadari dunianya a'a dan akan jadi bidadari surga a'a juga nanti.” Aisyah tersenyum tipis mendengar itu.

“Aamiin ya Allah,” timpal Aisyah.

“Aamiin allahumma aamiin,” imbuh Gus Hanan.

“Oh iya, a'. Tadi kata dokternya jadwal operasi kamu besok siang, kamu siap?”

“Siap dong,” sahutnya.

“Kita harus kasih tahu yang lain juga, a'. Umi, Bunda sama Mamah Devina pasti senang banget kalau tahu kamu akan segera dioperasi dan bisa lihat lagi kayak dulu,” ucap Aisyah.

“Kamu aja yang ngasih tahu mereka nanti ya,” ujar Gus Hanan.

“Iya a',” sahut Aisyah.

“Dokter tadi bilang nggak sama kamu siapa orang yang mau donorin matanya buat a'a?” tanya Gus Hanan.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang