10. Bidadari surga 🌾

7.9K 534 3
                                    

Happy Reading;))
•••

Pukul 03:45 dini hari Gus Hanan terbangun dari tidurnya, ia meraba tempat tidur di samping, ia merasa tak ada siapapun lalu ia bangun. Mata gus Hanan melirik, tak ada siapapun lalu kemana istri kecilnya pergi.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka lebar, Gus Hanan dengan cepat melirik ke arah kamar mandi, ia kemudian bisa bernafas lega setelah melihat Aisyah yang muncul di sana.

"Loh a'a udah bangun, Aisyah ganggu tidur a'a ya?" tanya Aisyah dengan rasa bersalahnya.

"Nggak, a'a cuman khawatir sama kamu. Kamu mandi?" Aisyah mengangguk lalu berjalan menghampiri meja riasnya dan duduk di sana sambil bercermin.

"Iya, supaya bisa sholat subuh bareng a'a," jawab Aisyah. Gus Hanan bangkit dari tempat tidur lalu berjalan menghampiri Aisyah yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Gus Hanan menatap takjub rambut hitam sepunggung Aisyah, untuk pertama kalinya ia melihat rambut istrinya itu, sangat indah

Gus Hanan berdiri di samping Aisyah lalu mengambil alih handuk di tangan Aisyah. Ia kemudian membantu Aisyah mengeringkan rambutnya seperti yang Aisyah lakukan padanya.

"Udah a' biar Aisyah aja sendiri," tolak Aisyah tapi Gus Hanan tetap melakukannya.

"Udah biar a'a aja, Syah. Masa iya kamu doang yang ngeringin rambut a'a. A'a juga mau ngeringin rambut kamu juga dong," protes Gus Hanan.

"Iya terserah a'a aja deh tapi nanti kalau ketinggalan subuh gara-gara acara ngeringin rambut ini, Aisyah marah loh sama a'a," kata Aisyah.

"Iya sayang. Bawel banget sih istrinya a'a jadi makin sayang," goda Gus Hanan. Ia mengecup pucuk kepala Aisyah yang masih sedikit basah. "Wangi banget deh," imbuh Gus Hanan.

"Udah sana a'," usir Aisyah.

"Iya sayangku," gemas Gus Hanan. Ia berlari menuju kamar mandi karena takut kena amukan sang istri yang sudah melayangkan tatapan membunuhnya.

Setelah Gus Hanan selesai mandi bersamaan dengan adzan subuh, akhirnya mereka berdua bisa melaksanakan sholat berjamaah untuk pertama kalinya setelah hampir sebulan lebih menikah.

Selesai sholat, Gus Hanan mengajak Aisyah untuk membaca Al-Quran bersama, Aisyah dengan senang hati menyetujuinya, ia juga punya kesempatan untuk memperbaiki bacaannya dan juga penyebutan huruf-hurufnya.

"Makrojul hurufnya masih ada sedikit yang belum tepat, perbaiki lagi ya. Nanti a'a ajarin supaya pinter," ucap Gus Hanan. Aisyah mengangguk antusias, ia dengan senang hati jika diajarkan oleh suaminya.

"Aku merasa belum pantas deh, a'. Ayahku seorang Ustadz, Bundaku lulusan pesantren dan suamiku seorang Gus tapi aku hanya wanita yang awan dan fakir ilmu, aku menyesal kenapa dulu nggak setuju aja sama permintaan Bunda buat masuk pesantren," curhat Aisyah.

Dulu sebelum masuk SMA, Bundanya pernah meminta Aisyah untuk masuk pesantren saja daripada sekolah biasa tapi Aisyah menolak dan tetap ingin masuk sekolah biasa seperti temannya.

"Syah, dengerin a'a ya, nggak ada kata tidak pantas, Allah mempertemukan kita karena kita memang pantas untuk bersama, soal ilmu agama itu kita bisa belajar pelan-pelan, waktu itu a'a pernah bilang sama kamu kan kalau a'a akan ngajarin kamu sampai kamu bisa," kata Gus Hanan tulus.

"Makasih a'," balas Aisyah.

"Itu tugas a'a sebagai suami kamu," ucap Gus Hanan. Ia memeluk tubuh Aisyah yang masih terbungkus mukena nya.

"Dulu Aisyah pernah berdoa sama Allah tentang jodoh masa depan," celetuk Aisyah.

"Doa seperti apa?" tanya Gus Hanan sambil mengelus kepala Aisyah lembut.

"Ya Allah, jika yang baik dipertemukan dengan yang baik, maka hambamu yang sedang memperbaiki diri ini tolong pertemukan dengan orang yang terbaik agar bisa membantu hamba untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan selalu berada dijalanmu," jelas Aisyah.

Gus Hanan tersenyum, ia mengecup pucuk kepala Aisyah yang tertutup mukena, sepertinya mengecup kepala Aisyah adalah hal wajib baginya di setiap saat.

"Ternyata Allah mengabulkan doa hambanya yang fakir ini, dia mengirimkan hambanya yang paling baik untuk membantu Aisyah untuk berubah jadi lebih baik lagi, Aisyah beruntung tau bisa jadi istri a'a," ungkap Aisyah dengan wajah binar.

"A'a yang lebih beruntung dapat istri jelmaan bidadari surga kayak kamu," ucap Gus Hanan tulus. "Mau terus peluk kayak gini atau mau turun ke bawah bantuin Bunda masak?"

"Eh! Lupa a', astagfirullah!!" Aisyah spontan melepaskan pelukannya pada Gus Hanan, ia beranjak hendak berdiri. Namun, tanpa sengaja ia menginjak ujung mukenanya sehingga membuat dia kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.

"Arrggg!!" pekik Aisyah karena terjatuh, ia reflek menutup matanya karena takut.

Seperkian detik Aisyah terjatuh, ia masih memejamkan matanya, tubuh tak merasakan sakit apapun, apakah dia sudah mati sehingga tak merasakan apapun.

Ternyata Aisyah jatuh tepat di atas pangkuan Gus Hanan, itulah yang menjadi penyebab dia tak merasakan sakit sama sekali.

"Mau kayak gini terus?" tanya Gus Hanan kemudian. Aisyah membuka matanya, ia mengerjap berkali-kali setelah menyadari posisi keduanya. Dengan cepat Aisyah menjauhkan tubuhnya dari Gus Hanan, ia lantas berdiri.

"Eh! Maaf a' nggak sengaja," cengir Aisyah bercampur malu setengah hidup. Gus Hanan ikut berdiri setelah Aisyah berdiri.

"Makanya hati-hati dong," nasehat Gus Hanan, ia membenarkan mukenah Aisyah yang sempat bergeser karena terinjak oleh dirinya sendiri.

"Iya," sahut Aisyah. Ia melepaskan mukenahnya lalu mencari jilbabnya yang berada dalam lemari untuk ia pakai. Setelah memakai jilbab, ia turun ke bawah untuk menghampiri Bundanya.

"Tunggu!!" Tangan Gus Hanan menahan Aisyah untuk tak beranjak terlebih dahulu. Aisyah berbalik menatap wajah Gus Hanan, sorot matanya seolah mengisyaratkan 'kenapa' pada Gus Hanan.

Gus Hanan mengerti sorotan mata Aisyah. "Kalau lagi sama a'a jilbabnya bisa dibuka," pinta Gus Hanan.

Aisyah terdiam, memang selama ini baru tadi subuh ia tak memakai jilbab didepan suaminya. Suaminya juga berhak melihat apa yang ada pada dirinya, Aisyah merasa berdosa selama ini jika diingat-ingat.

"Kenapa? Kamu nggak setuju ya?" tanya Gus Hanan.

"Setuju kok a', nanti Aisyah nggak akan pake jilbab kalau lagi sama kamu. Sekarang Aisyah harus kebawah, nggak jadi mulu dari tadi gara-gara kamu," ucap Aisyah gemas sendiri.

"Kok aku?" tanya Gus Hanan menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi? Aku gitu?" Gus Hanan menghela nafas gusar, perempuan selalu benar.

"Iya aku, kamu mah nggak pernah salah," pasrah Gus Hanan. Aisyah terkekeh mendengar itu.

"Gitu dong sayang," kekeh Aisyah, ia sengaja menggoda Gus Hanan dengan memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.

"Apa? Ulang-ulang," pinta Gus Hanan dengan senyum merekah dikedua bibirnya.

"Nggak ada," tolak Aisyah. Ia kemudian berjalan keluar kamar untuk menghampiri bundanya.

Aisyah meninggalkan Gus Hanan dengan perasaan gemas karena dirinya barusan. Gus Hanan tak hentinya tersenyum melihat tingkah istri kecilnya.

"Semoga kita selamanya seperti ini, Aisyah. Saya tidak ingin ada apapun yang membuat kita berjauhan kecuali maut saja," gumam Gus Hanan.

•••

Jangan lupa untuk vote, follow dan komen juga ya;)

See you;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang