8. Istriku 🌾

10.5K 663 5
                                    

Happy Reading;))
•••

Pagi kembali menyapa, malam telah lenyap, bulan terganti dengan sinar mentari pagi. Pasutri muda ini masih terlelap indah dalam tidurnya, bukan keduanya, hanya Aisyah lah yang masih terlelap sedangkan Gus Hanan, dia sudah bangun tadi subuh.

Gus Hanan sempat membangunkan Aisyah tapi karena gadis itu sedang berhalangan untuk sholat jadi dia sendiri lah yang sholat tadi sedangkan istrinya lanjut tidur.

Aisyah menggeliat dalam tidurnya hanya untuk mencari posisi nyaman, ia tidur dalam dekapan suaminya. Pelukan erat Aisyah membuat Gus Hanan tidak bisa bergerak dengan bebas.

"Selamat pagi istriku," sapa Gus Hanan dikala Aisyah membuka matanya. Hati Aisyah menghangat di pagi hari setelah mendapatkan kecupan hangat dikeningnya.

"Udah pagi ya?" tanya Aisyah dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Gus Hanan mengusap kepala Aisyah yang tertutup jilbabnya, meskipun sudah menikah tapi Aisyah belum terbiasa tidak menggunakan jilbab di depan Gus Hanan.

"Udah dari tadi paginya kamu aja yang tidur kayak kebo," ledek Gus Hanan sambil terkekeh.

"Berarti Gus suaminya kebo dong," ejek balik Aisyah. Ia juga ikut terkekeh bersama Gus Hanan.

"Nggak papa asalkan kebonya kamu," kekeh Gus Hanan.

"Gus ih!" rengek Aisyah.

"Na'am sayang," sahut Gus Hanan.

Aisyah selalu tersipu ketika Gus Hanan memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Meskipun bukan pertama kalinya, tetap saja rasanya beda.

"Sekarang kamu bangun dulu, cuci muka atau mandilah, udah ditunggu Bunda sama Ayah di bawah," titah Gus Hanan.

Aisyah bangun dan mendudukkan dirinya diikuti oleh Gus Hanan. Gadis itu turun dari kasur berjalan menuju kamar mandi, Gus Hanan menunggu diluar saja karena dia sudah lebih dulu mandi.

•••

15 menit berlalu, Aisyah keluar dari kamar mandi dengan keadaan rapi. Ia kemudian turun ke bawah, sebelum itu Aisyah sempat melirik ke segala arah kamarnya, tidak ada Gus Hanan. Mungkin dia sudah berada di bawah bersama orang tuanya.

Dengan buru-buru Aisyah turun ke bawah, tepatnya langsung ke meja makan. Di sana juga tidak ada Gus Hanan lalu kemana dia, dimeja makan hanya ada kedua orang tuanya.

"Bunda, Gus Hanan kemana? Kok nggak ada?" tanya Aisyah sambil duduk di samping bundanya.

"Loh tadi Hanan nggak bilang gitu sama kamu kalau dia mau pulang ke Malang dulu?" Bukannya menjawab, Hafsah justru balik bertanya.

"Nggak bilang sama sekali sama, Aisyah. Terus dia berapa lama di sana?" tanya Aisyah.

"Katanya nanti sore balik lagi kok, takut banget ditinggal lama-lama, kemarin aja sok jual mahal," ledek Hafsah.

"Bukan jual mahal Bunda tapi Aisyah masih syok aja, masa iya Aisyah yang baru lulus SMA udah Bunda nikahin mana sama Gus sekaligus Ustadz lagi, Aisyah bagaikan remahan rengginang dipersandingkan dengan Gus Hanan," bela Aisyah.

"Alah sama aja," ejek Hafsah.

"Ayah, lihat bunda tuh," rengek Aisyah mengadu pada Yusuf -ayahnya.

"Bidadari-bidadarinya Ayah, udah ya. Sekarang kita makan, Ayah udah laper ini loh," lerai Yusuf.

"Ayah mah nggak asik," ketus Aisyah dan Hafsah bersamaan. Sedangkan Yusuf, ia hanya nyengir tak jelas.

Ketiganya kemudian mulai memakan sarapan mereka tanpa ada yang bersuara lagi. Hanya ada suara sendok dan piring yang bersentuhan.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang