23. Hilang 🌾

3.8K 318 8
                                    

Happy Reading;))
•••

“Aisyah kemana sih? Ditelfon berkali-kali nggak diangkat? Katanya nunggu depan gerbang terus mana sekarang? Ini kampus juga udah sepi kayaknya?”

Abi sudah sampai di kampus Aisyah beberapa menit yang lalu tapi ia tak bisa menemukan Aisyah dimana-mana. Kemana pergi adiknya itu, ia telfon berkali-kali juga tak ada jawaban walaupun teleponnya tersambung.

“Gue nyari Aisyah dimana lagi ini?”

Abi mengacak-acak rambutnya frustasi. Jika Aisyah kenapa-napa, ia tak akan memaafkan dirinya sendiri.

“Apa gue pulang dulu aja kali ya, siapa tahu Aisyah udah pulang bareng temennya gara-gara kelamaan nunggu gue?” Abi nampak berpikir sebentar.

“Yaudah deh gue pulang aja dulu.”

Abi kembali berlari masuk ke dalam mobilnya untuk pulang ke rumah saja mencari Aisyah. Semoga saja Aisyah sudah pulang duluan bersama temannya dan jika tidak? Kemana perginya dia.

•••

Hanya butuh waktu beberapa menit untuk Abi sampai kembali ke rumahnya. Tanpa bersantai lagi, ia langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Bahkan, ayah dan bundanya yang sedang bersantai di teras jadi terheran-heran dengan Abi yang berlarian seperti itu.

“Kenapa lari-lari, Abi? Kalau kamu mau ikut lomba lari nanti biar Ayah daftarin?”

Abi berhenti tepat di depan kedua orang tuanya, tangannya menumpu pada lututnya. Nafasnya sudah terengah-engah karena berlari dari luar pagar sampai dalam rumah hanya karena khawatir dengan Aisyah.

“Aisyah udah pulang belum?” tanya Abi tanpa menyahut ucapan ayahnya tadi.

Hafshah menatap bingung kearah putranya, bukannya dia yang pergi menjemput adiknya itu, lalu kenapa dia bertanya lagi apakah Aisyah sudah pulang atau belum. Seharusnya Aisyah pulang bersamanya.

“Kok kamu nanya Bunda sama Ayah sih? ‘Kan kamu yang pergi jemput Aisyah, seharusnya Bunda sama Ayah yang nanya sama kamu. Aisyah mana? Kok nggak pulang bareng kamu?” Hafshah balik bertanya pada Abi.

“Nah itu dia masalahnya, Bunda. Tadi pas aku udah nyampai kampus, Aisyah nggak ada. Kampusnya juga udah sepi, nggak ada orang lagi didalamnya, terus aku telfon juga nggak dia angkat walaupun tersambung,” jelas Abi.

“APA?!”

“Astaghfirullah, Bunda. Aku kaget tahu!!” Abi mengusap dadanya.

“Maaf, Bunda kaget soalnya. Bunda juga khawatir sama Aisyah, kemana sih dia? Pergi kok nggak bilang sama kita dulu, kebiasaan.” Hafshah berdecak khawatir.

“Coba kamu telfon lagi, siapa tahu dia lagi jalan sama temennya dan ponselnya ada dalam tas makanya nggak kedengaran,” timpal Yusuf.

Abi mencoba menghubungi Aisyah lagi. Nihil, hasilnya tetap sama. Tak ada jawaban dari sang empu di ujung sana. Hal itu membuat Abi semakin ketar-ketir sendiri.

“Gimana?”

“Nggak dijawab, Yah. Gimana nih, Abi khawatir sama Aisyah, Bun, Yah. Gus Hanan kemana?”

“Hanan tadi keluar sebentar ada urusan mendadak, paling bentar lagi balik dia.” Abi mengangguk.

“Terus gimana sama Aisyah, Mas?” Hafshah sudah berkaca-kaca. Ia khawatir dengan keadaan Aisyah, bagaimana kalau dia diculik terus dijual keluar negeri. Ngeri!!

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang