15. Perihal anak 🌾

5.9K 416 15
                                    

Happy Reading;))
•••

Setelah selesai makan, Aisyah memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum sholat. Bahkan ia sudah meminta Gus Hanan agar sholat duluan saja tanpa menunggu dirinya selesai mandi.

15 menit dalam kamar mandi, akhirnya dia keluar dengan tubuh dan wajah yang sudah terasa segar setelah mandi. Aisyah merasa heran ketika melihat Gus Hanan masih belum siap-siap untuk sholat.

"A'a udah sholat belum?" tanya Aisyah yang fokus menggosok rambutnya yang basah.

"Belum sayang, a'a kan nunggu kamu dulu. Kita sholat bareng, a'a yang imamin ya," ucap Gus Hanan.

Tanpa berbicara lagi, selesai menggosok rambutnya, Aisyah langsung menyiapkan mukena dan sajadah sedangkan Gus Hanan hanya diam memperhatikan istrinya itu.

"Kok diam, a'? Sana ambil wudhu dulu atau aku yang duluan aja?"

"Yaudah kamu duluan aja deh," ucap Gus Hanan. Aisyah bergegas, langkah kaki Aisyah terhenti ketika Gus Hanan menahan tangannya. Aisyah berbalik.

"Kenapa a'?"

Dia menarik Aisyah agar lebih dekat dengannya, dikecup nya keningnya Aisyah membuat istrinya itu reflek menutup matanya.

"Nggak mau kasih hadiah gitu ke aku? Aku di Malang seminggu loh, Syah? Kamu tau nggak nahan rindu seminggu itu berat banget," bisik Gus Hanan tepat ditelinga Aisyah hampir membuat Aisyah ingin mati saja.

"Hadiah? Hadiah apa?" tanya Aisyah bingung.

"Ini." Gus Hanan menunjuk pipi kanannya disertai senyum menggoda kearah Aisyah. Gadis itu langsung menunduk karena malu, ia paham dengan kode suaminya.

"Nggak usah aneh-aneh deh, nanti waktu dzuhur nya kelewat, udah lepas aku mau wudhu dulu." Aisyah melepaskan tangan gus Hanan yang menahan lengannya.

"Yah," pasrah gus Hanan.

Cups!

Tanpa Gus Hanan sangka, ternyata Aisyah beneran menciumnya dan setelah itu ia berlari menuju kamar mandi karena malu.

"Gadis nakal," kekeh Gus Hanan.

Gus Hanan kembali duduk di atas tempat tidur untuk menunggu giliran buat wudhu setelah Aisyah selesai.

Ia masih terngiang-ngiang kelakuan Aisyah tadi, kenapa bisa dirinya sebahagia itu hanya sekedar mendapatkan ciuman dari Aisyah.

"Lemah banget iman kamu, Nan. Dicium istrinya aja langsung baper," monolog Gus Hanan sendiri.

•••

"A' aku mau nanya tapi jawabnya harus serius ya," ucap Aisyah.

Sekarang keduanya tengah berada di balkon kamarnya Aisyah. Posisi Aisyah yang berdiri sedangkan Gus Hanan duduk di kursi yang terdapat di sana.

"Nanya apa nih? Jadi deg-degan akunya?"

"A'a kepengen nggak sih punya anak?" Pertanyaan tiba-tiba Aisyah membuat Gus Hanan sontak berdiri di sampingnya dan menatapnya serius.

"Kok kamu tiba-tiba nanya kayak gitu, Syah?" Gus Hanan malah balik bertanya pada Aisyah karena kaget.

Aisyah membalas tatapan Gus Hanan untuknya. "Nggak papa sih, nanya doang. Kalau kamu udah kepengen punya anak ya kita bisa proses," ceplos Aisyah. Tanpa ia tahu, Gus Hanan bersorak dalam hatinya.

"Kalau kamu nanya kayak gitu ya jawaban aku pasti kepengen lah tapi itu tergantung dari kamunya juga, aku nggak bisa mutusin sendiri. Aku nggak mau memaksakan keinginan ku sendiri, lagi pula kamu masih kuliah kan, nanti repot kalau ngurus anak juga," jelas Gus Hanan.

Aisyah menatap teduh mata suaminya, ia menyinggung senyum tipis. "Kalau aku juga sama kayak kamu gimana, a'?" goda Aisyah.

"Ya kalau kamu mau ya kita bisa proses, sekarang juga boleh?" Gus Hanan tak mau kalah, ia juga menggoda Aisyah dengan senyum jahilnya.

"Dasar mesum," cibir Aisyah.

"Sama istri sendiri juga," balas Gus Hanan tak mau kalah.

"Ada aja jawabannya."

"Jadi gimana nih? Jadi nggak proses buat anaknya?" Gus Hanan kembali menggoda Aisyah, alisnya ia naik turunkan sebelah.

"Jangan sekarang juga kali, Gus. Masa iya siang hari." Aisyah menutup mulutnya yang gatal, ia sudah mempermalukan dirinya sendiri dengan berbicara seperti tadi.

"Berarti kalau malam bisa dong?"

"Kamu ya a'." Aisyah menatap tajam suaminya, antara kesal dan malu sudah bercampur aduk sama rata.

"Iya sayangku, istriku, cintaku." Gus Hanan terkekeh diakhir ucapannya.

"Apa sih, geli tau nggak!!" ketus Aisyah. "Kayak orang kurang belaian aja kamunya," imbuhnya sambil terkekeh.

Mendengar ucapannya istrinya, Gus Hanan menarik Aisyah agar lebih dekat padanya. Hal itu membuat Aisyah semakin panik tak karuan.

"Kan emang kurang belaian dari kamu sayang," bisik Gus Hanan tepat ditelinga Aisyah membuat bulu kuduk nya berdiri karena merinding.

"Kamu siapa sih?" Aisyah mendorong Gus Hanan agar menjauh darinya.

"Suami kamulah, siapa lagi emangnya?"

"Kamu bukan suaminya Aisyah. Suaminya Aisyah itu nggak alay kayak gini, dia itu orangnya cool tau nggak," ucap Aisyah seperti orang bingung membuat Gus Hanan jadi takut.

"Aku suami kamu, Syah. Masa suaminya sendiri lupa sih? Kesel tau nggak?" Diakhir katanya terdapat nada lebay membuat Aisyah hampir tertawa.

"Iya tau a'." Aisyah tertawa keras sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Aura wajah Gus Hanan berubah jadi suram, ia dikerjain oleh istrinya cantiknya.

"Kamu ya." Gus Hanan mencubit kedua pipi Aisyah karena merasa gemas dengan sikap dan tingkah istrinya itu.

Tawa Aisyah semakin tak tertahan, selain mencubit pipi Aisyah. Gus Hanan malah menggelitiki seluruh tubuh Aisyah sehingga perempuan itu tak kuasa menahan tawanya.

"Ampun a'," ucap Aisyah disela tawanya. Ia benar-benar tak bisa lagi menahan tawanya.

"Nggak akan aku ampuni, kata-kata nya kurang romantis," kata Gus Hanan.

Aisyah memutar otaknya. "Ampun suamiku tersayang, hahahah." Sumpah Demi apapun, Aisyah benar-benar sudah tak mampu lagi untuk menahan tawanya.

"Ulang-ulang," pinta Gus Hanan.

"Tapi lepasin dulu." Gus Hanan melepaskan tangannya yang menggelitik tubuh Aisyah.

Aisyah mendudukkan dirinya dibawah lantai karena merasa lemas, tenaganya sudah terkuras karena tertawa sedari tadi akibat ulah suaminya.

"Lemes a'," adu Aisyah. Gus Hanan ikut duduk bersama Aisyah dibawah lantai. Tangan besar Gus Hanan mengelus kepala istrinya yang tertutup jilbabnya.

"Sayang banget sih sama makhluk yang satu ini," ucap Gus Hanan gemas, ia mengecup seluruh wajah Aisyah.

"Makasih karena udah mau hidup bersama Aisyah, a'." Aisyah menatap dengan sorotan mata yang begitu tulusnya.

"Sama-sama sayang," balas Gus Hanan. Ia kemudian memeluk istrinya itu begitu erat.

•••

"Sekarang kalian boleh tertawa tapi akan kupastikan dihari yang akan datang kalian akan menangis lirih karena kehilangan," gumamnya dengan senyuman sinis menatap ke arah balkon dimana terdapat sepasang manusia yang tengah berpelukan.

Tangannya mengepal kuat sampai terlihat urat-urat nadinya. Sorot matanya berisi kebencian dan hanya kebencian saja.

Tak lama kemudian, ia menghilang dibalik semak-semak tempat ia bersembunyi tadi. Beribu dendam tertanam dalam hati kecilnya.

•••
Bersambung

Jangan lupa buat vote, follow dan komen juga ya;))

See you;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang