34. Kecelakaan 🌾

3.9K 307 1
                                    

Happy Reading;))
•••

“A'...”

Suara Aisyah tercekat, matanya berkaca-kaca ketika melihat sosok manusia yang ia rindukan kini berada di hadapannya walaupun lewat layar ponselnya.

Aisyah mendongakkan kepalanya agar bisa menghentikan air matanya yang mulai berjatuhan. Sejujurnya ia malu untuk berhadapan langsung dengan laki-laki yang kini wajahnya terpampang jelas di layar ponselnya.

“Aisyah minta maaf untuk semuanya, a'. Aisyah salah, Aisyah udah nyakitin hati a'a, Aisyah udah jadi istri yang durhaka sama suaminya. Maaf,” lirih Aisyah tak berani menatap langsung suaminya.

Kamu nggak perlu minta maaf, a'a juga salah karena menyembunyikan kebenaran yang sebesar ini sama kamu. A'a nggak bermaksud, takut semuanya akan seperti ini makanya a'a sembunyikan dari kamu. A'a takut kalau kamu ninggalin a'a karena masalah keluarga a'a yang begitu menyedihkan.

Aisyah tersenyum mendengar ucapan suaminya, laki-laki itu ternyata takut akan kehilangan dirinya makanya ia menyembunyikan semua itu darinya.

“Aku bukan orang yang kayak gitu, a'. Emang kamu, ngambeknya sampai Malang, mana nggak bilang sama aku lagi. Dulu udah dibilangin kalau mau kemana-mana kasih tahu dulu sekalipun kita lagi bertengkar,” sindir Aisyah telak.

Gus Hanan hanya bisa terkekeh disebrang sana, wajah cemberut istri begitu menggemaskan.

Namanya juga lagi marah, itu juga gara-gara kamu. Ngomongnya suka sembarangan, dapetin kamu itu susah masa iya harus lepasin gitu aja, udah cintanya setengah hidup disuruh pisah, sakit hati aku, Syah.

“Aku juga sakit, a'. Kamu pikir kamu doang, aku juga sakit hati tapi aku terpaksa buat ngelakuin semua itu karena aku pikir itu yang terbaik buat semuanya tapi ternyata aku salah, itu hanya membuat aku, kamu dan yang lainnya semakin terluka,” jelas Aisyah.

“Mamah tadi datang ke rumah dan menyesali semua yang ia lakukan, dia minta maaf sama aku, sama semuanya sama kamu juga. Dia benar-benar menyesal sama semua yang terjadi ini, a'. Dia juga bilang bahwa perjodohan itu tak akan terjadi,” imbuh Aisyah.

“Bagus kalau gitu, aku nggak perlu debat lagi sama kamu cuman gara-gara masalah perpisahan atau semacamnya itu.”

“A'a kapan balik ke Jakarta? Aisyah kangen berat tahu nggak?” Wajah Aisyah cemberut, bibirnya sudah maju merajuk.

“Nanti aja, biar aja kamu kangen dulu. Biar rasain kayak yang aku rasain, emang kamu doang yang bisa, aku juga bisa keles. Aku udah nahan rindu beberapa hari nggak ketemu kamu, biar aja, biar kita impas,” sarkasnya.

“Kok gitu sih? Kayak Bang Abi aja pendendam sama adiknya ini kamu lagi yang pendendam sama istrinya. Jangan sampai nanti kamu menyesal ketika istrimu ini merindukan orang lain ya,” ancam Aisyah.

“Coba saja kalau berani?”

“Siapa takut? Yang dirindukan tak kunjung datang, nyari yang baru bisa kali ya?” goda Aisyah membuat Gus Hanan yang berada disebrang sana melotot sempurna.

“Sayang ish. Awas ya kalau a'a pulang, a'a makan kamu!!”

“Kanibal,” kekeh Aisyah. “Oh iya, minggu depan Bang Abi mau lamaran loh? Sayang banget kalau kamu nggak datang, aku nggak punya gandengan. Minjem anak tetangga sabilah,” goda Aisyah melirik aneh ke arah Gus Hanan.

“Kamu mau benar-benar a'a makan, Syah? Jangan ngegemesin nanti a'a nggak kuat lihatnya, a'a jadi pengen cepat pulang buat makan kamu di rumah,” gemas Gus Hanan.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang