49. Masuk Angin 🌾

5.8K 362 48
                                        

Happy Reading;))
•••

Aisyah mondar-mandir didepan pintu rumahnya, bukan karena gus Hanan terlambat pulang tapi ia khawatir dengan laki-laki itu karena sekarang sedang hujan deras. Saat hujan seperti ini sangat rentan untuk kecelakaan jika sedang berkendara, ia juga tak mau berfikir buruk tapi semua kemungkinan bisa terjadi bukan? Itu yang Aisyah takutkan.

“Kamu dimana sih, a'? Ini udah sore, katanya sampai siang aja tapi sekarang belum pulang? Udah kayak bang Toyib aja nggak pulang-pulang,” gerutunya sendiri.

Posisi Aisyah tak berpindah, ia masih berdiri di dekat jendela rumahnya. Tak lama kemudian, ia melihat seseorang yang tengah berlari masuk ke dalam area rumah dan langsung berdiri di teras depan. Mata Aisyah memincing, setelah diperhatikan cukup lama, ternyata itu suaminya tapi kenapa dia bisa kehujanan gini bukannya tadi dia bawa mobil.

Dengan cepat Aisyah membuka pintu dan menghampiri suaminya yang berada di luar. Melihat Aisyah, Gus Hanan kaget. Cuaca sedang hujan, ia takut jika Aisyah sakit apalagi wanita itu sedang hamil.

“Ngapain di luar? Masuk aja sana nanti a'a nyusul, ini lagi hujan sayang nanti kamu sama dedeknya sakit,” tegur Gus Hanan.

“Kamu ngapain hujan-hujanan sih a'? Nanti sakit loh?” Aisyah justru bertanya balik dan tak mengindahkan pertanyaan suaminya.

“Ceritanya panjang, nanti aja a'a ceritain di dalem. Udah sana masuk, nanti kamu sakit lagi,” ucap Gus Hanan lagi.

“Masuk Aisyah,” tegas Gus Hanan.

“Iya-iya,” balas Aisyah cemberut. “Kalau nanti masuk angin, nggak usah minta tolong sama Aisyah,” imbuhnya.

Mendengar itu, Gus Hanan hanya tersenyum tipis. Kek gitu aja diambekin, emang dasar bumil yang satu ini.

•••

“Haaachim!!”

“Haaachim!!”

“Haaachim!!”

“Aisyah,” panggil Gus Hanan disela bersinnya. Wanita hamil itu tak menjawab, sudah ia katakan tadi. Jika masuk angin jangan minta tolong padanya maka dari itu ia cuek saja.

“Aisyah!! Hey....”

“Don't call my name!!” kesalnya.

“Kenapa si? Ngambek, iya? Ngambek? Lucu tahu kalau lagi ngambek,” ucap Gus Hanan lalu tertawa kecil.

“Nggak usah ketawa, nggak lucu tahu?”

Gus Hanan mendekatkan tubuhnya ke samping Aisyah dan duduk berhadapan dengan wanita itu. Tangannya terulur mengusap wajah Aisyah yang berpaling dan tak mau menatap ke arahnya.

“Lihat sini dong cantik, masa ada orang ganteng dianggurin,” goda Gus Hanan.

Aisyah menepis tangan suaminya itu dengan sedikit kencang. “Nggak usah pegang-pegang nanti virusnya nular sama aku sama anak aku,” ketus Aisyah.

“Nggak papa, matinya juga sama-sama sayang,” papar Gus Hanan.

“Ish nggak ya?! Aku tuh belum mu mati, selain amal aku belum cukup, aku juga mau nikah sama bujang Korea dulu baru mau mati,” sela Aisyah cepat membuat Gus Hanan melotot. Menikah? Bujang Korea?

“Apa?! Coba ulang?!”

“Ng-gak ada,” jawabnya gugup.

“Mau nikah ya? Sama bujang Korea? Iya?” tanya Gus Hanan.

Aisyah gelagapan ketika mata Gus Hanan menatap tajam kearah dirinya. Sekarang dirinya benar-benar mati kutu ditempat.

“Bercanda loh?” Aisyah berusaha tetap tersenyum melawan kegugupan dalam hatinya.

“Ah masa?” goda Gus Hanan.

“Iya beneran deh, sumpah Demi bujang Korea—eh nggak jadi,” kekehnya di akhiri cengiran.

“Dari pada kamu saa bujang Korea mending mati bareng aku aja.” Gus Hanan memeluk erat tubuh Aisyah meskipun berkali-kali ditolak oleh wanita itu. Ia tidak mau ketularan bersn seperti suaminya, laki-laki sudah berkali-kali bersin karena masuk angin gara-gara kehujanan tadi sore.

“Ih nggak mau!! Jauh-jauh sana,” usir Aisyah tapi Gus Hanan tak mau berpindah tempat.

“Nggak, aku mau mati bareng kamu sama anak kita,” ucap Gus Hanan yang semakin memeluk erat Aisyah.

“Jangan ngaco ya!! Anaknya aja belum lihat dunia masa mau diajak mati bareng,” sarkas Aisyah. Gus Hanan tak marah, ia justru tertawa karena Aisyah.

“Yaudah iya, kalau kamu nggak mau mati bareng a'a. Tolong kerokin dong sayang, kayaknya a'a masuk angin deh gara-gara kehujanan tadi sore,” pinta Gus Hanan pada Aisyah.

“Ngapain minta tolong, tadi aja mau dibantuin nggak mau sekarang mau, cih!! Dasar laki-laki labil,” sindir Aisyah. Gus Hanan hanya bisa tersenyum melihat wajah kesal Aisyah.

“Bantuan aja dulu nanti dikasih hadiah,” ungkapnya.

“Apa hadiahnya?” tanya Aisyah antusias, giliran hadiah aja cepat.

“Masih rahasia,” jawab Gus Hanan.

“Kalau nggak dikasih tahu nggak mau ngerokin, lagian ngerokin itu kek gimana sih? Selama hidup aku nggak pernah dikerokin, denger aja baru sekarang?”

“Nanti a'a jelasin dikamar,” ucap Gus Hanan pelan, terdengar seperti bisikan.

“Woi jangan macem-macem lo ya!!” ketus Aisyah.

Cups!!

“Bibirnya nggak sopan sama suami, harus dihukum kayak gitu,” celetuk Gus Hanan tanpa dosa.

“Sembarangan, kaget jadinya. Kenapa nggak bilang dulu,” protes Aisyah.

“Yaudah ayok!!”

“Kemana?”

“Ayok!!”

“Kemana dulu?”

“Ikut aja,” ucap Gus Hanan.

“Nggak!!”

“Ayok Aisyah sayangku,” ajak Gus Hanan lagi.

“No, no, no!!”

“Lama kamu mah,” ucap Gus Hanan lalu kemudian menggendong Aisyah.

“Turunin a', Aisyah takut ih!!”

Aisyah meronta-ronta tapi tak diperdulikan oleh suaminya. Takut tenaganya terkuras habis apalagi dirinya tengah hamil, Aisyah diam dan menurut saja pada suaminya.

•••

“Bagaimana Bu?”

“Seperti katamu, Aisyah bukanlah wanita yang gampang dihasut apalagi dengan ucapan saja, kita harus punya sesuatu juga yang bisa menyakinkan Aisyah,” jawab Asma.

“Tapi kita nggak harus nyerah sekarang 'kan Bu? Aku nggak mau kalau nggak sama Gus Hanan, dia itu cinta pertama dan terakhir aku. Aku nggak perduli sekalipun harus jadi istri keduanya, asalkan aku jadi istri Gus Hanan, bu.” Asma mengelus kepala Ana yang tengah bersandar di bahunya. Ia tak tega jia putrinya seperti ini, ia akan melakukan apapun asal putrinya bahagia.

“Iya sayang, tenang ya. Ibu akan lakuin apapun demi kebahagiaan putri Ibu ini,” papar Asma. Ana tersenyum dalam pelukan ibunya.

“Makasih Bu, Ana sayang sama Ibu,” ucap Ana sembari memeluk erat ibunya.

“Sama-sama sayang, Ibu juga sayang banget sama kamu,” balas Asma.

Asma bertekad untuk melakukan apapun untuk membuat Ana bahagia termasuk membujuk Aisyah agar mau menjadikan Ana istri kedua suaminya.

•••
Bersambung

Jangan lupa vote, komen, follow author juga ya;))

Demi readers, aku rela begadang buat nulis cerita ini;))

See you;;))

Nusa Tenggara Barat, 25 April 2022;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang