11. Cucu 🌾

6.8K 489 0
                                    

Happy Reading;))
•••

"Syah, gimana cucu bunda? Udah diproses belum? Nggak sabar nih Bunda mau gendong cucu, Umi Sarah juga pasti sama kayak Bunda," celetuk Hafsah bertanya pada Aisyah.

Aisyah yang hendak membawa panci nasi ke meja makan jadi terhenti saat mendengar pertanyaan tiba-tiba dari bundanya. Ia terdiam, bingung harus menjawab apa. Jujur, dia belum siap untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan memberikan hak Gus Hanan.

"Kok diam, Syah. Udah sana taruh nasinya di meja, setelah itu kamu panggil Hanan dikamar buat sarapan bareng," titah Hafsah.

"Eh-iya Bunda," ucap Aisyah setelah tersadar dari lamunan kecilnya. Ia kemudian mengangkat panci lalu ia letakkan di meja makan.

"Syah, kalau Hanan minta haknya sama kamu jangan kamu tolak ya, Hanan itu laki-laki normal, Syah. Dia suami kamu dan dia berhak atas kamu. Ingat Syah, nolak suami itu dosa loh," nasehat Hafsah.

"Iya Bunda, Aisyah tahu," sahut Aisyah. Ia jadi merasa bersalah dengan Gus Hanan, walaupun Gus Hanan belum pernah meminta haknya tapi tetap saja ia merasa bersalah.

"Jangan iya-iya aja. Gus Hanan mungkin belum memintanya karena ia menjaga perasaan kamu tapi kamu sebagai istri juga harus bisa ngertiin suami kamu, dia itu laki-laki normal yang juga punya nafsu apalagi sama istrinya sendiri, jangan sampai dia cari yang lain karena kamu nggak mau melayani dia. Ingat Syah, islam tidak melarang poligami loh, jadi besar kemungkinannya kalau Gus Hanan akan poli—" Ucapan Hafsah dipotong cepat oleh Aisyah.

"Udah Bunda, nggak usah dilanjutin, Aisyah nggak sanggup dengernya," potong Aisyah. Ia menutupi kedua telinganya dengan tangan, sungguh Aisyah tak sanggup jika nanti Gus Hanan benar poligami, huft. Membayangkannya saja sudah membuat Aisyah ingin menangis apalagi jika itu benar terjadi.

"Makanya cepat bikinin Bunda cucu, pasti Gus Hanan juga udah nggak sabar pengen punya anak sama kamu," ucap Hafsah. Aisyah terdiam lagi, apakah benar Gus Hanan ingin punya anak bersamanya.

"Terus gimana sama kuliah Aisyah bunda?" tanya Aisyah.

Hafsah mendekat, ia mengelus kepala anaknya yang tertutup jilbab dengan sayangnya.

"Kalau seandainya kamu hamil yaudah cuti dulu sebentar setelah lahiran juga bisa lanjut lagi," jawab Hafsah.

"Yaudah deh, nanti Aisyah ngomong sama Gus Hanan," putus Aisyah. Hafsah mengulas senyum mendengar keputusan Aisyah untuk mempertimbangkannya ucapan untuk mempunyai anak.

"Kok masih manggil Gus sih, Syah. Dia itu suami kamu loh," protes Hafsah.

"Iya tahu, Aisyah nggak pernah bilang kalau Gus Hanan suami Bunda, dia emang suaminya Aisyah," balas Aisyah sambil terkekeh.

"Ada aja jawaban kamu, Syah." Hafsah geleng-geleng mendengar jawaban putrinya.

"Bunda juga pertanyaannya gitu, udah tau Gus Hanan emang suami Aisyah masih aja dikasih tahu," kata Aisyah.

"Lagian kamu manggilnya kayak gitu, nggak sopan tahu," protes Hafsah. Sepertinya perdebatan mereka tak akan berakhir dengan cepat.

"Bunda, itu Aisyah udah paling sopan loh manggilnya, yang nggak sopan itu kalau Aisyah manggil Gus Hanan dengan nama doang," bela Aisyah.

"Ini kita makannya kapan dimulai ya, acara debatnya juga kapan selesainya," celetuk Yusuf yang sudah berada di meja makan, di sana juga sudah ada Gus Hanan. Aisyah dan Hafsah menoleh, para suami itu menatap mereka dengan tatapan yang sulit untuk para istri artikan.

"Astagfirullah!!" Aisyah tersadar, ia meraih gelas yang tadi hendak ia ambil tapi tertunda karena berdebat dengan bundanya dulu, ia kembali ke meja makan diikuti oleh Hafsah yang membawa lauknya.

"Maaf a'," sesal Aisyah yang langsung duduk disamping kursi Gus Hanan. Ia berucap dengan suara pelan agar tak terdengar oleh Ayah dan Bundanya.

Gus Hanan pura-pura tak mendengar, ia ingin mengerjai Aisyah yang masih terkesan malu-malu untuk memanggil dirinya dengan sebutan a'a di depan orang tuanya.

"A'," panggil Aisyah masih dengan suara pelan. Lagi-lagi Gus Hanan tak merespon panggilan tersebut.

"Syah, kamu ambilin dong nasinya Gus Hanan," pinta Hafsah yang sedang mengambilkan nasi untuk suaminya.

"Ambil aja sendiri, masih punya tangankan," ucap Aisyah ketus. Wajahnya sudah terlihat kesal pada Gus Hanan, dapat dilihat dari tatapan matanya.

"Loh kok marah, Syah?" tanya Hafsah. "Nan, kamu apakan anak Bunda kok bisa sampai ngambek kayak gitu?"

"Nggak tau, Bun. Perasaan dari tadi Hanan nggak ngomong apa-apa loh sama dia, nggak tahu dia bisa marah," jawab Gus Hanan.

"Kenapa sih, Syah?" tanya Hafsah lagi.

"Nggak ada," sahut Aisyah malas. Ia kemudian berdiri lalu mengambilkan nasi untuk suaminya, setelah itu ia melangkah menjauh dari meja makan.

"Mau kemana, Syah?" tanya Hafsah lagi.

"Aisyah lupa kalau hari ini hari pertama OSPEK. Aisyah mau siap-siap dulu, nanti dijemput Alia sama Elina," jawab Aisyah. Ia kemudian berlari menaiki anak tangga yang menuju kamarnya satu persatu.

Gus Hanan hanya terdiam menatap kepergian istrinya, ia jadi merasa bersalah pada Aisyah. Padahal niatnya hanya bercanda tapi ternyata respon istrinya seperti itu.

"Udah, Nan. Nggak usah kamu pikirin, nanti juga baik sendiri, kamu makan aja," ucap Yusuf. "Oh iya, katanya kamu pulang ke Malang hari ini, terus kapan balik ke sini lagi?" imbuhnya bertanya pada gus Hanan.

"Belum tau sih, Yah. Hanan di sana ngajar para santri juga. Kabarnya dari Umi, Ustadz yang gantiin Hanan udah mau pulang karena orang tuanya sakit jadi mau nggak mau Hanan harus balik ke sana lagi," jelas Gus Hanan.

"Terus kamu udah bilang ke Aisyah soal ini?" Giliran Hafsah yang bertanya pada Gus Hanan.

"Hanan rencananya mau ngasih tahu pagi ini tapi dianya malah ngambek kayak gitu," tutur Gus Hanan lagi.

"Yaudah kamu pulang aja, nanti biar bunda yang ngasih tau Aisyah. Kalau kamu nunggu dia bisa telat, Jakarta macet, lagian Aisyah juga mau ke kampus pagi ini," ucap Hafsah.

"Iya Bunda," sahut gus Hanan.

"Udah kalian makan aja sekarang, Aisyah nanti bisa makan dikampus bareng teman-temannya," kata Hafsah.

Gus Hanan dan Yusuf melanjutkan makan mereka begitu juga dengan Hafsah. Sedangkan Aisyah, ia sedang bersiap untuk berangkat ke kampus bersama teman-teman nya. Kebetulan ketiganya satu kampus lagi sekarang.

•••
Haii...author come back lagi dengan cerita gaje ini😂😂

Jangan lupa buat vote dan komennya ya...

See you;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang