38. Pengorbanan 🌾

4.2K 395 22
                                    

Happy Reading;))
•••

Dari mulai operasi sampai sekarang sudah selesai, Aisyah sama sekali belum terlihat. Hal itu membuat Hafshah khawatir, ia takut kalau Aisyah kenapa-napa di jalan. Ia juga takut untuk memberitahu Gus Hanan kalau Aisyah belum kunjung datang, laki-laki itu pasti akan kepikiran dengan Aisyah.

“Bagaimana ini Mas? Operasi Hanan sudah selesai tapi Aisyah belum juga muncul, bagaimana kalau Hanan bertanya tentang Aisyah nanti kalau dia sudah sadar?” Hafshah ketar-ketir memikirkan dimana Aisyah sekarang.

“Mas juga bingung, tadi Mas udah telfon supir kita tapi nggak di angkat, Mas juga khawatir, Shah,” ucap Yusuf.

“Mas,” panggil Hafshah pada suaminya.

Yusuf menoleh dan memfokuskan tatapannya pada Hafshah. “Kenapa?”

“Pendonor matanya bukan Aisyah 'kan, Mas?” Mata Hafshah memanas membayangkan jika benar Aisyah yang mendonorkan matanya untuk Gus Hanan.

“Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu?” tanya Yusuf yang penasaran.

“Kemarin sebelum dokter menelpon untuk memberitahu kalau sudah ada pendonor untuk Hanan, Aisyah sempat bertanya sama aku Mas, bagaimana kalau dia saja yang mendonorkan matanya. Aku takut jika Aisyah benar-benar melakukan itu Mas, Hanan akan semakin terluka jika itu benar terjadi, dia lebih baik tak bisa melihat selamanya jika ada salah satu dari keluarganya yang berkorban untuk dirinya terlebih lagi jika itu Aisyah,” jelas Hafshah.

“Kenapa Aisyah tidak mengatakan itu pada Mas?”

“Dia mungkin takut kalau kamu akan memberitahu Hanan,” jawab Hafshah.

“Mas tidak mengerti jalan pikiran Aisyah, dia akan semakin membuat Hanan terluka jika dia yang mendonorkan matanya untuk Hanan,” imbuh Yusuf.

“Aku takut Mas,” lirih Hafshah. “Mengapa banyak sekali musibah yang menimpa Aisyah dan suaminya mas? Aku tidak tega melihat mereka seperti itu, sungguh sakit rasanya.”

Hafshah menangis, memikirkan anak dan menantunya membuat hatinya meringis sendiri. Sudah banyak luka yang mereka hadapi, akankah ada kebahagiaan untuk mereka berdua di depan sana.

“Allah sedang menguji mereka, Shah,” ucap Yusuf.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ  

laa yukallifullohu nafsan illaa wus'ahaa

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

“Allah memberikan mereka ujian seperti ini karena Allah tahu bahwa mereka itu sanggup untuk melewati semuanya, kamu tidak perlu khawatir, semuanya sudah Allah atur dengan baik. Dia tahu semua yang terbaik untuk setiap hambanya.”

“Tapi Mas,” sela Hafshah.

“Udah ya, kamu tungguin Hanan di sini, Mas mau keluar cari Aisyah dulu, assalamu'alaikum!!”

“Wa'alaikumus salaam!!”

Hafshah menatap punggung suaminya yang semakin menjauh, setelahnya ia kembali fokus ke dalam ruangan yang bercat serba putih itu. Di dalam sana ada Gus Hanan yang masih senantiasa memejamkan matanya dengan perban yang masih melekat di kepala dan matanya.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang