24. Tertusuk 🌾

4.4K 341 2
                                    

Happy Reading;))
•••

“Jangan mendekat atau nyawa dia akan menjadi taruhannya,” ancam Adam.

“A'...”

Gus Hanan yang masih berada di ambang pintu jadi mematung di tempatnya ketika melihat tangan Adam yang melingkar dileher Aisyah dan tangan kanannya memegang sebuah pisau.

Entah dari mana pisau itu, mungkin Adam sengaja membawanya karena tahu kalau Gus Hanan akan datang untuk menolong istrinya. Adam menatap penuh kebencian ke arah Gus Hanan, ia membenci laki-laki itu karena dia yang menjadi penghalang dirinya untuk bersama Aisyah.

“Lepaskan istri saya,” pinta Gus Hanan yang masih berdiri di ambang pintu. Ia tak berani melangkah, bukan tidak berani tapi ia takut jika Adam berbuat nekat pada Aisyah, terlebih lagi pisau yang Adam pegang sangat dekat dengan leher Aisyah.

Adam menyeringai, ia tertawa sinis. Dirinya tak menyangka bahwa Gus Hanan bisa menemukan mereka secepat ini, dirinya harus lebih berhati-hati mungkin saja Gus Hanan tidak datang sendirian.

“Jangan berharap!!”

“Pergi aja dari sini, a'. Aisyah nggak papa kok, nanti kamu kenapa-napa lagi,” ucap Aisyah meminta Gus Hanan untuk pergi karena takut jika suaminya itu akan dilukai oleh Adam.

“Nggak, Syah. A'a nggak mungkin pergi dari sini tanpa kamu, apapun yang terjadi, a'a harus bawa kamu keluar dari sini,” tolak Gus Hanan.

Adam yang mendengar itu tertawa, sebesar itu cinta mereka sehingga tak mau saling meninggalkan satu sama lain dalam keadaan apapun. Harusnya itu untuk dirinya, yang di posisi Gus Hanan itu harusnya dia.

“Sudah selesai dramanya? Sekarang giliran gue yang menunjukkan peran gue yang sebenarnya, di atas kursi itu ada surat perceraian kalian, ambil dan tanda tangan kalau tidak berarti lo udah nggak mau lagi lihat Aisyah hidup.”

Gus Hanan membulatkan matanya, Adam sungguh gila. Bagaimana mana mungkin ia ingin memisahkannya dari Aisyah, apa maksud dia meminta dirinya untuk menceraikan Aisyah.

“Jangan gila lo!!” bentak Aisyah.

“Diam, Syah!! Jangan maksa gue buat kasar sama lo,” balas Adam.

“Lo benar-benar gila, Adam. Gue benci sama lo dan lo harus ingat satu hal, sampai gue matipun, gue nggak akan pernah mau sama lo, ingat itu.”

Degh!

Jantung Adam berpacu dua kali lebih cepat mendengar kata-kata yang Aisyah ucapkan barusan. Itu benar-benar menusuk kedalam lubuk hati kecilnya, bagaimana mungkin orang yang ia cintai membencinya.

“Syah,” lirih Adam.

Aisyah menatapnya sinis, “Gue benci sama lo, Adam. Sampai kapanpun gue nggak akan pernah mau sama lo, lo itu jahat. Lo tega nyulik gue hanya gara-gara lo udah dibutakan sama cinta lo itu. Lo bisa mikir ngga sih? Gue itu udah nikah, nggak seharusnya lo masih nyimpan perasaan sama gue, sampai kapanpun, cinta gue hanya tetap untuk suami gue, nggak akan pernah gue bagi sama yang lain, paham?!” Adam membisu.

Prang!!

Pisau yang Adam pegang tadi sudah jatuh ke lantai, tubuhnya mundur beberapa langkah dari Aisyah. Ia masih tak menyangka kalau Aisyah akan membencinya seperti itu.

Melihat Adam yang mundur, Gus Hanan maju mendekati Aisyah dan melepaskan ikatan pada tangan dan kaki istrinya tersebut. Adam masih terdiam pada tempatnya, ia masih menerawang ucapan yang dilontarkan Aisyah tadi untuknya. Begitu menyakiti hatinya, bernafas saja rasanya begitu sulit bagi Adam ketika tahu Aisyah begitu membenci dirinya.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang