51. Istri Kedua [end]

11.3K 425 49
                                    

Happy Reading;))
•••

“Maksud kamu apa, Ana?”

Ana diam menundukkan kepala, ia sebenarnya takut tapi ia harus tetap melakukan ini jika ingin bersama Gus Hanan. Ia memberanikan diri untuk mengatakan langsung pada umi Sarah jika dirinya ingin menjadi istri kedua Gus Hanan.

“Umi, Ana mencintai Gus Hanan. Jika boleh, Ana ingin menjadi istri kedua Gus Hanan.” Umi Sarah ingin marah tapi kemarahan tidak akan bisa menyelesaikan masalah.

“Ana tidak keberatan jika jadi istri kedua, umi. Asalkan Umi mengizinkan nya,” imbuh Ana.

“Gue yang keberatan,” sahut seseorang dengan cepat.

Aisyah berjalan menghampiri Ana dan umi Sarah bersama Alia yang selalu berada di sampingnya. Acara pengajian sudah selesai bahkan orang tua Aisyah juga sudah pulang karena tak ada orang di rumah.

Tinggal mereka bertiga yang masih berada di sini, Alia yang meminta untuk menginap di sini beberapa hari karena kebetulan kuliahnya juga libur beberapa hari.

Melihat Aisyah datang membuat Ana gelagapan. Ia bahkan tak berani menatap langsung wajah Aisyah.

“Aisyah,” panggil Umi Sarah.

“Gue diam selam ini karena menghargai lo sebagai santri di sini tapi nyatanya lo makin didiemin makin ngelunjak ya, belum ngerti juga kemarin gue bilang apa. Apa Ibu lo itu nggak bilang sama lo kemarin? Apa sudah tak ada laki-laki lain sampai lo ngebet sama suami gue atau emang karena lo-nya aja yang murahan?”

“Rasanya gue pengen cakar wajah sok polos lo itu tapi gue juga sadar, tangan gue terlalu suci untuk melakukan dosa itu. Gue peringatin sama lo sekali lagi, sampai kapanpun gue nggak akan pernah mau ikhlasin Gus Hanan nikah sama cewek kayak lo,” sentak Aisyah kesal. Ia tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak marah.

“Istighfar, Syah. Jangan kelepasan gini, ingat lo itu lagi hamil. Nanti bayinya kenapa-napa,” ucap Alia menenangkan Aisyah.

“Gue selama ini nahan diri buat nggak ngomong kasar sama lo tapi itu nggak ada gunanya. Setelah lo gagal, lo minta nyokap lo buat nemuin gue dan bujuk gue supaya setuju lo nikah sama Gus Hanan. Apa penolakan gue kemarin belum jelas, apa perlu gue tampar wajar lo supaya lo sadar juga, hah?!”

“Sabar Nak,” ujar Umi Sarah.

Ana hanya diam mendengar Aisyah marah kepadanya. Wajahnya ia buat senatural mungkin, kesannya ia tak bersalah apapun.

“Nggak Umi. Aku nggak bisa sabar sama orang yang kayak gini, batas kesabaran aku habis kalau lihat wajah busuknya ini. Untuk saja dulu Gus Hanan tidak jadi menikah dengannya, lihat saja dirinya sekarang. Sudah seperti wanita rendahan yang haus akan perhatian laki-laki, padahal dia tahu kalau itu suami orang.”

Apakah Author keterlaluan sama Ana?

Jaga ucapan kamu, Aisyah. Putri saya tidak seperti itu,timpal Asma tiba-tiba saja datang lalu berdiri disamping Ana.

“Ibu yang harus jaga putrinya, ajarin yang baik-baik dong Bu. Jangan ngajarin gimana caranya ngerebut suami orang, nggak laku bilang aja atau emang murahan,” sindir Aisyah.

“Kamu kenapa sih, Syah? Aku salah apa sama kamu, kenapa kamu tega seperti itu sama aku?” tanya Ana sudah dengan air mata yang mengalir berlebihan.

Drama queen!!”  Aisyah memutar bola matanya malas.

“Kalau emang kamu nggak setuju aku sama Gus Hanan, yaudah nggak papa. Jangan ngehina aku kayak gini juga,” ucap Ana sesegukan.

“Sorry ya, gue bukan mau ngehina tapi itu emang kenyataannya. Lo itu emang murahan sama rendahan, sakit dibilang kek gitu sama orang. Sama kek gue, hati gue juga sakit saat ada orang yang tiba-tiba datang ke gue terus minta jadi istri kedua dari suami gue.” Katakan saja kalau Aisyah jahat, ia tak perduli dengan itu.

“Lo nggak mau dibilang murahan tapi sifat lo mencerminkan itu, lo bahkan banting harga diri lo sebagai wanita yang kodratnya dikejar bukan mengejar. Kalau nggak murahan, itu namanya apaan?” Rasanya hati Aisyah sudah lega sekarang.

“Jaga mulut kamu,” tunjuk Asma. Ia bahkan hendak menampar Aisyah.

“Jauhkan tangan anda dari menantu saya. Yang dikatakan Aisyah itu ada benarnya, saya membela Aisyah bukan karena dia menantu saya tapi karena anak kamu yang salah. Bukannya dulu anak kamu yang menolak putra saya lalu kenapa dia sekarang mengharapkannya lagi. Bahkan dulu, saat Gus Hanan ingin menunggu Ana sampai kuliahnya selesai ia menolak karena ia tahu saat itu Gus Hanan belum memiliki apapun tidak seperti sekarang. Seharusnya kalian malu akan perilaku kalian sendiri,” sergah umi Sarah yang mampu membuat Asma bungkam.

“Ana nggak bermaksud seperti itu Umi—”

“Saya tidak perduli apa maksud kamu, saya hanya mau tekankan sama kamu. Jangan pernah berharap jika saya akan setuju kalau kamu menikah lagi dengan Gus Hanan,” tekan Umi Sarah.

“Kamu lebih membela dia yang baru dikenal dibanding putriku yang sudah kau kenal dari dulu?” tanya Asma menatap tak percaya ke arah umi Sarah.

“Kenapa tidak? Ini bukan tentang seberapa lama kita mengenal seseorang tapi bagaimana orang itu bisa memperlakukan kita, anak kamu sudah tidak sopan meminta jadi istri kedua putra saya padahal sudah ditolak oleh Aisyah. Saya sangat kecewa sama kamu, Ana.”

Umi Sarah membawa Aisyah pergi dari sama diikuti oleh Alia dari belakang. Semoga setelah ini Ana bisa sadar akan perbuatannya itu, ia tak seharusnya mengemis untuk menjadi istri dari suami orang lain.

•••

Umi Sarah membawa Aisyah menghampiri Gus Hanan di dalam kamarnya. Setelah kedatangan Aisyah, laki-laki itu dibuat bingung oleh raut wajah istrinya yang sudah bercampur aduk.

“Kenapa sih? Cerita dong?”

Aisyah hanya tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. Detik selanjutnya ia beralih memeluk tubuh Gus Hanan dari sampai dengan erat, meskipun sedikit kesusahan karena perutnya sudah membesar.

“Ada yang ganggu pikiran kamu?” Aisyah lagi-lagi menggeleng saja, kepalanya sudah mendarat di bahu Gus Hanan.

“Apapun yang terjadi kedepannya, tolong jangan tinggalin Aisyah. Sebesar apapun godaannya nanti, tetap jadikan Aisyah satu-satunya bukan salah satunya. Sesungguhnya, tidak ada seorang wanita yang benar-benar bahagia jika diduakan atau menjadi yang kedua, begitu juga dengan Aisyah,” celetuk Aisyah tiba-tiba. Gus Hanan saja jadi bingung mendengar itu.

“Kalau kamu lagi ada masalah, cerita sini. Jangan dipendam sendiri, nggak baik buat kesehatan kamu sama anak kita,” ujar Gus Hanan.

“Nggak ada kok, cuman lagi pengen ngungkapin itu aja. Siapa tahu ini yang terakhir kalinya,” ceplos Aisyah. Gus Hanan bahkan menatap aneh ke arah Aisyah setelah ia berucap seperti itu.

“Maksud kamu?”

“Nggak ada, lupain aja. Bentar lagi maghrib, kamu harus siap-siap buat ke masjid. Mandi dulu sana gih,” ucap Aisyah setelah melepaskan pelukannya.

“Baik Ibu negara,” kekeh Gus Hanan. Ia kemudian berjongkok dihadapan Aisyah yang sudah berdiri. “Anak Abah, baik-baik di dalam sana ya, Nak. Jangan bikin Umma mu repot, sampai ketemu di dunia. Abah menunggumu.” Ia mencium perut Aisyah dengan sayangnya.

Aku harap ini yang terakhir kalinya.

•••
Tamat!!!

Terima kasih untuk semua readers. Terima kasih atas dukungannya selam ini, tanpa kalian author bukan siapa². Semoga ini tidak mengecewakan;))

Selamat menjalankan ibadah puasa, jangan lupa siapkan baju baru karena lebaran sebentar lagi.

See you;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang