DUDA IHHH - 2

12.6K 404 0
                                    

CHAPTER - 2 : LO BUTUH GUE KAN!

Ibu Kartika mengantarkan ku menuju ruangan yang dimana orang itu akan mengambil anak yang sudah ku pesan sejak lama.

"Masuklah Bu." Ibu Kartika membukakan ku pintu dan mempersilahkan ku untuk masuk. Aku pun masuk kedalam walau hatiku merasa ragu untuk menghadap.

Didalam, aku melihat ada seorang Pria yang tengah sedang menggendong bayi mungil di tangannya. Tampak Pria itu tengah menenangkan nya. Ku perhatikan, Pria itu mempunyai perawakan yang gagah dan tinggi sangat mempesona, namun, aku sama sekali tidak tertarik akan hal mencolok itu.

Kepalanya menoleh ketika aku baru saja memasuki ruangan. Matanya itu menatap. Tatapannya aneh. Aku tidak suka cara dia menatapku.

"Siapa?" tanya Pria itu sinis. Suaranya sama sekali tidak menimbulkan nada.

Aku memutar bola mataku merasa malas melihat Pria yang malah mengambil alih kepemilikan ku. "Hei, gue udah pesen dan bayar anak itu sejak lama. Jadi, gue yang berhak ambil." cetus ku.

Pria itu langsung berjalan mendekat, komuk wajahnya berubah menunjukkan bahwa ia tak suka dengan apa yang aku katakan barusan.

"Maaf sebelumnya, saya sudah lama ingin mengambil anak laki-laki ini. Saya sudah membayar langsung ke pengurus utama panti dari 1 bulan yang lalu. Jadi, saya yang berhak ambil."

"(Hah? dari 1 bulan yang lalu?! Sedangkan gue baru satu minggu yang lalu! Kayanya gue harus ngalah lagi! Ck, Kenapa selalu tidak adil?!!)" batin ku menggeram mengepalkan kedua tanganku.

"Gue sudah lama pesan anak ini ya! Jadi otomatis gue yang ambil anak ini, ngapa Lo yang sewot?!" ketus ku berani berkata.

Pria itu sekilas melotot kejut. Dia syok dengan sikapku. "Sewot katamu? Sejak kapan saya sewot?"

Kami berdua jadi bertengkar melempar kalimat pedas satu sama lain. Hingga dimana bayi laki-laki itu menangis mendengar ocehan tak jelas kami berdua.

Aku langsung melemah saat melihat bayi itu menangis. Aku terdiam tak mengatakan satu kalimat pun, tubuhku menjadi kaku tak bergerak, mataku menatap bayi itu, rasanya aku ingin menenangkan nya.

Tetapi saat aku ingin menggendong bayi itu dan mendekat, Pria ganas itu langsung menghindari jarak kakiku, refleks pandangan mataku melihat wajahnya, tatapannya seakan sangat benci. Dia sangat sinis menatap kedua mataku.

Aku menghela nafas panjang, untuk yang ke sekian kalinya aku mengalah. Dan kali ini aku mengalah lagi. "Oke, gue ngalah, Lo ambil anak itu, dan gue tau Lo pasti akan sangat-sangat butuhin gue!"

"Maaf, saya tidak akan membutuhkan orang seperti anda." ucapnya membuat ku spontan membatin kesal.

"(Apa si, awas aja Lo ya! Lo pasti bakal butuh gue!)"

Setelah itu aku keluar dari ruangan yang sebenarnya aku masih tak tega mendengar suara tangisan bayi itu di dalam. Tangisannya malah menjadi-jadi setelah aku keluar, Tetapi mau bagaimana lagi, aku terlambat mengadopsi anak laki-laki itu.

Aku pamit kepada Ibu Kartika dan semua pengurus yang ada di Panti asuhan. Uang yang ku buat membayar anak itu sudah ku relakan untuk kebutuhan Panti.

Akhirnya aku keluar setelah merasakan hawa panas didalam. Ditambah lagi dengan ocehan Pria yang menyebalkan itu! Hawanya malah makin panas membara! Aku tak tahan mendengar ocehannya. Mulutnya seperti bebek, Wek, Wek, Wek.

Huh! Menyebalkan!

Aku berjalan kaki menelusuri trotoar yang tak jauh dari Panti asuhan. Lalu langkahku terhenti saat aku melihat ada Taxi yang hendak lewat didepan ku. Spontan aku merentangkan sebelah tangan, dan aku melambai agar sopir Taxi dapat melihat ku dari jendela.

Beberapa detik kemudian, Taxi berhenti tepat dihadapan ku berdiri, lalu aku membuka pintu mobil untuk masuk kedalam. Ketika hendak masuk, teriakan seseorang membuatku menoleh menunda pergerakan ku.

Merasa aku yang terpanggil, aku menoleh melihat Pria tadi. Pria itu berlari kearah ku dengan sangat terburu-buru. Aku pun menatapnya sinis penuh rasa bingung.

"Hah? ngapain tuh bocah?" Aku bergumam sendiri di kala Pria itu makin dekat denganku.

"Hei! T-Tunggu-tunggu ..." Pria itu berhenti di hadapan ku, ia ngos-ngosan hingga membungkuk mengganjal tubuh dengan kedua lututnya. Disitu aku berpikir, kenapa dia?

"Apa? Gue mau pulang." tanyaku pelan sudah tidak peduli lagi.

Pria itu tidak menjawab langsung pertanyaan ku, ia malah menyuruh sopir Taxi untuk pergi. Dan berujung pun aku tidak memiliki kendaraan untuk mengantar ku pulang. Menyadari itu mulutku spontan mericau. "Heh, apa-apaan Lo! gimana gue mau pulang!"

Pria itu hanya menatap. "Ikut saya." pintanya tanpa alasan jelas.

Aku mendadak beku. Perasaan takut tengah merasuki ku. Atau mungkin karna ucapanku yang sewot tadi kepadanya? Bisa jadi itu alasan dia memanggil ku tiba-tiba.

Pikiran ku itu sampai membawaku ke alam renung, hingga mendadak ku sadari ia memegang pergelangan tangan ku dan menarikku berjalan. Aku sedikit terkejut dan langsung menarik tanganku itu. "Apaan sih! Lepasin!" sentak ku melepas.

Pria itu menoleh kearah ku. "Lo mau bawa gue kemana!" cetus ku lagi sembari mengusapi tanganku yang telah ternodai.

Pria itu menempelkan kedua telapak tangannya pada pinggang, ia masih berusaha mengatur nafas. Aku yang melihat, tampak ia tidak tenang.

"Saya membutuhkan anda."

"Huh? U-untuk apa??" kejut ku bertanya. Ini mendadak sekali.

"Saya akan menjelaskan nya nanti. Ikut saya sekarang." Pria itu mengajakku dan mengulurkan tangannya padaku, aku masih sangat ragu dan takut jika sesuatu akan terjadi padaku.

"Lo gabisa jelasin disini? Gue ga gampang percaya sama orang yang gue baru kenal! Terutama orang kek Lo! Aneh!" 

"Hnghh .... bayi itu terus-menerus menangis. Dia mencari mu."

Dia berkata seperti itu, aku terdiam sejenak, benakku dipenuhi oleh suara tangisan bayi laki-laki itu. Rasa tak tega ku meluap. Tak ada pilihan lain, aku nekat mengatakan ini pada dirinya. "Ok, gue ikut Lo."


Pria itu mengangguk lega, lalu aku berjalan pelan membalakangi dirinya. Sungguh, rasa takut masih saja terus menghantuiku. Aku seperti ini juga karna bekas masalah masa lalu.

°°°

DUDA IHHH!! [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang