Bab 10 Tanpa alasan

11 12 0
                                    


Masih setia???

Yokk pantengin.

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan.
Vote komen

Happy reading
***



Sore itu, Rey mengajak Rann ke sebuah toko buku yang tempatnya tidak jauh dari sekolah. Kebetulan toko tersebut baru saja melaunchingkan beberapa buku terbaru.

"Rey, tumben sih ngajak kesini? Ada apa?"

"Hmmm, gak cuma sekedar pengin aja, kebetulan disini ada pelaunchingan beberapa buku terbaru."

"Benarkah?" tanya Rann penuh rasa senang dan Rey membalasnya dengan senyuman kecil.

Mereka berjalan memasuki toko, ada banyak buku yang berjejer tertata rapi. Keduanya sibuk memilih buku, baik buku yang berkaitan dengan pelajaran atau yang lainnya.

"Rey, gue ambil yang ini aja deh."

"Cuma itu? saya tau kamu anak cerdas, tapi gak buku pelajaran juga yang kamu ambil, kan bisa pinjam di perpustakaan sekolah."

Rann hanya membalasnya dengan senyuman kecil dan berlalu meninggalkan Rey. Tak berselang lama keduanya kembali bertemu di meja kasir setelah beberapa menit berpencar mencari buku-buku.

"Ehmm, Sang Profesor masih tetap dengan bukunya," ucap Rey saat melihat Rann menyerahkan buku-bukunya pada kasir. Dan kali ini, jauh lebih banyak.

 Setelah selesai, keduanya bergegas meninggalkan toko dengan Rann yang membawa 3 buku pelajaran yang halamannya cukup tebal dan beberapa buku fiksi lainnya. Sedangkan Rey tak terlihat membawa buku satupun. Tepat keluar dari pintu toko, Rey mengeluarkan sebuah buku kecil yang lumayan tebal.

"Love story ...?"

"Hmmm."

"Buat gue?" tanya Rann.

"Sekali-kali kamu baca buku tentang cinta, jangan fisika, biologi terus yang kamu baca, ntar lama-lama gundul tuh pala."

Mendengarnya membuat Rann terkekeh dan tidak bisa membayangkan kalau dirinya benar-benar gundul. Kan gak lucu.

"Ehmm, sang panglima bucin mengeluarkan senjatanya," ledek Rann. 

"Panglima bucin? bisa aja kamu. Profesor botak .... haha."

Mereka asyik saling meledek satu sama lain.

"Bell, kamu ke mobil duluan ya. Saya mau beli minum dulu, tunggu aja disana," ucap Rey karena kali ini Rey bawa mobil tak seperti biasanya yang selalu bawa motor.

Rann mengangguk dan pergi menyeberang jalan meninggalkan Rey. Rann meletakkan buku-bukunya di bagasi dan berdiri di depan mobil menunggu Rey. Tak lama kemudian Rey terlihat berjalan mendekati Rann.

"Rey awas!!!"

Sontak Rann berteriak dan berlari mendorong Rey, dan seketika tubuh Rann terlempar jauh tertabrak mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi yang hampir menabrak Rey. Pandangan yang tadinya terang perlahan-lahan mulai gelap. Kedua mata Rann tertutup rapat-rapat. Melihatnya membuat Rey terbelalak kaget.

"Bella!!!"

Rey berteriak memanggil nama Rann sambil berlari mendekat dan kemudian mengangkat tubuh Rann yang terpapar tak sadarkan diri di tepi jalan.

Kepanikan tergambar jelas di wajah Rey. Tanpa berfikir panjang, Rey mengangkat Rann dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
                 
Sesampainya di rumah sakit, petugas langsung bergegas menangani Rann yang tak sadarkan diri. Dengan cepat Rann dibawa ke ruang ICU. Rey menunggu di ruang tunggu, berjalan kesana-kemari, bolak-balik dengan rasa cemas, yang ada di pikirannya hanya keadaan Rann hingga tak teringat untuk menghubungi orang tua Rann. 

SamRannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang