"Vi, masih marah ?" tanya Rann saat keduanya berjalan dikoridor pagi itu.
"Gak. Gue gak marah, emangnya kenapa harus marah?" jawab Viona dengan wajah polosnya, tetapi dia masih saja berjalan tanpa mempedulikan Rann.
"Ya udah kalo Lo gak marah. Nanti pulang bareng ya, gue mau ngomong penting," ucap Rann dengan nada sedikit tinggi. Bisa di bilang teriak sih karena Viona masih tetap berjalan tanpa merespon ucapan Rann yang masih berdiri mematung memandang punggung Viona yang semakin jauh.
Lagi-lagi Rann harus bersiap mendengarkan celotehan teman-temannya karena hari ini ada jam pelajaran si guru terlalu tampan. Dan seperti biasanya, seusai pelajaran akan ada obrolan membosankan tentang sang guru.
Rann berusaha fokus pada pelajaran, namun dia tetap saja tidak bisa. Konsenterasinya terpecahkan oleh pesona si tampan yang sedang menerangkan di depan. Apalagi posisi duduknya ada di barisan kedua dari depan, dan itu termasuk tempat yang strategis untuk menatap lamat-lamat si tampan.
"Jangan terlalu mempesona pak! Berbahaya," gumam Rann saat memandang si tampan, dan tiba-tiba pulpennya terjatuh dari tangannya. Saat Rann mengalihkan pandangannya dari si tampan dia melihat Alika, sahabatnya sedang memandang si tampan dengan tatapan dalam. Tak bisa di mengerti orang seperti Alika.
Seperti yang difikirkan Rann, sesampainya di kantin para sahabatnya sudah seperti entertainment saja, ribut dengan gosip dari si guru tampan.
"Tia, dimana Alika?" tanya Rann saat melihat kesana-kemari tidak ada Alika disana. Rann terlambat ke kantin karena pergi ke WC sebelum ke kantin.
"Dia ke perpus Rann," jawab Tiara yang sedang asyik mengobrolkan tentang si tampan.
"Ya sudah deh guys. Gue pergi dulu ya, ada perlu nihh," ucap Rann yang berdiri dari tempat duduknya.
Rann pergi keperpus untuk menemui Alika. Rann merasa ada yang aneh pada Alika. Bukan karena Alika yang pergi ke perpus di saat yang lain ke kantin, karena hal itu sudah biasa. Melainkan karena Rann melihat ada pandangan yang berbeda dari Alika untuk si tampan.
"Al ... boleh duduk di sini gak?" tanya Rann saat sudah duduk di samping Alika.
"Ck, ngapain minta izin kali udah nyosor duluan," dengus Alika karena kelakuan sahabatnya.
Alika langsung menutup agendanya saat melihat Rann di sampingnya. Agak aneh sih, biasanya Alika ke perpus untuk membaca buku bukannya curhat di agenda.
"Nulis apa sih Al," tanya Rann serius.
"Gak. Gak nulis apa-apa kok. ada apa kesini? Lo gak ke kantin Rann?" Alika balik bertanya.
"Males Al, topik nya pak Amir, bosen gue," Keluh Rann.
"Oh ya, ngomong-ngomong pak Amir, si tampan itu. Gue mau tanya sesuatu sama Lo Al," ujar Rann kali ini lebih serius.
"Beda apanya?" tanya Alika tak mengerti dengan ucapan Rann.
"Al ... lo suka sama dia?" Pertanyaan Rann semakin membuat Alika semakin gugup.
"Mak-maksud Lo apa sih? Jangan ngomong sembarangan Rann, bisa fatal kalau ada yang denger, dia punya banyak fans disini." Alika berusaha membuat keadaan seakan-akan tidak ada perbedaan.
"Al ... jujur saja sama gue! Gue pengin Lo lakuin, sama seperti yang gue lakuin dulu, saat gue ada rasa sama Rey, lo orang pertama yang gue curhatin, jadi sekarang gue ingin lo lakuin itu juga ke gue Al ... gue bisa jaga rahasia kok," ucap Rann seraya menunjukkan jari kelingking mungilnya sebagai tanda dia bisa jaga rahasia.
Alika hanya bisa tersenyum manis menanggapi hal itu.
"Gue tau ... mungkin ini belum saatnya lo terbuka," ucap Rann sendu.
"Bukan gitu Rann!" bantah Alika kemudian menyodorkan agendanya yang terbuka.
"Suara mu menembus ke relung-relung hati, senyuman mu membuat semangat ku bangkit, tatapan mu membuat kencang detak jantung ini, kata-kata mu selalu memotivasi ku."
Rann membaca kata demi katanya. Dia tau Alika bisa berkata-kata bijak, tapi untuk kata-kata bucin itu langka dari seorang Alika.
"Al ... ini murni Lo yang buat?" tanya Rann setengah tak percaya dengan apa yang baru saja dia baca.
"Ya Rann, gue gak bisa bohongin perasaan guu. Udah lama banget sejak gue berakhir dari Farid. Baru kali ini gue ngerasain hal yang kaya dulu lagi Rann," jelas Alika sendu.
"Gue ngerti kok Al. Berat buat lo percaya semua ini, gue tau lo tuh kaya apa? Dan lo tau, kan? Gue juga senasib sama lo, kita berjuang bersama Al. Entah itu hasilnya akan sama atau beda, dan gue harap beda Al, gue gak mau ada lagi yang ngerasain apa yang pernah gue rasain Al," ucap Rann berusaha untuk meyakinkan Alika tentang perasaannya sendiri.
*****
Bel sekolah berbunyi 10 menit yang lalu, biasanya Alika akan menunggu koridor lenggang baru dia bergegas. Tapi, untuk kali ini Alika memilih untuk keluar lebih dulu. Bukan gerbang tujuannya melainkan rooftop sekolah. Tempatnya menyendiri meluangkan keluh kesahnya.
"Aaaaa ...."
Alika berteriak seperti orang kesetanan saja.
"Ya Allah, kenapa? Kenapa rasa ini tumbuh? Ini rasa yang salah, ini gak seharusnya ada!"
"Ini hanya nafsu tipu daya setan Al, sadar Al sadar, lo gak seharusnya kayak gini Al!"
Alika meracau tak jelas dengan air matanya yang berjatuhan dengan derasnya.
"Bangkit Al, lo salah, lo yang berucap ini itu pada semua teman-teman lo, tapi lo sendiri kayak gini Al, bangkit! Perbaiki diri Al! bangunnn!"
Alika terus saja meracau berusaha menepis kesalahannya dan bangkit. Alika ingin kembali terlihat baik-baik saja. Walau nyatanya tak ada yang bisa di bilang baik.
Setelah merasa cukup puas, Alika kembali turun dari rooftop dan berjalan keluar gerbang. Dengan langkah gontai Alika menyusuri jalan. Bersikap seperti biasanya, itulah yang tengah ia usahakan. Tak mau jika nantinya di tanya oleh orang tuanya karena pulang dengan mata sembab, Alika mampir di masjid terdekat untuk membasuh muka.
Tak ingin membuang waktu, Alika langsung shalat Dzuhur di sana. Beruntung, Alika selalu membawa alat sholat di tasnya jadi memudahkannya dalam beribadah.
Alika menengadahkan tangan, meminta pada sang kuasa segalanya.
"Ya Allah Ya Rabb, hamba tau ini salah, dan hamba yakin engkau yang maha tau, hamba hanya bisa memohon kepadamu ya Rabb, bantu hamba yang menghapus rasa yang salah ini ya Rabb, hamba pasrahkan segalanya kepada-Mu ya Rabb, Robbana Atina fiddunya khasanah, wa fil akhiroti khasanah, waqina adzabannar, aamiin."
Alika mengakhiri doanya dengan bacaan amin. Kemudian dia bergegas membereskan alat sholatnya dan kembali melanjutkan langkahnya ke rumah.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/286558545-288-k207722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SamRann
RomanceKisah tentang lika liku cinta anak SMA. Rann seorang pelajar dengan otak cerdas dan tawaran masa depan yang gemilang dengan gelimang harta keluarga. Ketika diawal Rann masuk dunia SMA, di pertemukan dengan seorang senior yang berhasil mencuri perhat...