I'm comebackHehehe
Maaf lama up nyaHappy reading
_______
Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser.
"Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan.
"Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra.
"Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi.
"Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.
Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.
Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari pelajaran hingga hal sepele. Dan untuk kali ini mereka meluapkan tawa renyah masing-masing.
Makan siang yang nikmat telah berakhir dan keduanya kembali melanjutkan perjalanan pulang.
Menyusuri jalanan kota yang mulai ramai di iringi dengan lagu dari Tamia yang mengingatkan kembali pada orang terkasih masing-masing.
Di depan bangunan dengan ukuran yang cukup besar nan mewah mobil itu berhenti. Rann turun dari mobil, dilihatnya sebuah mobil BMW telah terparkir di garasi.
"Udah pulang rupanya," batin Rann dengan menatap lekat pada mobil itu.
"Masuk dulu yuk," ajak Rann menoleh ke arah Samudra yang masih setia di dalam mobilnya.
"Next time aja, soalnya, dah sore gini," tolak Samudra dengan senyum manisnya.
"Ok, thank's ya, Sam," Walaupun sedikit kecewa, tapi Rann maklum dengan penolakan Samudra.
Samudra keluar dari area perumahan Rann meninggalkan Rann yang masih berdiri mematung.
"Siapa tuh?'' pertanyaan David sukses mengejutkan Rann yang tengah memandangi mobil Samudra yang mulai menghilang.
"Bukan siapa-siapa," jawab Rann sekenanya tanpa berniat menjelaskan.
Rann kemudian berjalan mendekati David dan merebut segelas jus jeruk dari tangan David.
"Wahh rusuh banget kamu!" decak David tak terima.
"Hehehe, haus kak," jawab Rann manja. Rann menggandeng lengan David dan mengajaknya masuk
David yang gemas dengan adiknya itu hanya mengacak pucuk kepala Rann. Bahkan, kini David melupakan kenakalan Rann begitu saja.
*****
Di depan bangunan yang cukup besar nan mewah mobil itu berhenti. Rann turun dari mobil, kebingungan tergambar di wajahnya.
"Masuk dulu yuk" ajak Rann.
"Next time aja, soalnya dah sore gini" jawab Samudra karena waktu menunjukan pukul 14.10 WIB.
"OK, thanks Sam," ucap Rann walau tergambar kekecewaan di wajahnya.
Samudra hendak kembali menancap pedal gasnya, tapi terhenti saat pandangannya jatuh pada mobil BMW yang terparkir di garasi rumah Rann.
"Kayaknya, mobil itu gak asing," batin Samudra, tapi seketika ia tepis dan tak ia hiraukan.
Samudra keluar dari area perumahan Rann. Meninggalkan Rann yang masih berdiri mematung .
Mobilnya kembali menyusuri jalanan kota di temani dengan cahaya matahari yang lambat laun mulai menghilang.
Kali ini Samudra tak langsung pulang kerumah. Ia sempatkan untuk menjenguk sang kakak yang tengah istirahat dengan nyenyak.
"Ikan ... lo tau gak? Hari ini, gue bisa jalan bareng dia, gak nyangka gue," curhat Samudra yang tersungkur di samping batu nisan sang kakak.
Dengan hawa dingin pemakaman yang menyelimuti, tak menggoyahkan tekad Samudra untuk berbagi cerita dengan sang kakak.
"Ikan, lo gak asik! Lo curang! Masa gue cerita di cuekin. Dulu aja kalo lo cerita, gue harus jadi pendengar setia dan kasih solusi terbaik," oceh Samudra dengan air mata yang membanjiri wajah tampannya.
"Ikan piano kangen," lirih Samudra.
Hanya di depan kakaknya, lah, Samudra bertingkah seperti anak kecil.
Namun, maut telah memisahkan kakak beradik ini. Kakak beradik yang dulu saling meluapkan isi hati satu sama lain, kini terpisahkan karena kecelakaan menimpa sang kakak beberapa bulan lalu.
Setiap kali mengingat kenangan indah dengan sang kakak, Samudra selalu menitikan air mata.
Namun, semua itu ia tepis kala melihat kedua orang tuanya yang sama-sama merasa kehilangan orang terkasihnya.
"Ikan, Piano kangen," rengeknya lagi dan kali ini air matanya mengalir semakin deras.
"Ikan, gue gak mau kalah dari lo! Gue janji, gue bakal dapetin dia, lo tungu aja kabar baik dari gue," Nada Samudra naik satu oktaf.
"Ikan, Piano pulang, salam buat para bidadari surga, yang masih setia nungguin pangeran piano yang ganteng ini." Samudra terkekeh saat mengucapkannya.
Samudra meninggalkan area pemakaman dan kembali menyusuri jalanan untuk pulang kerumah.
Rasanya telah puas berbagi cerita dengan sang kakak, walau dalam dimensi yang berbeda.
Sore ini, keadaan rumah masih sama seperti biasanya. Samudra berjalan memasuki rumah.
Melewati ruang tamu menuju dapur. Dilihatnya seorang wanita cantik tengah sibuk dengan alat dapurnya. Samudra mendekat lalu memeluknya erat dari belakang.
"Putra bunda ngagetin, deh," ucap Alvi yang terkejut dengan tangan kekar putranya. Alvi berbalik badan untuk melihat wajah tampan putranya.
"Kok jam segini baru pulang?" tanya Alvi saat menyadari Samudra masih memakai seragam sekolah.
"Piano baru mengunjungi ikan, Bunda," ucap Samudra dengan nada manja layaknya anak kecil.
"Ikan?" ucap Alvi yang terkejut mendengar nama itu.
Ya, IKAN adalah panggilan Samudra pada sang kakak. Sedangkan kakaknya memanggil Samudra dengan panggilan PIANO. Diambil dari namanya, Alvian.
"Pasti curhat sesuatu, kan? Apa ayo? Bunda juga pengin di curhatin dong," Alvi ingin Samudra beralih mencurahkan keluh kesahnya padanya,dan bukan lagi pada kakaknya yang kini sudah tenang di alam sana.
"Piano cuma kangen ikan,'' jawab Samudra dengan wajah sendunya yang menunduk tak berani menatap sang Bunda.
"Ya sudah, kalau memang tidak mau cerita, sana mandi, Piano bau asem," ucap Alvi seraya menutup hidungnya. Menggoda putranya yang sedari tadi tampak lesu.
"Iya deh, piano mandi." Samudra justru di buat jengkel mendengar godaan bundanya.
Samudra beranjak meninggalkan Alvi yang masih menatap nanar putranya itu.
Bohong jika Alvi baik-baik saja mendengar kembali panggilan itu. Karena nyatanya kelabatan memori kelam itu kembali mengunjungi fikirannya tanpa adanya undangan.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
SamRann
RomansaKisah tentang lika liku cinta anak SMA. Rann seorang pelajar dengan otak cerdas dan tawaran masa depan yang gemilang dengan gelimang harta keluarga. Ketika diawal Rann masuk dunia SMA, di pertemukan dengan seorang senior yang berhasil mencuri perhat...