Bab 20 (Kak Dafa)

11 8 0
                                    


"Kak gak ikut masuk nih??" tanya Rann pada David.


Saat ini keduanya tengah berada di depan sebuah apotek. Rann meminta David untuk mengantarnya ke apotek sebelum pulang. 


Rann ingin membeli obat karena akhir-akhir ini kepalanya sering di dera rasa pusing dan darah sering keluar dari hidungnya.


"Gak ah malas, kakak tungu disini aja," ucap David yang memilih untuk tetap di motornya bermain ponsel.


"Ya udah deh," ucap Rann seraya berjalan memasuki apotek


"Untung di tolak. Kalau kak David beneran ikut, kan, gawat. Lagian, niat nawarinnya juga cuma basa basi doang," Rann mengelus dada seraya berucap syukur karena David tidak turut masuk. Rann memasuki apotek dengan tergesa-gesa, takut jika nantinya David berubah pikiran.


"Maaf mas, bisa tolong buatkan resep obat ini?" ucap Rann pada salah satu apoteker yang ada disana.


"Kak Dafa??" mata Rann melebar saat apoteker itu berbalik badan dan ternyata dia adalah Dafa, teman Rey.


"Bella ya?? Bellanya Rey??" ucap Dafa saat menyadari siapa yang dihadapannya dan Rann hanya tersenyum manis mengingat wajah orang didepannya.


"Kamu sakit Bell?" Dafa mengernyitkan dahinya saat membaca resep yang baru saja diberikan oleh Rann.


Seakan mengerti penyakit kawan lama di depannya itu.


"gak, ini cuma, cuma titipan," jawab Rann gugup.


"Oh ya kak, kak Dafa kerja disini sekarang??" tanya Rann pada Dafa setelah berusaha menetralkan kegugupannya.


"Iya Bell, lumayan buat tambahan biaya kuliah," jawab Dafa dengan fokusnya pada racikan obat tersebut.


"Kak Dafa lanjut di Jakarta? Kalo kak Sintia lanjut dimana kak?" Rann mengingat kembali beberapa teman dekat Rey dulu.


"Iya bell, kakak disini kalo Sintia di Bandung. Ini Bell, semuanya 200 ribu," ucap Dafa menyerahkan kresek yang berisi obat.


"Thank's kak," ucap Rann seraya menyerahkan 2 lembar seratus ribuan.


"Thank's Bell, jangan kesini lagi ya. Gue gak izinin lo kesini lagi, pintu tempat ini sudah tertutup rapat buat lo Bell ...!" ucap Dafa dengan tampang seriusnya.


"Loh! Kenapa kak?" tanya Rann tak mengerti.


"Hehe,, " Dafa terkekeh gemes nmelihat wajah polos Rann.


"Ish! Kok malah ketawa sih!" tukas Rann yang kesal dengan respon dari Dafa.


"Ya iya lah gak bakal izinin lo kesini lagi. Inikan apotek, tempatnya orang belanja obat. Dan itu artinya orang yang membutuhkan obat adalah orang yang sedang sakit, gue gak mau lo kesini lagi karena gue gak mau lo sakit Bell," jelas Dafa panjang lebar.


"Ohhhh gitu rupanya." Rann mengangguk mengerti.


"Kak pulang dulu ya, udah di tunggu tuh." Rann menunjuk ke parkiran dengan dagunya.


"Btw, lo kesini sama siapa? Pacar yaa??" tanya Dafa dengan nada meledeknya.





"Apaan sih kak! Gue kesini sama sepupu gue tuh di parkiran, udah ah gue pulang dulu." Rann pergi meninggalkan Dafa setelah semua obat yang diperlukan didapatnya.


*****


Rann berjalan memasuki ruang tamu, hanya ada keheningan yang menyambutnya. Ini sudah sore namun tak tampak kedua orang tuanya di rumah megah ini.


SamRannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang