Bab 6 Hujan ku

17 18 1
                                    

Yuhuuuuu yokk mampir
Jangan lupa vote komen

Happy reading
***

Kau menyukai keindahannya, tapi keindahannya itu jahat, dia bisa melukaimu.


Reyhan R Lesmana.                         

___________________





Mereka pergi tanpa tau tujuan. Rann memegang erat pinggang Rey yang mengendarai motornya. Ketegangan tergambar jelas di wajah Rann.

Untuk pertama kalinya Rann mengalami kejadian seperti ini, Rey bingung akan kemanakah mereka pergi.

"Rey, mampir dulu yuk kerumah Allah, waktu Dzuhur sudah hampir habis nih," ucap Rann saat melihat bangunan indah bernuansa islami di tepi jalan.

Mendengar hal itu membuat Rey terkejut. Rey tak menyangka dengan ucapan Rann. Rey sadar, sudah berapa lama dia melalaikan sang pencipta. Rey merasa seakan akan dirinya telah terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam dan di pertemukan dengan cahaya yang menunjukkan kejalan yang lurus dengan hadirnya Rann.

Walaupun jabatannya wakil ketua OSIS dan mengetuai beberapa organisasi disekolah, tetapi tetap saja Rey masih sering melalaikan sang pencipta karena baginya semua gelarnya hanyalah cap semata.

"Rey, sholat dulu ya, Dzuhur udah hampir habis, sekalian ashar soalnya tanggung." Rann melangkah mendekati masjid di tepi jalan.

Rey hanya mengangguk tak percaya dengan apa yang terjadi. Rey kira Rann sama seperticl cewek-cewek lain yang pernah ia kenal.

Setelah keduanya selesai mendirikan shalat. Keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Ditengah-tengah perjalanan, hujan turun rintik-rintik yang semakin lama semakin deras.

"Rey, berteduh dulu yuk disana." Rann menunjuk sebuah kedai kopi di pinggir jalan.

"Baiklah, tapi kamu gak papa kalau telat pulang? Nanti kamu kena marah," ujar Rey.

"Udahh, itu sih pikir keri, yang penting sekarang kita berteduh dulu yuk." Rann kekeuh untuk berteduh.

Akhirnya keduanya memutuskan untuk berteduh di kedai kopi di tepi jalan. Keduanya duduk dengan suguhan secangkir kopi hitam yang menemani dalam kedinginan. Dalam keheningan itu Rann mengulurkan sebuah buku cantik berwarna merah.

"Apa ini?" tanya Rey bingung.

"Buka aja ntar lo tau sendiri maksudnya apa?" Dengan santainya Rann menjawab.

Perlahan Rey mulai membukanya. Ada bait kalimat yang tertulis rapi.

"Lagu...??" Rey masih kelihatan bingung.

Rupanya Rey masih belum ingat kejadian di ruang musik tempo hari. Rey mengamati setiap katanya.

"Tamia...?" gumam Rey.

"Iya, gue suka sama isi lagunya.'' Rann menyesap pelan kopinya yang masih mengepulkan asap.

Tiba-tiba Rey mengambil gitarnya yang dia bawa dari sekolah, bahkan ketika Rey berduel dengan Elang, Rann yang menjaga gitar kesayangannya itu. Perlahan-lahan jari jemari Rey bergerak memetik senar gitarnya dan suaranya yang merdu mulai terdengar.

All hear is raindrops

Falling on the rooftop

Oh baby, tell me why'd you have to go

Cause this pain i feel it won't go away

And today i'm officially missing you

I thought that from this hearcache ,

I could escape

But i've fronted long anough to know

There ain't no way

And today i'm officially missing you.

Dalam keheningan ditemani secangkir kopi hangat, Rann larut dalam khayalannya. Hingga tanpa disadari lagu yang Rey bawakan telah selesai.

"Woyy ...!" Rey mengejutkan Rann dari khayalannya.

Dan sukses membuat Rann malu setengah mati. Wajahnya merah merona dengan balutan hawa dingin.

"Kok hujannya tambah deras yah?"

Rey berusaha mencairkan suasana karena dia sadar yang dia lakukan tadi telah membuat Rann tersipu malu. Namun Rann hanya terdiam tanpa kata.

"Woii ... jangan ngelamun."

"Gak, siapa yang ngelamun! Gue cuma ... gue cuma ... mmm tau ah." Rann yang tersipu malu jadi salah tingkah.

Semakin lama hujan semakin deras. Udara semakin dingin dan suasana semakin hening. Rann tak bisa menahan diri lagi melihat tetesan air hujan yang begitu indah, Rann melepaskan jaket dan tasnya dan berlari mendekati tetesan air hujan yang deras. Meninggalkan Rey yang kembali memainkan gitarnya dikedai kopi.

Tak perlu menunggu lama, sekujur tubuh Rann sudah basah kuyup. Rann begitu menikmati setiap tetesan air hujan yang turun membasahi tubuhnya.

"Rey!! Lo tau gak, hari ini gue seneng banget, hujan turun dengan indahnya."

Dibawah derasnya air hujan Rann berteriak pada Rey yang masih duduk manis di kedai kopi dengan gitarnya dan masih mengulang-ulang lagu tersebut.

Hari semakin sore, hujan semakin deras, dan Rann masih berada di bawah tetesan air hujan. Kedinginan telah menyelimuti tubuhnya. Wajahnya sudah mulai membiru menahan dingin.

Tiba-tiba Rey berjalan menghampiri Rann dan berusaha menutupi kepala Rann dengan jaket yang dikenakannya. Dan seketika membuat Rann terkejut. Rann tak menyangka dengan apa yang dilakukan Rey, karena sejak pertama Rann bermain dengan hujan Rey hanya asyik dengan gitarnya dan lagunya.

"Nona sudah puas ...?" kalimat yang pertama kali Rey ucapkan, Rann hanya bisa memandang kedua mata Rey yang berbinar tanpa sepatah kata pun.

"Kok bengong? apakah nona sudah puas? Kalau sudah mari kita kembali." Rey mengajak Rann kembali ke kedai kopi dan menyuruhnya duduk, serta menghidangkan secangkir kopi hitam yang hangat.

"Sudah cukup nona, permainan mu sudah selesai, kau menyukai keindahannya tapi keindahannya itu bisa menyakiti mu," ucap Rey sembari meletakkan secangkir kopi hitamnya di meja.

"Tapi gue su-suka hujan," ucap Rann yang masih kedinginan.

"Ok, saya tau kamu suka, tapi kamu sudah terlalu lama berada di bawah derasnya air hujan, sekarang lebih baik kamu minum dulu kopinya, kemudian pakai jaketmu dan kita akan bergegas pulang." Rey menyodorkan secangkir kopi di depan Rann.

"Baiklah ...." Rann pasrah.

Rann menghabiskan secangkir kopinya kemudian mengenakan jaketnya dan bergegas.

"Jangan lupa bukunya Rann!" Rey mengingatkan Rann yang hampir saja meninggalkan bukunya.

Dibawah rintik-rintik air hujan yang masih menetes, mereka memaksakan diri untuk pulang. Rey mencemaskan apa yang akan terjadi pada Rann karena mereka pulang terlalu sore dan Rann dalam keadaan basah kuyup.

"Stop Rey, sampai di sini aja, gue turun di sini." Mendadak Rann menghentikan Rey.

"Di sini ...? Tapi rumah kamu -" sebelum Rey selesai berucap, dengan cepat Rann memotong ucapan Rey.

"iya gue tau, rumah gue masih agak jauh sedikit, tapi lo cukup sampai disini saja, gue takut kalau lo antar gue sampai rumah dan mama lihat gue kayak gini ntar lo yang kena marah lagi."

"Baiklah, jaga diri yahh." Rey pasrah dengan ucapan Rann.

Rann memutuskan untuk turun di gang kompleks dekat rumahnya. Rann tak berani membiarkan Rey mengantarnya sampai rumah. Dia takut kalau mamanya melihat Rey, apalagi Rann telat pulang dan dalam keadaan basah kuyup.

Mereka berpisah, dan Rey kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri jalanan kota dibawah rintik-rintik air hujan dan Rann pulang dengan jalan kaki melewati gang kompleks menuju rumah.


                             *****






SamRannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang