Page 06
.
.Laura membuka matanya ketika cahaya matahari memasuki kamarnya dan membuatnya terganggu. Laura menggeliat—ingin bermalas-malasan dahulu. Lalu kepalanya menunduk mengamati tubuhnya yang telah terbalut sweater yang semalam dipakainya, namun Laura merasa tidak nyaman karena tidak mengenakan bra di dalamnya.
Gadis itu menipiskan bibirnya. Payudaranya terasa kebas karena tidak berhenti diremas oleh tangan besar Arlo semalam. Kemudian kelopak mata Laura terpejam sejenak, mengingat rasa ketika kakak tirinya menggesekkan suatu benda keras pada belahan kewanitaannya. Laura tidak ingin berbohong, sesuatu itu membuatnya merasa melayang. Meski tubuhnya lemas, namun Laura masih dapat merasakan sepercik kenikmatan yang dihasilkannya.
Plak
Laura mengerjap beberapa kali berusaha mengembalikan kewarasannya. Ia bangkit berdiri dan melangkah menuju kamar mandi ketika ingat dirinya butuh sarapan. Laura mandi dengan cepat, kemudian berganti pakaian mengenakan kaus putih polos dan rok diatas lutut.
Ketika jaraknya dengan lift tinggal beberapa meter, tiba-tiba tubuhnya ditarik. Laura nyaris berteriak kaget saat mulutnya dibungkam dengan bibir lain yang terasa dingin. "Morning, baby girl."
Detik itu juga Laura ingin menangis.
Lengan Arlo yang melingkar di pinggulnya naik menuju dadanya. Meremasnya sekali seolah sebagai ucapan selamat pagi pada tubuh Laura atau sebagai hukuman karena gadis itu tidak membalas ucapannya.
"Morning, Arlo," balas Laura pada akhirnya. Arlo menyeringai nakal, kemudian memojokkan badan Laura ketika keduanya telah masuk ke dalam lift. Beruntung tangan iblis kecil itu tidak sempat menutup liftnya dan menekan lantai tujuan mereka, membuat Arlo memiliki waktu dengan Laura untuk bermain sebentar.
"Apa yang kau—" kalimat Laura terputus saat Arlo menaikkan kaus yang melekat ditubuhnya. Tidak sampai melepaskannya, namun sampai di atas buah dada Laura agar Arlo bisa lebih leluasa bermain dengan kedua payudaranya.
"Kau membuatku gila, Laura." Mata Arlo menggelap menatap kedua gundukan itu. Arlo mengelus permukaan kulit buah dadanya yang menyembul dengan punggung jari telunjuknya yang kasar.
"Pegang kausmu!" Arlo berucap sedikit keras ketika Laura hanya diam sembari memejamkan matanya. Gadis itu buru-buru mengikuti perintah Arlo untuk memegang lipatan kausnya yang terkumpul di atas dadanya sendiri dengan mata yang masih terpejam.
Tangan Arlo menarik turun bra Laura hingga payudaranya yang ranum semakin membusung. Telapak besar Arlo meremas salah satunya, sedangkan satu tangannya lagi berusaha melepaskan risleting celananya sendiri.
"Arghh, Laura," desah Arlo ketika dirinya sibuk meremas payudara Laura dan mengocok batang penisnya. Kepalanya mendongak menatap langit-langit lift.
Laura membuka matanya saat mendengar Arlo mendesahkan namanya. Matanya membola melihat kejantanan Arlo yang besar berada dalam genggaman pria itu. Mata Laura mengamati wajah Arlo yang memerah dan keras seolah tengah murka. "A–Arlo—"
"Yes, baby girl? Fuck. Say it again—say my name, Laura." Geram Arlo. Pria itu mengalihkan pandangannya pada wajah Laura yang memerah. Dan hal itu semakin membuatnya menggila. Tangan Arlo semakin cepat mengocok kejantanannya, satu tangannya juga meremas payudara Laura semakin kuat—membuat gadis itu merintih kecil.
"Arlo..."
Satu tangan Arlo beralih merengkuh badan Laura. Tubuhnya yang besar mendesak maju dan menempel pada badan gadis itu. Tangannya yang mengocok penisnya, mengarahkan kejantanannya untuk menaikkan rok pendek Laura dan menyelusupkannya diantara paha lembutnya. Sedetik kemudian lubang kemaluan Arlo mengeluarkan cairan sperma yang membasahi paha dalam Laura dan rok bagian bokong iblis kecilnya. Arlo mendesah lega, napasnya menderu cepat dan ia menarik mundur badan dan penisnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...