Page 31
.
.Angin yang berhembus kencang membuat Laura mempercepat jalannya. Ia melangkah menuju cafe yang berjarak dekat dengan kampusnya. Ia bertaruh jika beberapa menit lagi akan terjadi hujan. Maka dari itu sebaiknya dia mencari aman terlebih dahulu dengan mencari tempat yang nyaman.
Sudah dua hari yang lalu semenjak Arlo memperkosanya, Laura tidak pernah lagi melihat pria itu. Apa mungkin Arlo menginap di hotel? Mengingat jarak kantornya dan Declan yang lumayan jauh, bisa jadi kakak tirinya itu lebih memilih menginap di hotel maupun apartemen. Namun mirisnya, Laura malah merasa bak menjadi seonggok daging yang tidak berharga. Arlo seperti hanya penasaran bagaimana rasanya memperkosa adik tirinya lalu pergi setelah berhasil mencicipinya. Dan mirisnya lagi, malam setelah dirinya berbincang dengan Declan di telepon, ternyata pagi harinya Anne pergi dengan membawa dua koper yang berisi pakaian-pakaian mereka.
Ting!
Suara otomatis yang menandakan adanya pelanggan baru berbunyi. Laura menghela napas lega setelah dirinya memasuki kafe. Ketika dia menemukan tempat duduk yang strategis dan kosong, ia langsung menuju tempat tersebut dan mendudukinya.
"Excuse me?" Panggil Laura pada seorang gadis yang mengenakan apron. Sudah pasti jika gadis tersebut merupakan pelayan kafe karena selain mengenakan apron yang berlogo tempat tersebut, gadis itu juga membawa sebuah buku catatan kecil beserta pulpennya. "Bisakah aku memesan satu hot chocolate?"
Gadis yang dipanggilnya berhenti, lalu dengan sigap mendatanginya dan menjawab Laura, "Of course, tolong ditunggu sebentar."
Setelahnya gadis itu langsung menjauh dari meja Laura—meninggalkannya seorang diri yang sebenarnya ia juga ingin memesan makanan untuk camilan.
Srekk
Laura terperanjat, ia langsung mendongak ketika seseorang menarik kursi kosong di depannya. Kenapa ia tidak sadar? Apakah Laura baru saja melamunkan sesuatu? Dan saat Laura mengetahui siapa orang tersebut, entah mengapa ia salah tingkah. Mungkin karena teringat pada kejadian tidak terduga yang terjadi beberapa hari lalu.
"H-hi, Ash."
Yup, orang tersebut adalah Ashton. Saudara Catherine, yang sebelumnya sudah mendapat peringatan langsung dari mulut Arlo.
Arlo lagi.
"Laura—" Ash menjeda perkataannya sejenak, pria itu memasang wajah serius dengan kedua telapak tangan yang bertautan dan diletakkan di atas meja serta matanya yang tajam menatap Laura curiga dan penasaran membuat batin gadis itu semakin kalang kabut.
"Siapa pria yang menjemputmu kemarin lusa?"
Menjemput bukanlah kata yang pas untuk digunakan. Seharusnya Ashton menggunakan kalimat 'menjemput paksa dirimu' untuk menggambarkan aksi Arlo. "Bukan siapa-siapa."
Ash semakin menatap curiga karena Laura langsung mengalihkan pandangannya.
"Kau berbohong?"
Kenapa Laura merasa sedang dihakimi? Ia langsung menatap Ash dengan wajah kesal. "Kenapa jika aku berbohong?" Tanya Laura berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...