Page 34
.
."I don't want."
"No."
"Nope."
"Tapi itu tidak cocok denganku."
Sepertinya menguras dompet bukanlah keahlian Laura. Keinginannya untuk membuat Arlo miskin ternyata hanyalah wacananya saja. Ia kira berbelanja di pusat perbelanjaan besar akan terasa mudah karena Laura hanya perlu menunjuk-nunjuk barang yang dirinya inginkan, tapi nyatanya tidak seperti itu. Ia malah bingung sendiri ingin membeli barang apa dan seperti apa.
"Kau tidak akan pernah tahu jika tidak mencobanya, baby girl." Dan Arlo dengan kesabaran luar bisa menemani dirinya. Apapun tentang Laura, Arlo pasti akan menyukainya. Apalagi jika mereka berjalan-jalan bersama seperti ini, tentu Arlo tidak akan pernah merasa keberatan ataupun bosan. "You have to choice. Bukankah kau memiliki keinginan untuk membuatku miskin, Laura?"
A-ah. "Aku tidak pernah mengatakannya." Bantah Laura. Bukan bermaksud mengelak, namun ia memang tidak pernah mengatakannya, bukan? Laura hanya pernah memiliki pemikiran itu. Namun hanya sekali, itu pun karena ia merasa sangat kesal terhadap Arlo.
"Just kidding. Aku tahu kau tidak benar-benar memikirkannya."
Seriously?
Apa Arlo sedang bercanda? Sungguh, Laura tidak dapat membedakannya karena wajah Arlo sama-sama menyeramkannya untuk disebut sebuah 'gurauan'.
"Arlo, aku lapar," Laura berjalan mendahului kakak tirinya ketika merasakan perutnya bergemuruh hebat. Ia baru ingat jika mereka hanya mengisi perut sewaktu di mobil tadi. Itu pun hanya dengan sandwich. "Aku ingin makan."
"Tapi kau belum membeli sesuatu, baby girl."
Bisakah Arlo tidak memikirkannya? Apa Arlo sungguh menginginkan Laura untuk menghabiskan uangnya?
"Forget it. You have to eat first."
Sungguh, ada apa dengan pria itu?
Laura memelankan jalannya saat Arlo mensejajarkan langkah mereka dan tiba-tiba meraih pinggangnya. Laura terkesiap, namun karena Arlo tidak berkata apa-apa ia hanya diam saja dan mengikuti langkah Arlo yang membawanya menuju salah satu restaurant di dalam mall tersebut.
Ketika Laura melangkah masuk, ia mendapati restaurant itu sepi, mungkin hanya ada beberapa meja yang terisi dari luasnya tempat itu. Laura menyukainya karena suasananya yang tenang dan sejuk. Begitupun dengan desain interiornya yang terlihat sederhana namun terasa elegan, membuatnya kian terpesona. Beberapa gucci juga terdapat di sudut-sudut tertentu restaurant itu, dan Laura tidak dapat menebak berapa harga satuan benda tersebut karena terlihat sangat berkelas.
Laura merasa curiga karena Arlo langsung membawanya ke tempat mewah ini. Apa pria itu sudah biasa makan disini? Bersama siapa?
Tiba-tiba Laura merasa iri. Entah mengapa hidungnya memerah karena ingin menangis.
Apakah ia cemburu karena memikirkan Arlo pernah membawa wanita lain kesini?
"Apa yang sedang kau pikirkan, baby girl?" Seolah mengerti, pria itu langsung bertanya. Mungkin karena gerak-gerik Laura yang berubah lemas dan sangat kentara, Arlo menjadi peka.
"Tidak, aku hanya.." Laura kebingungan. Ia menjadi salah tingkah sendiri. Mengapa menjadi sulit untuk mengelak? Apakah karena efek lapar ia menjadi linglung seperti ini?
"I understand. Duduklah."
Laura menuruti perintah Arlo untuk duduk. Ia diam sementara kakak tirinya memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomansaSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...